Review Hotel di Payakumbuh

Post a Comment
hotel payakumbuh
Bulan Juni 2024, saya berkesempatan mengunjungi Payakumbuh, Sumatera Barat. Kami menginap hotel di Payakumbuh selama beberapa hari sembari menikmati keindahan kota.

Payakumbuh

Payakumbuh adalah sebuah kabupaten yang dikelilingi Kabupaten Limapuluh Kota dan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar. Kota ini juga terletak di hamparan Gunung Sago, Bukit Barisan. Payakumbuh berjarak hampir 130 km dari Kota Padang lewat Malalak, Kabupaten Agam karena jalur terdekat lewat Lembah Anai masih tak bisa dilalui pasca longsor.

Hampir 6 jam kami berpetualang melewati jalanan perbukitan nan curam sebelum menginjakan kaki di kota yang dikenal sebagai penghasil rendang terenak di Sumatera Barat ini. Mata kami dimanjakan pemandangan indah lembah, Gunung Marapi, Gunung Sigantang hingga Jam Gadang yang kami lewati di perjalanan.

Kami tiba menjelang jam 6 sore dan langsung meluncur menuju hotel untuk beristirahat. Bagaimana pengalaman kami menginap di hotel di Payakumbuh? Yuk, simak!

Shafira Hotel, Payakumbuh

Hotel ini terletak di Jl. Jend Sudirman No.264, Nan Kodok, Kec. Payakumbuh Utara. Lokasinya agak jauh dari pusat kota sehingga terkesan sepi. Hotel berlantai dua ini terlihat masih baru. Bau cat masih tercium saat kami masuk kamar.

Saya sengaja memilih kamar di lantai 1 karena kondisi tangan belum bisa mengangkat barang sambil naik turun tangga (tak ada lift di hotel ini). Kamar yang saya pilih berdekatan dengan resepsionis dan tepat berada di depan ruang makan.

Nampaknya hotel ini sering digunakan pegawai instansi pemerintahan karena kami melihat tamu berseragam selama menginap satu malam di sini. Meski area resepsionis terbilang kecil dan tidak bisa menampung antrian tamu yang akan check in atau check out, hotel ini memiliki lahan parkir lumayan luas.

Terlihat sederhana, Shafira memiliki fasilitas yang lumayan lengkap. Kamar yang rapi dan luas nya kurleb 24 cm, lemari baju dan meja kerja yang lumayan besar, TV dengan channel lokal dan luar negeri, satu set meja dan kursi yang digunakan untuk menyimpan teko listrik, air mineral, gula dan kopi dan wifi yang lumayan kencang. Hanya saja, kamar mandi nampak cukup sempit namun shower air panas berfungsi dengan baik.

Sarapan pagi dihidangkan jam 7.00 WIB (hmm, biasanya termasuk terlambat bagi kami yang harus tiba di tempat kegiatan jam 7.30 WIB). Menu yang sederhana lumayan menggugah selera. 

Kekurangan lain adalah, tempatnya yang berada di pinggir kota menyulitkan teman Menong untuk mencari makan atau menunggu taksi onlline. Talang air sepertinya dialirkan dari lantai atas melalui kamar mandi sehingga terkadang berbunyi keras. Kamar yang saya pilih juga memiliki jendela yang menghadap lahan parkir sehingga gorden harus ditutup setiap waktu.

Saya beri rate 4/5 untuk Shafira Hotel. 

Hotel Mangkuto Syariah, Payakumbuh

Hotel berlokasi di Jl. Jend Sudirman, Koto Dibaruah, Kec. Payakumbuh Utara merupakan hotel syariah. Hotel ini berada tak jauh dari Hotel Shafira. Hotel Mangkuto merupakan hotel terbesar dan terbagus di Payakumbuh.

Benar saja, kami mendapatkan kamar super luas, kurleb 40m2. Semua kamar VIP berada di lantai dasar sehingga pintu kamar menghadap taman bagian belakang. Setiap kamar dilengkapi dengan double bed (queen size), satu set kursi dan meja tamu, meja hias, kulkas, TV, lemari pakaian, wastafel dan kamar mandi. Di teras kamar, terdapat satu set kursi kayu.

Awalnya saya ditawari kamar VIP berdesain unik, dilengkapi meja tinggi sebagai mini bar, dengan pintu depan dan pintu belakang namun saya tolak karena tak punya nyali harus tidur sendirian. 

Hotel Mangkuto memiliki halaman belakang seluas lapangan bola yang menghadap langsung Bukit Barisan…iya, Bukit Barisan yang biasanya hanya saya baca di buku pelajaran sekolah. Lapangan rumput ini berada dekat kamar VIP dan mushola kecil di tengah taman.

Resto hotel berkonsep semi outdoor karena dekat dengan lapangan rumput dan gedung serba guna. Desain yang sederhana tidak mengurangi keindahannya. Terlebih menu di hotel ini terbilang juara karena semua enak rasanya.

Setiap hari kami disuguhi dengan makanan khas Sumatera Barat yang serba pedas. Sesuatu yang menyulitkan bagi saya yang sedang menjalani terapi gerd. Nasi goreng pedas, mie pedas, lontong padang, tapis ketan, bubur kampiun (kesukaan saya) selalu hadir menemani. Tak lupa dengan kerupuk jengkol yang super enak.

Tak seperti resto lain, Hotel Mangkuto menyediakan paket herbal seperti madu, chiaseed, rosela, himsalt, minyak zaitun, serbuk jamu, habbatussauda, dan kurma sebagai pelengkap sarapan.

Yang unik, akhirnya saya ‘bertemu’ juga dengan bumbu mie instan goreng yang ternyata berbeda dengan yang biasa kami temui di pulau Jawa karena tak menyajikan saos sebagai bagian dari bumbunya.

Sayangnya, teman Menong tak bisa mencuci baju lewat laundry karena hotel tak menyediakan jasa ini. Teman Menong bisa memanfaatkan jasa laundry antar jemput yang dititipkan di resepsionis.

Meski berada di tengah hamparan gunung, bagi kami (orang Bandung), cuaca di Payakumbuh terbilang panas. Meski begitu, kami tetap bersemangat untuk jalan-jalan di seputar kota termasuk mencicipi aneka kuliner Payakumbuh dan menapakkan kaki di Lembah Harau. Review hotel di Payakumbuh, saya beri rate 5/5 untuk Hotel Mangkuto Syariah.

Related Posts

Post a Comment