Akhir tahun 2024, Zauji mewujudkan agenda kami untuk jalan-jalan murah di Jakarta dan mengunjungi beberapa tempat dengan budget minimalis.
Moda Raya Terpadu (MRT)
Setelah mengunjungi Mesjid Istiqlal dan Monumen Nasional, kami kembali ke hotel untuk melakukan check-in. Untuk perjalanan pulang kami memilih moda transportasi MRT. Dari Monas, kami berjalan menuju halte terdekat. Saya kembali memperhatikan deretan perkantoran yang ada di seberang Monas seperti Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Petugas mengarahkan kami untuk mengambil rute menuju Stasiun Bunderan Hotel Indonesia (HI) yang berjarak 3,6 km. Berhubung masih di jam kerja, ruang tunggu Transjakarta nampak lengang. Kami menunggu tak terlalu lama. Kali ini saya duduk di samping jendela sementara Zauji berdiri di dekat saya.
Sepanjang perjalanan, kami melewati beberapa kantor Kementerian membuat saya membayangkan siapa saja menteri yang pernah duduk di kantor tersebut. Kami tiba di halte Bunderan Hotel Indonesia yang ternyata terhubung dengan stasiun MRT.
Ini adalah kali pertama kami berdua naik MRT setelah sebelumnya mencoba naik KRL (Kereta Api Rel Listrik) dari Depok ke Ragunan dan LRT (LRT atau Light Railway Transportation) saat berjalan-jalan di Kota Palembang.
Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu Jakarta dibangun pada tahun 2013 dan jalur fase 1 sepanjang 16 km mulai beroperasi pada tanggal 24 Maret 2019. Pengelolaan MRT berada di bawah Badan Usaha Milik Daerah (BUMN) DKI Jakarta dan melayani jalur Lebak Bulus – Bunderan HI dengan 13 stasiun pemberhentian.
Dengan kecepatan 100 km/jam tak heran bila perjalanan antar stasiun terasa sangat singkat. Jalur MRT terbagi 2 yaitu 10 km melalui jalur layang dan 6 km melalui jalur bawah tanah. Saat ini sedang dikembangkan jalur fase 2.
Stasiun MRT Bunderan HI berada di bawah tanah dengan tangga turun yang terbilang lumayan curam dan pastinya menyulitkan teman Menong yang memiliki masalah dengan kaki. Seperti biasa, kami melakukan tap-in menggunakan kartu e-money dengan harga tiket Rp. 6.000 per orang. Tarif MRT akan berbeda tergantung jarak tempuh.
Bunderan HI - Senayan
Ruang tunggu terlihat sepi dan hanya ada beberapa orang saja. Saya mengagumi stasiun ini dan rasanya seperti berada di film-film. Di ruang tunggu kami kebingungan karena tak tahu gate mana yang harus kami pilih dari dua gate yang tersedia. Zauji membaca rute yang tertera di dinding namun tetap belum yakin dengan pilihan kami untuk berada di gate sebelah kanan. Kami tak bisa bertanya karena tak ada petugas yang berjaga.
Tak lama MRT datang di gate sebelah kiri kami. Meski ragu, akhirnya Zauji bertanya kepada petugas yang mengarahkan kami untuk segera naik. Ternyata kedua gate bisa kami pilih untuk berhenti di stasiun Senayan dekat hotel yang kami tuju.
Saya naik dengan gembira karena naik MRT memang tak pernah terpikir dalam benak saya (mungkin karena saya sendiri tidak update dengan hal seperti ini). Tanpa saya sadari Zauji diam-diam memperhatikan saya yang duduk tenang tanpa bersandar ke kursi sepanjang perjalanan.
Berbeda dengan LRT yang bisa kita nikmati sembari memandang keindahan kota Palembang dari atas, tak ada pemandangan yang bisa teman Menong lihat karena posisi MRT rute Bunderan HI - Senayan berada di bawah tanah.
Akhirnya kami tiba di stasiun Senayan yang terletak tak jauh dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) yang kami lihat saat pertama tiba di Jakarta. Kami melihat plang petunjuk arah menuju kantin Kemdikdasmen yang ternyata diperbolehkan untuk umum.
Makan Sore
Berhubung perut kami belum terisi nasi, kami memutuskan untuk makan sore di kantin Kemdikdasmen setelah sebelumnya meminta ijin kepada sekuriti. Kantin yang berada di area parkir ini nampak luas dengan deretan penjual makanan yang tertata rapi. Suasana relatif sepi karena jam sudah menunjukan 15.00 WIB.
Kami memilih menu ayam kampung bakar dan menu ayam bakar bumbu rujak dengan harga Rp. 22.000 per porsi plus jeruk hangat seharga Rp. 10.000. Lumayan murah dan rasanya enak sekali. Kami juga dengan bapak penjaga kantin yang bercerita bila bapak menteri yang baru sering pula makan siang di tempat ini. selain pegawai Kemdikdasmen, banyak tamu dari berbagai daerah yang singgah di sini.
Selepas makan, kami berjalan kaki menuju hotel yang terletak tak jauh dari Kemdikdasmen. Meski lelah, saya dan Zauji sangat senang karena akhirnya bisa mewujudkan jalan-jalan murah di Jakarta dengan bugdet minimalis.
Post a Comment
Post a Comment