Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari. Tahun ini tema yang diambil adalah Close the Care Gap, akhiri kesenjangan perawatan penderita kanker. Untuk memperingati hari istimewa ini, banyak instansi seperti Puskesmas, laboratorium klinik bahkan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyelenggarakan pemeriksaan kanker gratis seperti tes IVA. Nah, yang harus dipelajari dan ketahui hasil IVA positif apakah berbahaya?
Kanker Payudara
November 2019, Ibunda merasakan adanya benjolan berukuran sangat kecil di payudara sebelah kiri. Awalnya memang tak terasa sakit sehingga memilih mengabaikan dan tidak mengatakannya kepada saya. Di pertengahan Januari 2020, Ibunda mulai mengeluh benjolan yang terasa membesar dan mulai menimbulkan rasa sakit terutama saat lengan kiri diangkat.
Pasca diagnosa Kanker Payudara, Ibunda menjalani serangkaian pengobatan dari mulai biopsi, mastektomi, kemoterapi hingga berbagai pemeriksaan darah, USG perut, rontgen dan lainnya. Awal tahun ini, genap 3 tahun kami berjuang bersama demi kesembuhan Ibunda. Meski Ibunda dapat beraktivitas secara normal, jadwal kontrol tetap diberikan dokter.
Selain memantau kondisi Ibunda, dokter bedah onkologi juga mengingatkan saya untuk menjaga pola hidup dan rutin memeriksakan diri karena potensi resiko kanker jauh lebih besar dengan adanya keluarga dekat yang mengidap kanker.
Pengalaman menderita kanker payudara dan mendampingi seorang teman dekat yang sedang diberi ujian kanker serviks, membuat saya jauh lebih waspada. Walau tak terlalu ketat menerapkan pola hidup sehat, saya mulai mempelajari gaya hidup yang semestinya kita jalani.
Pap Smear
Dahulu Ibunda sendiri rutin melakukan tes pap smear sejak beberapa kali terdeteksi polip kandungan atau polip rahim. Polip rahim merupakan kondisi pertumbuhan abnormal sel atau jaringan dalam rahim atau endometrium. Polip berbentuk bulat atau lonjong ini memiliki banyak ukuran dan ditangani dengan melakukan kuretase dan melakukan memeriksa polip yang dikeluarkan di laboratorium paotologi klinik.
Alhamdulillah, semua hasil menunjukan polip tersebut bersifat jinak dan tidak mengarah berkembang menjadi kanker. Dengan pengalaman inilah, saya meminta Ibunda untuk melakukan pengecekan pap smear rutin setiap tahun. Hingga tahun 2010, hasil pap smear terhitung baik.
Tes pap smear merupakan pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker leher rahim atau kanker serviks. Sebuah nama yang sangat asing bagi kami tentunya. Selain itu, pap smear dapat pula mendeteksi adanya peradangan atau infeksi organ serviks.
Tes pap smear dilakukan dengan mengambil sel di leher rahim. Tes ini dianjurkan untuk perempuan yang telah menikah atau aktif melakukan hubungan seksual. Tes dilakukan 3 atau 5 tahun sekali.
Layanan Puskesmas
Awal tahun 2023 menjadi waktu ‘me time’ karena atas ijin Allah SWT, Ibunda sudah dokter nyatakan dalam kondisi baik. Tak lagi kontrol tiap bulan, demikian juga dengan Zauji yang diperkenankan untuk kontrol setiap 6 bulan.
Saya pun kembali teringat ‘tagihan’ kesehatan yang belum saya lunasi. Sejak lama ingin melakukan tes pap smear saya pun kembali mencari informasi tempat dan waktu yang tepat. Qodarullah, Zauji memberikan informasi mengenai tes IVA.
Awalnya saya dan Zauji mengira tes ini merupakan pap smear yang saya maksudkan. Kembali menghubungi bidan Endah, nakes yang mendampingi kami sewaktu menjalani isolasi mandiri Covid 19 di tahun 2021, saya mendapatkan informasi yang akurat mengenai tes IVA ini.
Pemeriksaan tes IVA ini dijadwalkan setiap hari Kamis di bulan Februari jam 08.00 - 11.00 WIB. Tak dipungut biaya alias gratis. Secara administrasi hanya diharuskan membawa foto kopi KTP sebagai bukti warga kelurahan setempat.
