Tanggal 25 September 2024 menjadi hari ulang tahun Kota Bandung ke 688. Kota tempat saya lahir dan besar ini pastinya memiliki fakta unik. Apa saja ya fakta unik kota Bandung yang menarik untuk disimak?
Sebagai penganut Sunda Pride, tak aneh bila saat bertemu orang Sunda di perantauan, semua orang Sunda akan mengaku sebagai orang Bandung padahal berasal dari Cililin (Kabupaten Bandung Barat), Cimindi (Kota Cimahi) atau Rancaekek (Kabupaten Bandung). Bandung Raya memang meliputi keempat Kab/Kota tersebut.
Danau Purba
Berbicara mengenai sejarah geologi Bandung, kita akan berbicara pula mengenai cekungan Bandung yang terbentuk akibat letusan Gunung Sunda. Gunung Sunda merupakan gunung dengan tinggi 4000 mdpl yang meletus antara 210.000 – 105.000 tahun yang lalu. Letusan itu membentuk danau Bandung purba yang kemudian mengering berbentuk cekungan yang kini menjadi dataran Kota Bandung.
Jejak Danau Purba yang telah sirna ini dapat teman Menong rasakan saat akan memasuki daerah Bandung Raya. Bila teman Menong akan mengunjungi kota Bandung melalui jalur darat (dari arah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung), teman Menong harus menempuh jalan berkelok melintasi gunung lalu menurun seperti menuruni lembah saat akan memasuki wilayah Bandung Raya.
Alat-alat prasejarah seperti alat pemotong (pisau dan alat berburu (mata panah) banyak ditemukan di wilayah Nagreg, Kabupaten Bandung dan Citatah, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Unsur batu pembuat kedua alat tersebut dipastikan berasal dari unsur yang sama meski lokasi keduanya berjauhan.
Hal ini menjadi fakta unik yang membuktikan wilayah Nagrek dan Citatah merupakan pinggiran danau yang menjadi tempat manusia prasejarah beraktivitas bahkan saat Danau Purba Bandung belum mengering. Bukti lain ditemukannya kerangka manusia prasejarah di Gua Pawon, Citatah.
Dari arah Kabupaten Cianjur, teman Menong akan melewati wilayah gunung kapur di daerah Citatah, Padalarang yang dikenal dengan wisata Stone Garden. Jalan sepanjang Citatah - Padalarang yang berkelok menampakan lembah kapur sebelum akhirnya menurun di daerah Situ Ciburuy.
Gunung kapur ini menjadi bukti bila dahulu sebelum terbentuk danau Bandung, wilayah Bandung raya dan sebagian Jawa Barat merupakan dasar laut di jaman Miosen awal (22,5 – 17 juta tahun yang lalu). Dasar laut menjadi daratan yang membentuk kapur Citatah di Kabupaten Bandung Barat. Kini daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata geopark yang dikenal dengan Taman Batu (Stone Garden).
Lain halnya bila teman Menong memasuki Bandung Raya melalui Lembang, salah satu destinasi favorit wisatawan domestik dan mancanegara. Tahukah teman Menong bila kawasan Lembang terbentuk dari gerakan gempa dalam 3.000 tahun terakhir ini. Kawasan
Lembang terkenal dengan sesar Lembang, patahan yang terbentang sepanjang 29 km dari kaki Gunung Manglayang di kawasan Jatinangor, Kabupaten Sumedang hingga gunung Kapur di Padalarang membentuk tembok alam raksasa. Meski dikenal dengan keindahan alamnya, kawasan Lembang menyimpan bahaya maha dahsyat bisa sewaktu-waktu terjadi gempa tektonik akibat pergeseran sesar Lembang.
Budaya
Masyarakat Tatar Sunda dikenal dengan budaya Sunda yang kental dengan masyarakat yang religius dan ramah. Di tengah gempuran jaman, budaya Sunda masih mendapatkan tempat yang istimewa bagi suku Sunda yang menjadi suku mayoritas di daerah Bandung Raya.
Meski tak lagi menggunakan unduk usuk basa seperti dahulu kala, teman Menong masih bisa mendengar bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar di Bandung Raya. Beberapa kata dari bahasa Sunda telah diserap sebagai bahasa ‘gaul’ nasional seperti Jomblo yang (dahulu) berarti perawan tua dan kini bermakna sebagai orang tanpa pasangan. Atau ‘ngabuburit’ sebagai aktivitas menunggu waktu berbuka puasa.
Sayangnya nama-nama khas Sunda seperti ini Asep yang divariasikan menjadi Atep, Acep atau Ayep, Euis menjadi Iis, Eulis, Lilis sudah mulai menghilang digantikan nama bernuansa arab atau barat. Meski begitu nama panggilan generasi milenial masih didominasi dengan nama khas Sunda seperti salah seorang teman saya bernama Mahatma yang kerap disapa Mamat.
Satu hal fakta unik kota Bandung yang sering dibahas di medsos adalah tidak adanya budaya 'klakson' semacet atau serusuh apapun di jalan raya. Saat lampu merah berganti menjadi hijau, tak ada klakson nyaring atau gerutuan karena semua orang akan sabar menunggu giliran maju. Tak heran bila ada celetukan bagi orang yang tak sabaran di jalanan "sakirana rusuh mah, indit weh ti kamari" (kalau memang buru-buru, pergi aja dari kemarin).
