Jajanan Sunda Kekinian

Post a Comment
jajanan sunda kekinian
Dalam tata masyarakat modern, jajanan sunda bukan hanya berfungsi sebagai makanan ringan atau kudapan namun juga sebagai bagian dari pergaulan. Terlebih lagi, jajanan sunda tidak bisa dipisahkan dari kepariwisataan. Saat melakukan travelling, pastinya teman Menong akan hunting jajanan yang sedang happening

Berkembangnya teknologi pangan turut mendongkrak inovasi jajanan sunda sehingga kekhasannya didukung oleh cita rasa dan penampilan estetik yang kekinian.

Tatar Sunda, khususnya kota Bandung dikenal dengan kulinernya yang enak dan murah. Tak hanya makanan khas yang menjadi identitas Jawa Barat namun juga ditambah dengan adanya pengaruh luar seperti westernisasi ataupun budaya Asia Timur seperti Korea, Jepang atau Cina.

Kreativitas pelaku ekonomi kreatif di bidang kuliner menciptakan perubahan jajanan sunda untuk lebih dterima khususnya bagi generasi millennial, Z dan alfa yang kurang familiar dengan jajanan jadul. Jajanan jadul umumnya dinikmati generasi boomer atau millennial awal. Kreativitas ini menjadi bagian dari pelestarian jajanan tradisional.

Jajanan sunda apa saja yang bisa teman Menong nikmati, yuks kita intip!

Cilok

Cilok merupakan singkatan dari aci dicolok (ditusuk). Cilok merupakan jajanan sunda yang terbuat dari campuran tepung kanji (aci) dan tepung terigu. Adonan ini dibuat bentuk bulatan lalu dikukus dan dihidangkan dengan cara dicolok dengan tusukan kayu lengkap dengan bumbu kacang atau saos tomat (kawe😁).

Dahulu cilok dikenal sebagai jajanan anak sekolah namun kini cilok dikenal sebagai jajanan berbagai kalangan. Tak hanya anak sekolah yang menyukai jajan cilok namun juga mahasiswa dan bahkan pegawai kantoran. Cilok original biasanya berisi jando atau lemak perut atau dada sapi.

Penjual cilok langganan kami hanya berjualan di hari Jumat (beliau mangkal di depan kantor sambil menunggu waktu jumatan). Biasanya beliau berkeliling di kawasan Dago yang banyak perkantoran. Beliau sendiri memiliki beberapa gerobak dorong sederhana yang dijajakan setiap Minggu pagi di area Gasibu. Dan pastinya omset Beliau luar biasa.
cilok bandung
Kini cilok banyak dijajanan di berbagai tempat termasuk kafe, resto dan hotel. Isian cilok semakin bervariasi seperti ayam suwir atau sosis dan tentu saja disajikan dalam mangkok atau piring dengan garpu tanpa tusukan bambu.

Cilok favorit saya adalah cilok isian jando yang disajikan dalam keadaan panas. Cilok asli memiliki rasa lebih kenyal karena dominan terbuat dari tepung kanji. Cilok yang lebih lembut biasanya mengandung tepung terigu yang lebih banyak. Esensi dari cilok sendiri adalah 'aci' sehingga cilok 'ori' mustinya memiliki tekstur yang lebih kenyal.

Selain itu, adonan 'aci' yang asli tidak berwarna putih (cenderung keabuan) sehingga teman Menong dapat menebak apakah cilok yang dibeli menggunakan pemutih atau tidak dari warnanya.

Saya sendiri mempunyai cara makan cilok tersendiri dengan meletakan cilok berbumbu kacang diatas bala-bala (bakwan sunda)...rasanya hmmmmm😋.

Cireng

Cireng atau aci digoreng merupakan varian lain dari dunia per-aci-an atau tepung kanji. Meski sama-sama terbuat dari aci, cireng dibuat dari adonan tepung kanji dan tepung terigu yang disiram dengan air panas dan diaduk hingga kalis. 

Seperti halnya cilok, cireng menjadi salah satu jajanan primadona saat di sekolah dulu. Isian cireng terfavorit adalah oncom pedas. Seingat saya, bentuk cireng original adalah segitiga yang ditusuk dengan kayu seperti halnya cilok. Bumbu cireng serupa dengan bumbu cilok  yaitu bumbu kacang atau saos tomat (kawe tentunya, tapi Alhamdulillah kami masih tetap sehat😎).

Cireng termasuk varian per-aci-an yang banyak disukai. Kini, varian cireng lebih beraneka ragam seperti ayam suwir, sosis, baso, keju mozzarella, terasi dan lainnya dengan berbagai kombinasi bentuk. Cireng juga dihidangkan tak lagi dengan tusukan. Bumbu cirengpun beraneka ragam seperti bumbu rujak yang super pedas.

Saya sendiri pernah menemukan cireng kekinian yang dijajakan Rp. 5.000/pcs di area Alun-alun Bandung. Muahal yok😏

Seblak

Seblak menjadi salah satu jajanan Sunda kekinian hits yang disukai banyak orang. Mungkin tak banyak tahu bila kata 'seblak' berasal dari 'nyeblak' yang berarti nyeblak disematkan saat teringat pada masa lalu kelam yang menyedihkan menyengsarakan.

