Kuliner di Pekanbaru Bagian 1

Post a Comment
kuliner di pekanbaru
Rasanya tak akan ada habisnya untuk membicarakan kuliner khas nusantara. Di negeri tercinta ini, ada ribuan budaya termasuk kuliner yang belum kita kenal. Akhir tahun 2023, saya mendapatkan kesempatan mencicipi kuliner di Pekanbaru yang belum pernah saya rasakan.

Pekanbaru

Tahun 2023 menjadi kunjungan pertama saya ke kota yang memiliki julukan Kota Bertuah ini. Bertahun-tahun lalu, keluarga kami memang sudah akrab dengan kota ini karena salah seorang kerabat saya menetap di Pekanbaru sejak menikah. 

Kami juga selalu berkirim kabar terutama saat kebakaran hutan dan lahan kerapkali melanda pesisir Riau mengakibatkan dampak asap yang lumayan mengganggu. Terlebih kerabat kami ini memiliki 3 anak balita yang sangat rentang terhadap gangguan penafasan.

Pekanbaru dikenal sebagai kota penghasil minyak sawit dan minyak bumi. Kerabat saya yang tinggal di Pekanbaru sendiri memiliki berhektar-hektar kebun sawit. Pekanbaru akrab dengan kehidupan sungai karena terletak mengapit Sungai Siak, sungai terdalam di Indonesia dengan panjang 370 km.

Pekan baru merupakan  ibukota Provinsi Pekanbaru, salah satu provinsi di Pulau Sumatera maka tak heran budaya (dan kuliner di Pekanbaru) sangat lekat dengan budaya Melayu. Tak hanya itu, adat dan budaya Melayu di Pekanbaru juga banyak dipengaruhi budaya Islam.

Saya menyukai rumah adat Riau yang banyak dijumpai dimana saja. Aksen, hiasan dan ukiran menambah pesona rumah adat yang diberi nama Rumah Selaso Jatuh Kembar atau Balai Selaso Jatuh. Rumah adat ini dapat ditandai dengan bagian atapnya yang memiliki hiasan kayu yang mencuat ke atas dan bersilangan nampak indah sekali. Rumah adat yang hampir sama juga pernah saya lihat saat mengunjungi Bintan, Kepulauan Riau.
bandara syarif kasim pekanbaru
Kami tiba di Bandar Udara International Sultan Syarif Kasim II dan disambut hawa panas. Kerabat saya berseloroh bila cuaca Pekanbaru yang panas konon disebabkan karena Pekanbaru berada di atas lapisan minyak bumi.

RM Pak Nurdin

Perut yang mulai keroncongan menuntun kami untuk menikmati makan siang dengan menu masakan padang. Menu ini dipilih lantaran rumah makan yang kami tuju searah dengan hotel tujuan kami. Selain itu, rasanya tak ada yang menolak cita rasa masakan padang yang sudah dikenal semua orang. 
RM Pak Nurdi Pekanbaru
Demikian pula saat makan malam, rekan kami mengajak kami kembali makan di sebuah rumah makan padang terkenal di Pekan Baru, RM Nurdin yang terletak di Jl. HR Soebrantas, Pekanbaru. Rumah makan ini berdiri dari tahun 2006 dan berada di lokasi strategis sehingga seringkali ramai di jam makan. Teman Menong tak perlu khawatir karena rumah makan ini menyediakan tempat parkir yang lumayan luas.

RM Pak Nurdin menyajikan hidangan khas padang. Seperti halnya sajian di rumah makan padang, aneka makanan disajikan diatas piring kecil di atas meja. Dari penampilannnya memang semua terlihat menggoda membuat saya membatin teringat janji diet dan kadar kolesterol terakhir yang membuat saya cenut-cenut. 
menu RM Pak Nurdin Pekanbaru
Saya melewatkan jeroan usus (tamusu/iso, bahasa sunda) atau paru, kikil atau cincang yang rasanya biasanya pedas. Teman Menong penyuka jengkol bisa memilih sambal hati ayam campur jengkol.

Seperti biasa saya memilih rendang, ingin merasakan makanan terenak sedunia ini versi Pekanbaru. Memang tak mengecewakan, sesuai dengan banyak review yang memberikan bintang 5, rasa rendannya benar-benar nendang.

Warna rendang cenderung lebih gelap yang menandakan lamanya proses masak. Bumbu rendang meresap hingga ke dalam meski begitu rendang masih terasa padat dan tidak buyar namun empuk. RM Nurdin juga terkenal dengan dendengnya yang memiliki aroma dan rasa khas dengan bumbu yang mantap di lidah. 

Sayangnya saat itu saya tak sempat mencicipi karena lebih fokus pada rendang. Baru keesokan harinya saat sarapan di hotel, saya mencicipi dendeng sapi yang rasanya super enaaak.

Kami tak perlu menunggu lama karena pelayan sigap melayani kami. Ruangan nampak bersih dan luas. Kami memilih makan di meja biasa meski RM Nurdin menyediakan meja lesehan untuk pengunjung yang ingin bersantai. Saya juga menyempatkan untuk sholat isya di mushola kecil. Toilet juga tersedia dalam jumlah cukup dan terlihat bersih.

Wareh Kupie Arifin Ahmad

Malam kedua kami diajak menikmati kuliner khas Pekanbaru yang lain. Kali ini kami mampir di Wareh Kupie Arifin Ahmad, penguasaha asal Aceh yang membuka kedai masakan Aceh yang menyediakan kopi aceh, mie aceh, nasi gurih hingga gulai kambing yang menjadi bagian dari kuliner di Pekanbaru.

Ada dua Wareh Kupe di Pekanbaru, teman Menong bisa memilih tempat di Jalan Kaharudi Nasution Simpang Tiga atau di Jalan Arifin Achmad. Meski hari sudah malam, pengujung Wareh Kupie tak juga berkurang.
Wareh Kupie Pekanbaru
Area makan bernuansa kayu dan parkiran luas menjadi opsi tersendiri. Selain itu, pengunjung bisa melihat area kitchen untuk mengintip aneka minuman disiapkan termasuk pembuatan teh tarik yang menarik perhatian saya. Biasanya saya menikmati teh tarik versi minuman sachet dan kali ini saya ingin menikmati teh tarik asli yang dibuat dari campuran teh dan susu.
teh tarik wareh kupie arifin ahmad pekan baru
Saya sendiri memilih teh tarik panas (Rp. 12.000), roti bakar (Rp. 20.000) dan mie aceh seafood untuk berdua (Rp. 30.000). Mengintip harga di daftar menu, sepertinya relatif tidak begitu mahal mengingat rasanya yang enak dan tempatnya yang nyaman.
 
Karena kami sudah makan malam tak banyak hidangan yang bisa kami santap. Rasanya ingin berlama-lama menikmati kuliner di Pekanbaru ini namun karena esok hari tugas sudah menanti kami, niat ini kami urungkan.

Related Posts

Post a Comment