Rasanya tak ada yang tak mengenal Gunung Tangkuban Perahu, gunung yang lekat dengan legenda nusantara ternama, Sangkuriang. Gunung berbentuk perahu terbalik ini dapat teman Menong lihat langsung dari kota Bandung.
Letusan
Gunung Tangkuban Perahu merupakan pecahan Gunung Sunda yang erupsi kurang lebih 200.000 tahun yang lalu. Hasil erupsi tersebut membentuk lava yang muncul dari dasar kaldera pasca erupsi Gunung Sunda. Lava tersebut membentuk gunung berapi baru, namun gunung berapi baru ini mengalami erupsi sehingga bagian puncaknya terpotong membentuk dua kawah gunung berdampingan.
Fenomena bentuk perahu terbalik seperti dalam legenda Sangkuriang ini hanya akan terlihat dari arah Kota Bandung saja. Teman Menong tak akan bisa melihat bentuk ‘nangkub’ dari arah Subang, Purwakarta atau Sumedang.
Gunung Tangkuban Perahu berada di ketinggian 2.084 mdpl dan memiliki 9 kawah aktif namun hanya ada 4 kawah yang sering menjadi destinasi wisata karena keindahannya yaitu Kawah Ratu, Kawah Domas, Kawah Upas dan Kawah Baru.
Letusan Gunung Tangkuban Perahu baru dicatat pada tahun 1829. Saat ini, Gunung Tangkuban Perahu masih merupakan gunung berapi aktif yang kerap mengalami letusan. Letusan yang sering terjadi adalah letusan freatik atau letusan yang terjadi pada saat magma memanaskan air tanah atau air pemukaan hingga mendidih dan memberikan tekanan tinggi.
Jangan membayangkan letusan ini seperti erupsi berkekuatan besar namun letusan ini menyebabkan ledakan kuat secara tiba-tiba namun tidak menghasilkan lava. Tetap saja ya, letusan freatik ini berbahaya bagi masyarakat sekitar.
Saat kami mengunjungi Gunung Tangkuban Perahu di tahun 2022, pedagang di sekitar kawah juga menceritakan letusan freaktik yang terjadi di bulan Juli 2019. Letusan di atas puncak kawah Ratu ini menimbulkan asap bercampur abu vulkanik yang tiba-tiba membumbung setinggi 200 meter dan tak ayal membuat panik pedagang dan pengunjung di sore itu.
Kawasan Gunung Tangkuban Perahu sempat ditutup selama 4 hari, lagi-lagi Gunung Tangkuban Perahu mengeluarkan energinya di bulan Agustus 2019 dan membuat kawasan ditutup untuk radius 1,5 km dari pusat kawah.
Letusan ini menimbulkan kerugian material yang disebabkan abu vulkanik. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan pengamatan aktivitas Gunung Tangkuban Perahu setiap waktu.
Rute
Tangkuban Perahu berada di kawasan Taman Wisata Alam seluas 344,92 ha, hutan lindung yang kini banyak dikelola pihak swasta. Teman Menong bisa memilih beraneka kegiatan baik kegiatan ‘serius’ seperti camping atau hiking, kegiatan outbound atau hanya menikmati kuliner sebagai bentuk ‘healing’ di tengah udara dingin.
Akses menuju Tangkuban Perahu dapat ditempuh melalui dua rute yaitu 11 km dari Kabupaten Subang (melewati Ciater) atau Kabupaten Bandung Barat (Parongpong – Lembang) atau 20 km dari arah Kota Bandung (melewati Ledeng – Lembang).
Teman Menong yang menggunakan bis atau kendaraan pribadi baik mobil atau motor tak perlu khawatir dengan jalan yang mulus beraspal. Hal yang harus diwaspadai adalah jalan yang berliku dengan banyak tikungan tajam apalagi di saat hujan atau kabut turun.
Sayangnya akses kendaraan umum didominasi dengan elf, kendaraan umum model lama dari Terminal Subang dan Terminal Ledeng, Bandung atau angkutan desa di daerah Lembang. Begitupun transportasi online yang memerlukan biaya lumayan besar. Belum lagi macet yang kerap terjadi di saat akhir pekan atau libur panjang.
Harga Tiket
Gunung Tangkuban Perahu dibuka untuk umum setiap hari dari jam 08.00 – 17.00 WIB. Harga tiket masuk kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Perahu dibedakan untuk hari biasa (weekdays) atau akhir pekan (weekend) dan wisatawan lokal atau mancanegara.
Weekdays :
Tiket masuk: Rp. 20.000 (wisatawan lokal) dan Rp. 30.000 (wisatawan mancanegara), mobil Rp. 25.000/unit, motor Rp. 12.000/unit, bus roda 6 Rp. 110.000/unit, shuttle Rp. 10.000/orang, parkir mobil RP. 5.000, parkir motor Rp. 3.000 dan parkir bus Rp. 10.000.
Weekend :
Tiket masuk: Rp. 30.000 (wisatawan lokal) dan Rp. 300.000 (wisatawan mancanegara), mobil Rp. 30.000/unit, motor Rp. 14.500/unit, bus roda 6 Rp. 125.000/unit, parkir mobil Rp. 5.000, parkir motor Rp. 3.500 dan parkir bus Rp. 10.000.
Fasilitas
Gunung Tangkuban Perahu nampaknya satu-satunya gunung berapi yang mudah dijangkau. Saat turun dari kendaraan, teman Menong hanya perlu berjalan beberapa meter saja untuk mencapai kawah terdekat sekaligus kawah terbesar, yaitu Kawah Ratu.
Teman Menong dapat menikmati indahnya kaldera kawah yang dipagari kayu untuk menjaga agar pengunjung tidak melintas masuk. Teman Menong dapat naik ke menara pandang untuk melihat kawah dari ketinggian.
Teman Menong bisa membeli suvenir atau jajanan di area warung yang berderet rapi. Beberapa penjaja suvenir fotografer menawarkan langsung bahkan bersedia untuk membantu teman Menong mengambil foto berlatar kawah yang cukup instagramable.
Fasilitas lain di area kawah meliputi mesjid, toilet dalam jumlah banyak, panggung budaya, posko kesehatan dan aula serba guna.
Karena hanya sebentar, kami hanya jajan cilok dan baso tahu di dekat kawah. Bila beruntung, teman Menong bisa duduk manis di bangku yang tersedia di pinggir kawah.
Saya dan Zauji memisahkan diri dari rombongan menelusuri jalanan berbatu yang diapit warung penjual suvenir. Hawa terasa menusuk namun saya bersikeras tak menggunakan jaket karena ingin menikmati dinginnya udara alami Gunung Tangkuban Perahu membelai wajah saya.
Di perjalanan pulang, kami melewati gerbang kawah Domas yang menyediakan pijat kaki lumpur belerang seperti di kawah rengganis, Ciwidey dan rimbunan hutan pinus. Kawasan ini masih dihuni berbagai jenis fauna seperti lutung, surili, babi hutan, trenggiling dan macan tutul.
Post a Comment
Post a Comment