Saat berjalan-jalan, pasti teman Menong harus mengisi perut untuk mempersiapkan energi saat menikmati destinasi wisata. Kali ini, saya dan Zauji akan melakukan review resto Mupu Jeruk, salah satu resto unik di utara kota Bandung.
Lokasi
Telah lama kawasan Bandung Raya menjadi salah satu destinasi favorit pelancong domestik atau mancanegara. Bandung raya menawarkan tujuan wisata yang beragam dari wisata alam, budaya, sejarah atau kuliner yang seolah lekat dengan bumi Priangan.
Bila sebelumnya kami memilih kawasan Bandung Selatan seperti Kawah Rengganis di Ciwidey, kali ini kami hanya ingin berjalan-jalan menikmati dinginnya Gunung Tangkuban Perahu sehingga kami melipir ke arah Utara. Kawasan Bandung Utara terkenal dengan daerah Lembang yang memiliki banyak kawasan wisata alam dan buatan seperti Air Terjun Maribaya, Floating Market, Lembang Park & Zoo hingga Astro Highland.
Untuk mencapai kawasan Bandung Utara, kami melewati Jalan Setiabudhi yang dikenal sebagai jalan penghubung Bandung kota dan Lembang atau Subang. Berhubung jalanan macet (seperti biasa), kami melaju dengan kecepatan rendah. Tak dinyana, kami melihat patung keruk berukuran besar di sebelah kanan kami yang membuat kami penasaran.
Kami baru sempat mengamati saat kembali dari Lembang. Oh, ternyata patung jeruk itu merupakan penanda resto Mupu Jeruk yang unik.
Resto ini terletak di Jl. Setiabudhi No 380B, kota Bandung, tak jauh dari Polsekta Cidadap. Lokasinya memang tersembunyi sehingga orang sering kali tak jeli dengan keberadaan resto ini. Saat tiba di tempat parkir, saya jatuh cinta dengan tempat yang nampak asri dan nyaman.
Mupu Jeruk buka setiap hari Selasa – Minggu (hari Senin tutup) , jam 08.00 – 17.00 WIB
Resto ini memiliki konsep alam. Jalanan setapak dibuat dari batu dengan teras rumput hijau yang nampak lapang.
Tamu resto dipersilakan makan di meja biasa atau memilih saung kayu dengan desain unik. Saung semi outdoor ini terlihat lapang dengan atap genting tanpa plafon dan hanya rangka kayu saja yang terlihat.
Tak ada sekat antar ruangan. Kursi tamu pun terbuat dari kayu dengan desain jadul yang membuat kesan vintage semakin kuat. Sebagian saung bertema lesehan yang bisa teman Menong pilih sembari menikmati angin berhembus sepoi-sepoi.
Menu
Resto Mupu Jeruk lebih banyak menyajikan menu ala Sunda sehingga kami memilih nasi liwet khas Mupu (nasi liwet dengan bumbu sereh dan daun salam). Tak afdol rasanya bila nasi liwet tak ditemani karedok, sayur asem. Sebagai lauknya, kami memilih gurame bakar 500 gram dengan bumbu honje.
Honje atau kecombrang merupakan rempah jenis jahe-jahean yang dikenal dengan warna dan baunya yang khas. Honje jarang ditemui dalam berbagai masakan tanah Sunda yang saya kenal. Sejauh ini, saya hanya mengenal honje sebagai tambahan dalam bumbu pecel atau rujak.
Dulu saat kecil, saya tak menyukai honje karena aroma nya yang menyengat. Beranjak dewasa, hidung saya mulai menikmati aroma dan rasa honje yang khas. Terlebih saat Ibunda khusus menanam honje di rumah.
Selain gurame bakar, saya juga memilih ikan asin sepat dan sambel dadak sebagai pelengkap. Sebetulnya teman Menong bisa memesan paket lengkap yang sudah berisi nasi, lauk, sayur, sambal, buah dan minuman seperti paket ikan nila, paket timbel gepuk atau paket ayam.
Teman Menong bisa memesan additional menu seperti cireng, ulen, tempe mendoan, pisang goreng atau bandros. Untuk minuman, teman menong bisa memesan aneka teh, bandrek, cendol, kopi atau minuman kekinian seperti macha.
Dari segi harga, Mupu Jeruk menyajikan harga yang terjangkau dengan rasa yang lumayan enak. Nasi liwetnya gurih dan enak. Begitupun dengan gurame bakar yang kami pilih terasa fresh dan tidak bau tanah seperti ikan tawar pada umumnya.
Saya beri rate 4,5/5 untuk rasa di resto Mupu Jeruk.
Fasilitas Lain
Meski tak terlihat dari jalan raya, resto Mupu Jeruk memiliki lapangan parkir yang relatif luas. Lapangan parkir dipisahkan dari halaman resto dengan tangga batu yang dibingkai dengan gapura unik dari kayu dan pagar batu kali.
Sesuai dengan namanya ‘Mupu Jeruk’, ‘mupu’ dalam bahasa Sunda berarti ‘memetik’, di resto ini teman Menong dapat memetik jeruk yang tersedia di kebun yang ada di belakang saung-saung resto. Tak ada tiket untuk masuk ke area kebun. Teman Menong hanya wajib membayar bila memerik jeruk seharga Rp. 70.000/kg (mahal ya tapi sebanding dengan sensasinya).
Kebun jeruk seluas 3 hektar ini ditanami dengan 1000 pohon jeruk Dekopon, Citrus reticulata, jeruk asal Jepang yang mulai masuk ke Indonesia tahun 2010-an. Jeruk ini memiliki bentuk yang unik yaitu berbentuk bulat lonjong dan memiliki tonjolan di bagian atas menyerupai pir. Jeruk tak berbiji ini memiliki rasa manis segar sehingga banyak disukai.
Setelah makan siang, kami melipir menuju kebun untuk memetik sendiri jeruk yang ada di pohon. Layaknya bermain di kebun, kami juga ‘berjibaku’ dengan teriknya matahari dan basahnya tanah. Jeruk dapat kita petik langsung tanpa bantuan tangga karena dahan cukup rendah untuk dijangkau.
Kami berpencar memilih jeruk mana yang akan dipetik sambil sesekali berpose manis. Setelah selesai, teman Menong akan menimbang dan membayar jeruk yang telah dipetik.
Secara keseluruhan, resto Mupu Jeruk sangat layak untuk dijadikan tempat berkumpul menikmati hidangan dengan harga yang cukup terjangkau, healing dengan memetik jeruk sendiri dan berfoto di berbagai spot yang sangat instagramable.
Kamar mandi dan mushola juga tersedia dalam jumlah yang cukup. Dan baru saya tahu bila kini resto Mupu Jeruk memberikan fasilitas venue wedding yang nampaknya bisa teman Menong pilih.
Post a Comment
Post a Comment