Jalan-jalan Naik Bis Bandung

Post a Comment
Akhir tahun menjadi waktu beristirahat bagi kami berdua setelah berbulan-bulan menghabiskan waktu ‘berkeliling antar kota’. Sudah lama Zauji mengajak saya untuk mencoba jalan-jalan naik Bis Bandung ke beberapa rute yang belum pernah kami sambangi.

Sejarah DAMRI 

DAMRI selalu diidentikan dengan bis dalam kota. Sebetulnya nama Damri diambil dari nama Perum DAMRI, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi darat. Jadi secara sederhana, Damri merupakan perusahaan bis milik pemerintah.

Kursi penumpang yang keras, tak ada AC, rute yang macet, penumpang berhimpitan rawan kejahatan (termasuk pelecehan seksual) menjadi bagian dari kenangan kami saat menaiki DAMRI dulu. Sering kali bus DAMRI ini miring ke sebelah kiri karena sesaknya penumpang. Saat kuliah dulu, kami berebut demi bisa masuk bis, baik dari halte Dipatiukur atau Jatinangor dan berdiri hampir 3/4 jalan menuju tujuan.

Seiring waktu status DAMRI berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) dan mengalami reformasi di tahun 2018 dengan logo dan inovasi baru.

Kini teman Menong bisa nyaman menaiki DAMRI yang memiliki banyak layanan seperti angkutan kota, angkutan antar kota, angkutan lintas batas, angkutan bandara, angkutan pariwisata, angkutan logistik dan angkutan perintis. Lewat layanan digital DAMRI Apps yang diunduh dari Play Store. Sayangnya DAMRI apps tidak menyediakan track rute.
aplikasi damri

Trans Metro Pasundan dan Trans Metro Bandung

Saat berjalan-jalan menggunakan bis dalam kota di Jakarta dan Yogyakarta, saya terkagum-kagum dengan moda transportasi bis yang kami jajaki.

Bandung memiliki banyak layanan transportasi termasuk 3 jenis bis. Selain DAMRI, teman Menong mengenal Trans Metro Pasundan (TMP) dan Trans Metro Bandung (TMB). Bila DAMRI dikelola Perum DAMRI, TMP dikelola Kementerian Perhubungan dan memiliki aplikasi bernama Teman Bus sedangkan TMB dikelola Dinas Perhubungan Kota Bandung (Pemda Bandung).

Ketiga bis ini melayani rute yang hampir sama. Teman Menong bisa membedakannya dengan melihat nama yang biasanya terpampang di bagian samping bis yang berwarna biru.
DAMRI dan TMB dapat berhenti di mana saja sedangkan TMP hanya bisa berhenti di halte tertentu. DAMRI dan TMB menerima pembayaran tunai sedangkan TMP hanya menerima pembayaran melalui e-money. Teman Menong hanya perlu menyiapkan kartu non tunai (Tap Cash BNI, E-Money Mandiri, Brizzi BRI, dan Flazz BCA) dan menempelkannya pada perangkat reader yang ada di dekat pintu masuk.

TMP dan TMB memiliki rute lebih banyak dan fokus rute Bandung Raya. DAMRI di Bandung memiliki 5 rute antar kota. Dari tiga jenis bis, TMB memiliki kapasitas penumpang paling sedikit ( 20 – 30 orang).

DAMRI masih menjadi andalan untuk bepergian cepat (meski tetap melewati rute macet) dan biaya murah. Terlebih lagi untuk tujuan seperti Tanjung Sari, tak banyak angkutan umum yang dapat dipilih. Alasan lain karena penumpang tidak wajib memiliki e-money yang masih menjadi kendala bagi penumpang yang tidak terbiasa.

Salah satu keunggulan Trans Metro Pasundan adalah adanya aplikasi Teman Bus yang bisa digunakan untuk men-track rute bis semua tujuan sehingga teman Menong dapat memperkirakan waktu untuk menunggu bis selanjutnya.

Jam operasional ketiga bis biasanya dari 05.00 – 21.00 WIB meski saya sangat jarang naik bis selewat magrib. 

Dipatiukur – Jatinangor

Zauji mengajak saya untuk jalan-jalan naik bis Bandung saat liburan awal tahun. Awalnya kami hanya berniat untuk jalan-jalan di seputaran Gasibu – Cikutra untuk mengenang masa kecil saya dulu. Saat duduk istirahat, Zauji melihat bis biru jurusan Dipatiukur – Jatinangor yang melintas di seberang kami. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Jatinangor saat itu juga.

