Yogyakarta selalu mendapat tempat di hati saya dan Zauji. Meski kami telah berulang kali berkunjung, rasanya kami tak pernah bosan menelusuri tempat wisata di jogja dekat Malioboro. Alhamdulillah, di bulan Syawal ini kami berkesempatan kembali mengunjungi kota perjuangan ini.
Trans Jogya
Kali ini saya dan Zauji memiliki waktu yang lebih luang untuk menjelajah Yogyakarta. Meski begitu kami kembali menginap di Kaliurang agar lebih dekat dengan tempat kami beraktivitas. Masih di menginap di guesthouse yang sama.
Karena kami bepergian dengan kendaraan umum tentunya kami mencari berbagai alternatif untuk menikmati perjalanan kami ini. Homestay yang kami pilih terletak di daerah Kaliurang, tak jauh dari Terminal Condongcatur. Karena kami tak pernah naik Trans Jogya sebelumnya, Zauji mengajak saya untuk mencobanya.
Sengaja berjalan kaki dari guesthouse, terminal Condongcatur terletak di utara perempatan Ringroad Utara-Jl Gejayan. Meski hanya berfungsi sebagai terminal pembantu, terminal ini dilalui banyak bus kota berbagai jurusan. Selain itu, Terminal Condongcatur menjadi persinggahan Trans Jogya, bus cepat yang dapat teman Menong pilih saat ingin berjalan-jalan keliling Yogyakarta.
Tersedia untuk berbagai jurusan, aman, nyaman, ber-AC, pelayanan ramah dan harga yang murah hanya sebesar Rp. 3.600 untuk satu kali perjalanan benar-benar membuat Trans Yogya jadi pilihan paling tepat untuk nga-bolang termasuk mencari tempat wisata di Jogja dekat Malioboro.
Berhubung di Bandung tak ada armada serupa, kami berdua sempat kebingungan dengan rute, tata cara naik Trans Jogya termasuk bagaimana cara membayar ongkos bus. Alhamdulillah, petugas membantu kami dengan ramah dan menyarankan kami untuk memilih jalur 2A saja.
Trans Jogya (Sumber : liburmulu.com) |
Petugas mengarahkan kami untuk untuk melakukan pembayaran menggunakan kartu e-money. Satu kartu dapat digunakan untuk beberapa pembayaran sehingga saya dan Zauji cukup menggunakan satu kartu saja.
Waktu sudah menunjukan jam 17.00 WIB sehingga tak banyak waktu yang bisa kami pakai untuk jalan-jalan ke tujuan wisata yang rata-rata sudah tutup sebelum magrib tiba. Akhirnya kami memutuskan untuk hanya menikmati senja Kota Yogyakarta saja di atas bus alias tak perlu turun dan mampir kemana-mana.
Duduk di samping jendela di bus yang tak begitu penuh penumpang, cuci mata murah meriah ini memakan waktu hampir 2 jam Terminal Condongcatur – Kota Yogyakarta – Terminal Condongcatur.
Sepanjang perjalanan kami mengobrol dan mengomentari beberapa tempat yang kami kenal termasuk Malioboro dan Kota Gede yang sedianya akan kami kunjungi menggunakan taksi online. Tak ada satupun dari kami yang membawa jaket hingga kami berdua kedinginan dalam bus. Namun perjalanan lumayan seru meski kami tak turun dari bis sama sekali hingga kembali ke terminal Condong Catur menjelang isya.
Benteng Vredeburg
Destinasi pertama adalah kawasan Malioboro. Waktu masih menunjukan jam 07.00 WIB saat kami tiba di Malioboro. Kami sengaja turun di halte Maioboro 2 karena saya ingin menikmati nasi pesel dan sate di dekat kawasan Beringharjo. Sepertinya karena bukan hari libur sehingga tak ada deretan penjual di pinggir jalan.
Meski kami sudah berkali-kali jalan-jalan di Yogyakarta, tujuan kami ke Malioboro hanya ke Toko Batik Hamzah a.k.a Mirota saja. Karena masih pagi kami memutuskan untuk terus berjalan kearah perempatan yang biasa terlihat ramai. Ternyata di sebelah kiri jalan kami melihat bangunan kokoh yang menarik mata : Benteng Vredeburg.
Sebetulnya benteng ini terletak tak jauh dari homestay murah di dekat Malioboro yang kami pilih di tahun 2022, namun entah mengapa saat itu mata kami tak melirik benteng megah ini.
Dikutip dari kebudayaan.jogjakota.co.id, benteng Vredeburg terletak di titik nol Yogyakarta. Benteng yang dibangun tahun 1760 ini terletak di pusat kota Yogyakarta. Benteng yang dibangun pada tahun 1760 ini merupakan bentuk nyata kekhawatiran Belanda atas kemajuan keraton yang semakin pesat. Dengan dalih, menjaga keamanan, benteng yang berada tepat di depan Keraton Yogyakarta ini menyiratkan keinginan Belanda untuk mengontrol perkembangan keraton kala itu.
Desainnya membuktikan, letak benteng Vredeburg hanya berjarak tembak meriam dan tepat di jalan utama menuju keraton. Meski bangunan awal di tahun 1760 terlihat sederhana namun bangunan ini terus berkembang menjadi beneng kokoh di tahun 1787 saat benteng selesai dibangun. Benteng ini awalnya dinamakan dengan nama benteng Rustenburgh dan diubah saat terjadi pemugaran pasca gempa menjadi Vredeburg pada masa pemerintahan Daendels.
Dalam catatan sejarah yang tertulis di setiap masanya, kisah benteng Vredeburg ini mengalami banyak cerita seiring perjalanan waktunya dan berakhir saat berhasil dikuasai TNI dan masyarakat yang bertempur dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.
Benteng dengan luas 46.574 m2 ini kini difungsikan sebagai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang terbuka untuk umum. Teman Menong dapat berkunjung dengan membeli tiket seharga Rp. 3000 saja. Murah ya!
Ada beberapa bangunan di dalamnya termasuk ruang diorama yang menyajikan koleksi benda sejarah, ruang pemutaran film, perpustakaan, ruang pameran dan lainnya. Sayang sekali, saat kami memasuki ruangan diorama, aliran listrik mati sehingga kami tak bisa menikmati ruangan diorama dengan maksimal.
Yang saya sukai dari benteng Vredeburg adalah memiliki ciri khas pintu, jendela dan plafonnya yang tinggi. Begitupun dengan parit yang mengelilingi kompleks benteng. Teman Menong dapat membayangkan fungsinya sebagai pertahanan untuk menghambat gerakan lawan.
Seperti benteng lainnya yang pernah saya kunjungi, benteng Vredeburg juga terlihat asri, bersih dan sunyi. rasanya saya dapat membayangkan kehidupan serdadu Belanda yang berlalu lalang di dalamnya. Terlebih di area atas benteng, ada beberapa patung pejuang seolah menggambarkan perjuangan pejuang dahulu untuk turut merebut benteng yang dikuasai Belanda ini.
Jelas sekali bila Benteng Vredeburg ini terawat dengan baik sehingga membuat betah siapapun yang datang berkunjung. Saya pun sempat memotret toilet museum yang tak kalah bersih dan terawat.
Tak salah bila Benteng Vredeburg menjadi tempat wisata di Jogja dekat Malioboro yang bisa teman Menong pilih saat berkunjung ke Yogyakarta. Selanjutnya kami melipir menuju destinasi berikutnya yang jaraknya tak begitu jauh yaitu Keraton Yogyakarta. Bagaimana ya ceritanya, yuks simak di carita nga-bolang selanjutnya!
Post a Comment
Post a Comment