Syarat lain yang harus diperhatikan adalah
- Wanita yang sudah menikah
- Tidak sedang haid
- Tidak melakukan hubungan intim 1 x 24 jam sebelum pemeriksaan
- Tidak sedang hamil semester 1
Dan yang terpenting keberanian untuk melakukan tes dan mempersiapkan diri dengan hasil yang didapat. Banyak orang yang masih bertanya hasil IVA positif apakah berbahaya? Bila berbahaya, alasan ini lah yang membuat banyak perempuan enggan untuk melakukan tes IVA ini meskipun gratis.
Tes IVA
Sayapun melalukan browsing di internet untuk mencari tahu mengenai tes IVA. Pemeriksaan IVA atau Inspeksi Asam Asetat dilakukan dengan alat dan cara yang sederhana serta hasil yang langsung diperoleh saat itu juga. Pemeriksaan ini menjadi salah satu alternatif untuk mendeteksi deteksi dini kanker serviks.
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang berada di urutan kedua yang banyak diderita di Indonesia setelah kanker payudara.
Serviks atau leher rahim merupakan bagian rahim yang terhubung dengan vagina. Serviks berfungsi untuk memproduksi lendir yang akan membantu sperma disalurkan dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. (Sumber : alodokter.com/kanker-serviks)
Kanker serviks dikaitkan dengan infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) yang bisa menular melalui hubungan seksual.
Pada kanker serviks, sel kanker tumbuh di leher rahim dan biasanya mulai menunjukan gejala saat memasuki stadium lanjut sehingga perempuan yang sudah menikah atau berhubungan seksual disarankan melakukan pemeriksaan kanker serviks secara berkala.
Gejala kanker serviks yang harus diwaspadai diantaranya keputihan dalam jumlah banyak dan berbau, pendarahan vagina saat melakukan hubungan seksual atau pendarahan tak wajar di luar masa haid (ini gejala yang dialami almarhumah kakak Ayahanda dan Ibunda teman dekat saya saat ini)
Prosedur Tes IVA
Sesuai janji, saya datang ke Puskemas tepat jam 9 pagi. Saya sangat jarang menginjakan kaki di puskesmas ini kecuali pada saat melakukan swab antigen dan PCR ulang saat dua kali terkonfirmasi positif Covid 19.
Meski banyak warga yang tak pernah melapor, bagi saya dan Zauji melaporkan diri secara sukarela kepada pihak Puskesmas menjadi salah satu cara kami membantu pemerintah menangani pandemi.
Bidan Endah meminta saya untuk langsung mengetuk pintu ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Saya baru menyadari bila pintu terkunci. Rupanya tak sembarang orang bisa keluar masuk ruang KIA pada saat pemeriksaan IVA berlangsung.
Seorang petugas (magang) keluar dan menanyai saya beberapa pertanyaan sesuai dengan format yang tertera pada berkas yang dibawanya.
Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, riwayat pernikahan saya dan Zauji (berapa kali menikah), umur pada saat menstruasi pertama kali, pakai KB atau tidak, riwayat penyakit, riwayat melahirkan, apakah ada keluhan seputar organ reproduksi atau tidak dan pertanyaan lainnya.
Saya pun menyampaikan bila saya memiliki riwayat keluarga yang mengidap kanker yaitu Ibunda yang menderita kanker payudara dan almarhumah kakak Ayahanda yang menderita kanker serviks.
Beberapa menit kemudian saya dipanggil masuk. Dan tentunya Zauji dilarang keras menemani saya. Tahap berikutnya masih sesi wawancara oleh bidan puskesmas untuk mengkonfirmasi data yang tadi saya berikan. Saya pun kembali menjelaskan proses pengobatan Ibunda dan obat-obatan apa yang sedang saya konsumsi saat ini.
Karena saya datang secara mandiri, pasien lain datang bersama-sama dalam satu rombongan, bidan puskesmas memberikan penjelasan secara terpisah. Bidan pun mempersilakan saya untuk menjalani pemeriksaan. Jujur saja, saat di luar tadi saya sempat bertanya apakah petugas magang yang akan melakukan pemeriksaan adalah petugas nakes puskesmas. Alhamdulillah ternyata nakes ahli yang melakukan prosedur tes IVA.
Tahapan tes IVA:
- Teman Menong tentunya diminta untuk menanggalkan pakaian bagian bawah (celana panjang, rok dan underware). Gamis merupakan pilihan yang tepat agar bagian bawah tubuh kita tetap tertutup walaupun selimut juga tersedia untuk kita pakai.