Zauji sudah mengintal aplikasi Teman Bus sehingga dapat memperkirakan berapa menit lagi bis Trans Metro Pasundan terdekat akan sampai di tempat kami. Tak sampai 5 menit, bis yang kami tunggu tiba. Alhamdulillah, kami membawa kartu e-money. Hanya Rp. 4.900 kami memulai perjalanan kami menuju Jatinangor.
bayar Trans Metro Bandung

Teman Menong bisa juga membayar melalui QRIS.

Bis Trans Metro Pasundan memang nyaman. Kursi bernuansa biru, AC dan iringan music membuat kami benar-benar menikmati perjalanan. Kami sepakat untuk turun di dekat Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor dan sepakat untuk makan siang dahulu di sebuah kafe. Setelah makan siang dan sholat, kami berjalan kaki menuju Jatinangor Town Square (Jatos) dan berbelanja beberapa barang.
kursi trans metro pasundan
Dari aplikasi Teman Bus, bis menuju Bandung berikutnya akan tiba di depan Jatos beberapa menit lagi sehingga kami bergegas agar tidak ketinggalan. Perjalanan pulang agak tersendat karena Bandung Raya di siang hari mulai padat. 

Alun-Alun - Kota Baru Parahyangan

Sepertinya rute Alun-Alun - Kota Baru Parahyangan menjadi rute yang sering kami gunakan. Alun-Alun Kota Bandung merupakan salah satu destinasi wisata murah meriah favorit di Bandung.

Di kawasan Alun-alun, teman Menong bisa bermain di taman Alun-Alun yang luas dan gratis. Teman Menong juga bisa berbelanja atau menjajal wahana permainan berbayar di mall seputaran Alun-Alun.

Alun-Alun Kota Bandung juga berada dekat Jalan Asia Afrika, destinasi nge-hits yang dikenal dengan cosplay superhero dan hantu yang dijadikan ajang selfi.

Trans Metro Bandung rute Alun-Alun - Kota Baru Parahyangan diminati banyak orang karena tak ada lagi transportasi umum yang menghubungkan pusat Kota Bandung dengan wilayah Bandung Barat.

Bis ini sering kali penuh meski jumlah armada memadai. Tak hanya karena penumpang yang banyak tapi juga kapasitas Trans Metro Bandung yang lebih kecil dibandingkan DAMRI atau Trans Metro Pasundan.

Sering kali kami harus berdiri atau duduk di undakan tangga dekat pintu. Namun murahnya ongkos dan kepraktisan membuat kami tetap bersemangat.
 

Moh Toha - Tanjungsari

Dua minggu berikutnya, Zauji mengajak saya mencoba rute baru yaitu Moh Toha – Tanjungsari. Dari rumah kami sengaja naik bis Trans Metro Pasundan dengan rute Kota Baru Parahyangan – Alun-alun Bandung. Dari Alun-alun Bandung kami berjalan kaki menuju Jalan Moh Toha. Tak ada halte resmi sehingga kami menunggu di bawah plang bergambar bis.

Berhubung DAMRI apps tidak bisa menunjukan rute bis terdekat, kami terpaksa menunggu lama bersama belasan penumpang yang lain. Ternyata di hari itu hanya ada dua bis beroperasi. Satu bis menuju Tanjung Sari dan satu bis menuju Bandung.

Setelah menunggu lama akhirnya bis datang. Surpringsly, bis yang kami tumpangi sangat berbeda jauh. Kami duduk di bagian belakang (semua kursi menghadap depan). Beberapa kursi terlepas dari tempatnya sehingga tak bisa diduduki. Kami ditemani dengan musik dangdut koplo yang membahana sepanjang jalan.  Kami tiba di Tanjung Siang dan kembali ke Bandung menggunakan bis yang sama.

Terminal Tanjung Sari berada tak jauh Polsek Tanjung Sari. Tidak ada bangunan besar. Hanya ada kamar mandi sederhana namun masih layak, warung kecil yang menjual gorengan dan jajanan, penjual tahu sumedang. Sesi jalan-jalan naik bis Bandung diakhir dengan menikmati jalur macet menuju Bandung.

Related Posts

Post a Comment