Jalan-jalan Murah di Jakarta Bagian 1

Post a Comment
jalan-jalan murah di jakarta
Di akhir tahun 2024, saya dan Zauji sepakat untuk mengagendakan jadwal khusus untuk jalan-jalan murah di Jakarta. Zauji menyusun rencana sesuai request saya yang telah lama belum terwujud.

Jakarta

Mungkin saya termasuk warga negara Indonesia yang baru 2x berjalan-jalan di ibukota tercinta. Saya memang tak pernah bertandang ke Jakarta karena tak banyak kerabat dekat yang tinggal di sana.

Kali pertama bersama rombongan rekan sekantor mengunjungi Dufan dan Ancol. Kali kedua saat kami mendapatkan tugas di sebuah hotel yang hanya berjarak sekitar 15 menit dari Lapangan Monas. Karena tak punya waktu luang banyak, kami menyempatkan diri untuk mampir di pagi hari, tepat jam 06.00 WIB saat Monas baru saja buka. Dan tentunya kami hanya sempat berfoto di pelataran saja.

Setelah menikah saya merengek meminta Zauji mengajak saya jalan-jalan murah di Jakarta. Sekian lama menanti waktu yang tepat, kami memutuskan salah satu acara akhir tahun 2024 akan kami habiskan dengan merealisasikan salah satu impian saya ini. Qodarullah saya mendapat undangan kegiatan di Jakarta di pertengahan Desember 2024 yang membuat kami bisa berhemat khususnya untuk biaya transportasi. 

Awalnya kami akan mulai dengan mengunjungi keluarga Ibunda Zauji di daerah Kemayoran. Namun rencana ini kami ubah dengan titik awal mendekati tempat kegiatan. Kami sepakat menggunakan travel Bandung – Jakarta dengan tujuan daerah Senayan dan berangkat bada subuh. 

Dan ternyata pool akhir travel ini berada di Mall Plaza Senayan yang berdekatan dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau Kemdikdasmen (dulu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kemdikbudristek).

Kami pun berjalan menuju hotel tempat kegiatan dan menemukan pintu masuk utama Kemdikdasmen. Rasanya saya senang sekali karena bisa melihat langsung salah satu kantor kementerian yang biasanya hanya saya lihat di TV saja. Dan tanpa saya tahu ternyata pintu belakang Kemdikdasmen ini berada tepat di samping travel tempat kami turun tadi. Dan tak jauh dari situ terletak Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).

Zauji sendiri sudah browsing seputar tempat tujuan kami dan bagaimana kami bisa sampai kesana. Di depan Kemdikdasmen, Zauji menandai halte Transjakarta terdekat. Zauji sudah menyiapkan dua kartu e-money yang akan kami pakai. 

Setelah menikah, kesempatan saya untuk berjalan-jalan di tempat baru dengan lebih percaya diri memang terbuka lebih lebar. Dulu kami mengandalkan transportasi online untuk pergi kemana-mana dan pastinya biaya yang dikeluarkan lumayan besar. 

Zauji rajin mempelajari hal baru yang berguna bagi saya yang termasuk gaptek ini. Saya masih inget pertama kali kami mencoba KRL (Keretaapi Rel Listrik). Saat itu kami dalam perjalanan dari Sukabumi ke Bekasi, sayangnya tak ada transpostasi langsung. Zauji mengajak saya naik kereta api Pangrango dari stasiun Sukabumi ke stasiun Bogor lalu melanjutkan dengan KRL dari stasiun Bogor ke stasiun Bekasi. 

Percobaan pertama ini sukses membuat kami ketagihan untuk mencoba rute lain seperti Depok – Ragunan (Yup, setua ini saya belum pernah ke Kebon Binatang Ragunan). Alhamdulillah Hotel Savero Depok berada tak jauh dari stasiun Pondok Cina. Seterusnya kami selalu menggunakan KRL untuk jalan-jalan murah di Jakarta dan seputaran Jabodetabek.

Transjakarta

Setelah menitipkan tas dan koper di resepsionis hotel karena waktu check-in masih lama, kami bergegas kembali ke halte Senayan. Jujur saja, saya terkagum-kagum dengan trotoar super lebar, bersih dan bebas dari pedagang kaki lima, jalan raya lebar yang nampak lengang karena waktu menunjukan jam 11.00 WIB, jembatan penyeberangan yang panjang, halte trans Jakarta yang nyaman dengan teknologi keren dan masyarakat (kecuali saya) nampaknya sudah terbiasa dengan segalanya.

Kami menyempatkan membeli cilok di penjual yang mangkal di dekat jembatan penyeberangan. Harganya Rp.5.000 untuk satu porsi, harga yang cukup untuk ukuran kota besar. 

Setiap orang wajib menggunakan kartu masing-masing dan kartu untuk tap-in harus sama dengan tap-out. Karena baru pertama kali, setelah tap-in kartu di gate halte masuk koridor busway, kami tak langsung melangkah dan hasilnya gate kembali terkunci dan Zauji tertinggal di luar. Meski malu, saya meminta petugas untuk membantu Zauji masuk. Harga tiket Rp. 3.500 per orang, murah bukan?😍

Tujuan pertama kami adalah Mesjid Istiqlal (lagi-lagi karena saya belum pernah kesana). Petugas mengarahkan kami untuk mengambil rute tujuan Juanda. Kami tak tahu bila tempat duduk laki-laki dan perempuan ternyata terpisah. Awalnya kami berdua duduk bersama namun petugas menegur kami sehingga Zauji pindah ke bagian belakang😐.

Kondisi bus Transjakarta tak jauh berbeda dengan Trans Metro Pasundan di Bandung, Trans Jogya di Yogyakarta dan Trans Pakuan di Bogor. Kondisi nyaman dengan pintu masuk dan keluar otomatis. Saya sendiri mengamati situasi untuk mengetahui lewat pintu mana bila turun nanti.

Kami tap-out dengan sukses dan langsung meluncur menuju Mesjid Istiqlal yang hanya berjarak 400 m dari halte. Masih di halte, saya tergoda membeli teh kemasan karena cuaca Jakarta yang terasa panas. Rasanya jalan-jalan murah di Jakarta mulai terasa seru.
Newest Older

Related Posts

Post a Comment