- Pasien diminta berbaring telentang dengan posisi litotomi yaitu kaki diangkat 30 - 40 derajat, lutut sedikit ditekuk, dan buka selebar mungkin di atas ranjang khusus. Ranjang ini biasa digunakan untuk pemeriksaan organ genital, pemasangan alat KB, proses persalinan atau proses ginekologi, rektal dan urologis.
- Petugas akan memasukan alat seperti cocor bebek yang bernama spekulum ke dalam vagina untuk menahan agar muut vagina terbuka sehingga leher dan mulut rahim terlihat jelas (Jangan bayangkan bagaimana rasanya, ya!)
- Coba untuk rileks meski teman Menong merasa tak nyaman dan sedikit terasa sakit.
- Petugas akan mengoleskan kapas yang telah dibasahi larutan asam asetat (asam cuka) 3 - 5 % pada permukaan jaringan serviks.
- Reaksi akan muncul berupa perubahan warna pada area yang diolesi asam asestat setelah satu menit.
Area yang tidak mengalami perubahan warna setelah diolesi asam asetat dapat dinyatakan sebagai jaringan serviks yang sehat sedangkan area yang mengalami perubahan warna berupa bercak putih merupakan tanda adanya pertumbuhan sel abnormal pada jaringan serviks.
Petugas juga mengambil foto kondisi serviks menggunakan kamera untuk memperlihatkan adakah kondisi tertentu yang perlu diwaspadai pasien atau tidak.
Hasil Tes IVA
Petugas langsung memperlihatkan foto yang diambil dan menjelaskan bagaimana kondisi fisik yang teramati. Alhamdulillah, petugas langsung menginformasikan bila hasil IVA negatif.
Tanpa sadar, saya langsung meloncat turun begitu proses yang tak lebih dari 15 menit ini selesai. Bidan Gloria, bidan kepala, secara langsung memberikan penjelasan perbedaan antara hasil negatif dan positif pada tes IVA. Bercak putih merupakan reaksi antara asam asetat dan virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks.
Beliau juga menunjukan berbagai foto kondisi serviks (sayangnya saya sungkan untuk mengambil foto saat beliau menerangkan). Tes IVA juga dapat menunjukan kesehatan organ reproduksi berdasarkan tampilan fisik.
Meski terkadang ada bercak atau luka terbuka pada lapisan epitel leher rahim (serviks), bukan berarti hasil tes IVA menunjukan positif. Biasa saja bercak atau luka tersebut karena adanya sariawan serviks (erosi serviks) yang sering muncul karena kurang vitamin C, infeksi seperti keputihan, adanya polip kandungan, penyakit menular seksual (PMS) atau lainnya.
Dengan hasil negatif, bidan Gloria menyarankan agar saya melakukan tes IVA secara berkala setiap tahun. Walau saya bersedia untuk melakukan pap smear sebagai pemeriksaan lanjutan, beliau mengatakan tidak perlu karena kemungkinan besar hasil pap smear menunjukan negatif pula.
Berdasarkan teori, keakuratan hasil IVA (87%) memang sedikit lebih rendah dari pap smear (93%) namun dari segi kecepatan, hasil IVA dapat langsung diperoleh saat itu juga.
Saya pribadi masih berkonsultasi dengan dokter kandungan apakah masih diperlukan pemeriksaan pap smear atau tidak. Seperti penjelasan bidan Gloria, dokter kandungan juga tidak meminta saya untuk pap smear namun menyarankan saya untuk rutin melakukan IVA atau pap smear setiap tahun.
Tidak memberikan resep obat apapun, sayur dan buah, menu makanan sehat, olah raga, hindari makanan minuman instan dan cek secara berkala menjadi kunci untuk mencegah kanker. Beliau berbaik hati mengajarkan saya untuk melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri).
Pasien dengan hasil IVA positif akan dirujuk ke fasilitas kesehatan selanjutnya di rumah sakit kelas A. Begitupun pasien dengan hasil negatif namun dengan kondisi organ reproduksi yang tidak sehat seperti terkena PMS akan mendapat layanan kesehatan gratis di puskesmas hingga kembali sembuh.
Berdasarkan cerita bidan Gloria, pasien dengan PMS diwajibkan mengkonsumsi obat di puskesmas langsung yang diberikan tanpa kemasan untuk menghindari penyalahgunaan obat bila pasien diberikan resep dan membeli sendiri di apotek.