Kuliner
Bandung merupakan surga wisata kuliner, dari mulai kuliner jadul hingga kuliner kekinian. Entah apa sebabnya, wisatawan menjadikan kuliner sebagai tujuan utama saat berkunjung ke Bandung. Mungkin dari varian nya yang beraneka ragam, rasa yang lumayan enak dan harganya yang terjangkau.
Menu per-aci-an merupakan jajanan yang umum ditemui di kota Bandung. Sebut saja cilok (aci dicolok), cimol (aci dikemol), cilung (aci digulung), cilor (aci telor), dan lainnya menjadi primadona terlebih banyak inovasi yang dikembangkan menyesuaikan dengan trend kekinian seperti cireng isi mozzarela, seblak parasmanan atau batagor selimut.
Teman Menong bisa berkunjung ke kawasan Gempol untuk menikmati Kupat Tahu Gempol yang legendaris, lotek Alkateri di Jalan ABC, sate Cimandiri di belakang Gedung Sate, Surabi Enhaii di Jalan Setiabudi, Kolak Kalipah Apo, Mi Kocok dekat GOR Saparua (pas belokan jalan Halmahera), cuankie di Taman Lansia atau warung nasi Cihapit di Pasar Cihapit. Namun, siapkan dana berlebih ya karena di kawasan ini, harga dipatok untuk wisatawan.
Saya pribadi lebih sering menikmati jajanan ala rakyat jelata saja yang murah meriah. Teman Menong boleh mencoba baso tahu di pertigaan Jalan Diponegoro dan Jalan Trunojoyo yang harganya hanya Rp. 3.000/pcs atau Lomie di Jalan Ciliwung dengan harga Rp. 15.000/porsi, Cipuk (aci kurupuk) di Jalan Kebon Bibit dengan harga Rp. 1.000/pcs atau sempol ayam di depan Mesjid Al Manar, Jl Puter dengan harga Rp. 1.000/pcs atau Batagor Ding's di batas kota Bandung - Cimahi (Jl. Sudirman) seharga Rp. 7.000/pcs
Fakta unik kota Bandung ini menjadi hal yang membuat saya selalu ingin kembali ke Bandung. Sebagai (mantan) perantau yang lama meninggalkan Bandung, hati saya selalu ingin kembali ke kota kembang ini. "Hanya ke Bandung lah aku kembali kepada cintaku yang sesungguhnya" -Soekarno.
Akhir tahun, saya sekeluarga insyaalloh mau rekreasi ke Bandung bareng teman-teman kantor.... Pas banget gak sih baca artikel menarik ini. Bisa jadi referensi saat ke Bandung nih... Danau Purba kayaknya worth it tuh...
ReplyDeleteHayu Pak Dokter..jalan-jalan seputar gasibu banyak jajanan :D
DeletePaling seneng ke Bandung tuh ke Lembang. Dinginnya 11, 12 sama Sukabumi. Kalau wilayah lain mulai agak terasa panas sekarng-sekarang. Tapi Lembang macetnya minta ampun, ya, secara memang banyak menjadi destinasi wisata turis lokal dan mancanegara juga
ReplyDeleteSaya suka dengan mie kocoknya, batagor atau somay atau per-acian jug boleh la hehe. Tapi Bandung sekarang macet dimana-mana, berasa capek di jalan
ReplyDeleteBandung selalu menarik minat utk kembali kesana. Dulu saat masih SMA beberapa kali kesana mengunjungi kakak yg kuliah di ITB. Jaman saat FO lagi jaya-jayanya. Yg paling berkesan saat sy diboncengkan berdua ke Boscha Lembang..ala² Sherina berpetualang hahaha. Semoga suatu saat bisa ke Bdg lagi yaa
ReplyDeleteSelamat Hari Jadi Bandung! Salah satu kota yang ramah untuk para pekerja seni. Perpaduan yang apik antara kota modern yang sejuknyaa bikin rindu untuk kembali. Kuliner Bandung memang josh, apalagi penyuka per-aci-an macam saya, goyang lidah aseek.
ReplyDeleteSetuju sama paragraf pembukanya. Tentangga ku juga ada yang orang Bandung, padahal bukan Bandung, Kuningan atau mana gitu lupa, beliau pernah cerita sendiri. Aku kalo pulang ke Jawa Tengah juga gitu, kalo ditanya sekarang tinggal dimana ku jawab Surabaya, padahal Surabaya tetangga kota wkwk.
ReplyDeleteUmma selalu penasaran dengan Bandung yang sampai sekarang. Banyak ya fakta unik nya
ReplyDeleteBahwa kalimat awal langsung ketawa, pas banget sebagai orang Cimahi yang suka ditanya tinggal dimana sama orang luar Bandung pasti jawabnya Bandung biar cepet. Sebagai orang Bandung Raya kalau udah masuk long weekend dan liburan panjang pasti langsung jd orang introvert dan kaum rebahan aja, ga kuat sama macetnya dan berasa lama aja mau kemana-mana
ReplyDeleteSaya sudah beberapa kali berkunjung ke Bandung, tapi belum selesai mengeksplor semua wisata dan kulinernya. Memang unik sih Bandung itu. Nggak mbosenin.
ReplyDeleteBandung menjadi salah satu tempat yang ingin dijelajahi oleh Keluarga Jejak Lampah. Insya Allah di tahun 2025 nanti akan beekunjung ke beberapa tempat di Bandung dan sekitarnya. Saya baru tahu kalau ada lempengan aktif yang sering menyebabkan gempa. Pantas saja ketika kami camping di Ciwidey tiba-tiba terjadi gempa dan pihak pengelola berkata tidak apa-apa karena itu sudah biasa.
ReplyDelete