Seblak ori terbuat dari kerupuk aci (kanji) warna oranye yang biasa digunakan untuk bubur yang direndam air lalu dimasak dengan tumisan bumbu kencur, cabe rawit/cabe merah dan bawang putih.

Kini seblak dimasak dengan aneka toping. Awalnya hanya terbatas makaroni, mie instan dan telur. Teman Menong bisa menemukan toping kekinian seperti aneka batagor kering (batagor lidah, batagor mini, besar), cibak, crab stick dan lainnya bahkan sayuran.
seblak
Sayangnya aneka topping ini membuat harga seblak jauh melambung karena biasanya kita akan kalap menambahkan banyak topping yang dihitung perjenis.

Satu porsi seblak di area pemukiman biasanya berkisar Rp. 5.000 - Rp. 8.000 saja untuk 3 jenis topping (biasanya kerupuk/makaroni/mie/telur) dan akan bervariasi bila teman Menong menambahkan toping atau membelinya di kafe atau area wisata.

Seblak disukai banyak orang karena umumnya berasa pedas dengan berbagai level. Seblak tak hanya populer di tanah Sunda namun juga merambah daerah lain. Makan Seblak = healing terbaik dan termurah bagi banyak orang.

Saya sendiri sudah jarang menikmati seblak karena rasanya tak klop menikmati seblak tanpa pedas (kondisi lambung sudah tak lagi bersahabat) selain itu saya alergi telur jadi tak mungkin pula kuah seblak tanpa telur karena rasa gurih akan jauh berkurang😔.

Seblak terenak yang pernah saya cicipi ada di Kafe G28 di Jalan Merdeka (Sebrang Balai Kota Bandung) dan tak jauh dari Klinik Utama Santi.

Surabi

Sekilas jajanan sunda ini mirip dengan pancake ala Eropa. Memang tak salah karena awal pancake sunda ini diciptakan dari perpaduan makanan Belanda dan Sunda.

Surabi terbuat dari tepung beras, kelapa parut dan santan yang dimasak di atas tungku tradisional sehingga memiliki aroma khas. Surabi jadul memiliki toping oncom (surabi oncom) dan gula merah (surabi amis atau manis). 

Surabi asli terbuat dari beras ketan dan santan kental. Untuk menghemat biaya produksi biasanya penjual akan lebih menambahkan santan encer yang pastinya mempengaruhi rasa. Di area pemukiman, surabi masih ada yang dijual dengan harga Rp. 2.000 saja. Biasanya saya akan memilih dasar surabi yang sedikit gosong.

Berbeda dengan jajanan Sunda Jadul yang monotn, kini teman Menong akan menemukan surabi dengan toping kekinian seperti keju, cabe rawit (pilihan tepat untuk penyuka pedas), coklat, sosis atau aneka fla. Dan pastinya harganya pun bisa lebih mahal.

Mochi

Mochi merupakan jajanan sunda yang berasal dari Sukabumi dan dikenal  pula di beberapa tempat di luar Jawa Barat seperti Semarang. Mochi berasal dari Jepang dan Cina yang diperkenalkan sejak tahun 1960-an. Mochi terbuat dari beras ketan yang dibentuk menjadi bulatan dengan isian kacang.

Kini mochi menjelma menjadi jajanan sunda kekinian dengan rasa dan isian yang beragam. Mochi memang lebih dikenal sebagai oleh-oleh sehingga lebih banyak ditemukan di toko penjual oleh-oleh. Namun jangan salah, teman Menong juga bisa menemukannya di penjual camilan yang biasa dijajakan setiap pagi hari.

Sekedar sharing pengalaman, bagi teman Menong yang ingin membeli mochi, disarankan untuk membeli di toko oleh-oleh daripada membeli di penjaja makanan. Selain isinya hanya beberapa butir saja, rasa dan kualitasnya juga berbeda jauh meski harganya sangat murah.

Teman Menong juga bisa menemukan es krim mochi, mochi yang diisi dengan es krim yang pastinya memiliki rasa super enak.

Mochi Sukabumi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2022. Dan pastinya kita akan selalu mendukung jajanan Sunda sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dikenalkan kepada generasi muda.

Pentol Pedas

Bagi penggemar pedas, teman Menong pastinya mengenal jajanan sunda kekinian yang satu ini yaitu pentol pedas. Sekilas pentol ini memiliki bentuk dan rasa mirip baso. Keduanya memiliki bahan baku yang berbeda karena pentol didominasi dengan aci (namun komposisinya tidak sebanyak cilok) sehingga memiliki rasa lebih kenyal berbeda dengan baso yang dominan daging sapi/ayam/ikan/.

Salah satu keunikan pentol pedas adalah dijajakan dengan kuali besar tanpa tutup sehingga teman Menong dapat melihat pentol baso dengan kuah super merah yang menunjukan level pedasnya. Dari warnanya, pentol memang membuat 'ngaruy' alias meneteskan air liur. 
pentol
Bagi teman Menong yang memiliki masalah dengan pencernaan tentunya tidak disarankan untuk menikmati pentol pedas.

Pentol pedas ini salah satu jajanan sunda kekinian yang sering dijajakan di pameran yang banyak diminati pengunjung. Karena disajikan tanpa tutup, teman Menong pastinya harus berhati-hati dengan higienis nya ya.

Related Posts

Post a Comment