Tak terasa satu jam lebih saya berada di ruang pemeriksaan. Banyak ilmu yang didapat, begitu pula dengan semangat yang ditularkan petugas nakes terutama Bidan Gloria. Saya pun diberi bingkisan cantik sebagai ucapan terima kasih karena sudah berpartisipasi.
Hasil IVA positif apakah berbahaya? Tentu saja akan berbahaya bila kita abai untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan. Jangan ragu untuk bertanya atau meminta pertolongan agar dapat ditangani sedari dini.
Bersyukur sekali dalam pertemuan 1 jam bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dalam dunia kesehatan, apalagi khusus pada satu bahasan. SADARI harus diperluas edukasinya di masyarakay, biar makin banyak yang tahu
ReplyDeleteDuh baca tulisan Teh menong kali ini jadi ikut degdegan membayangkan proses pemeriksaan tes IVA. Tapi dengan proses yang memang butuh keberanian luar biasa untuk pemeriksaan ini, akhirnya kita jadi tau ya dengan hasil positif atau negatifnya sehingga bisa tau juga apa tindakan yang harus diambil selanjutnya. Sehat selalu ya Teh
ReplyDeleteAku yang bacanya jadi ngilu ya, duh masih terasa sakit melahirkan makanya maju mundur ngecek dan mau pose litotomi wkwk
ReplyDeleteDuh pas aku baca part memasukan alat seperti cocor bebek, aku jadi ingat dulu pernah bermasalah dengan keputihan, dan mau ngga mau aku harus bersentuhan sama alat itu untuk periksa keputihan, sampe drama2, diomelin pula sama dokter kandungan karena otot2nya pada tegang, susah kan jadinya. 😆
ReplyDeleteAku sih pernahnya tes pap smear, mbak. Memang ga usah dibayangan posisi kita saat tidur terlentang dan kakinya bagaimana hahaha...Alhamdulillaah ga sakit, terasa dingin2 aja si cocor bebeknya. Hasilnya juga baik. Kalau tes IVA ini sepertinya aku belum deh. Memang deh penting sekali kita cek kesehatan organ kewanitaan. Jaga2 supaya jika terjadi sesuatu misalnya, dapat segera ditindaklanjuti. TFS mbak.
ReplyDeleteKanker leher rahim sejak beberapa tahun terakhir masih jadi masalah kesehatan di dunia. Kebanyakan para wanita pengidap penyakit ini datang dengan kondisi yang sudah terlambat. Dengan test IVA yang cukup "sederhana" ini, semoga bisa membantu memberikan titik terang bagi permasalahan tingginya angka kematian akibat kanker leher rahim...
ReplyDeleteAku tuh pengen banget pap smear mbak tapi membayangkan si cocor bebek itu nyaliki langsung ciut. Tapi demi kebaikan harus dilawan ya ketakutan itu. Duuhb kasih tips dong mbak supaya ga jiper ngadepin si cocor bebek
ReplyDeleteKuatkan hati demi kesehatan kita, rasa tak nyaman nya hanya sebentar kok...sebetulnya saya pernah melewati banyak hal tak menyenangkan di RS jadi pas cocor bebek itu ya kuat2 aja :D
Deletekemarin ada pemeriksaan gratis juga di tempat kerja tapi saya masih belum berani test.. apalagi baru lahiran setahun lalu, traumanya masih berasa 😁 tapi harus dilakukan yaa suatu saat
ReplyDeleteYa Allah mba, aku bacanya jadi deg-degan dengan bermacam2 prosedur dan tahap pemeriksaannya...
ReplyDeleteTapi memang harus dilakukan yaa demi kesembuhan dan kembali beraktifitas seperti biasanya
Ternyata ditulis dari segi pengalaman itu lebih menarik daripada tulisan yang hanya memberikan pengetahuan umum seperti google ya.
ReplyDeleteAku nyimak sambil kegambar tuh tahapan pemeriksaannya gimana.
Mudah2an keluarga kaka sehat selalu ya dan semoga dijauhkan dari perkankeran ini, aamiin
Alhamdulillah dapat banyak pencerahan di sini, Mba. Dulu pas kuliah saya juga pernah praktik melakukan tes IVA kepada beberapa ibu. Walalu memang tingkat keakuratannya lebih rendah dari Pap Smear tidak ada salahnya jika kita tetap aware. Salut dengan semangat Mba untuk memeriksakan diri meski belum ada keluhan.
ReplyDeleteIya,mba..insyaallah tiap tahun harus semangat untuk IVA atau pap smear
Delete