Akhir bulan Desember 2022 menjadi perjalanan akhir tahun bagi saya dan Zauji. Destinasi yang kami pilih adalah Kota Palembang, kota Pempek. Sebelum berangkat, menjadi tugas Zauji untuk mulai googling wisata Palembang terdekat yang bisa kami jajal berdua.
Di tengah keriuhan liburan panjang, kami memutuskan untuk berangkat menggunakan pesawat di tanggal 25 Desember untuk menghindari harga tiket yang melambung tinggi. Batik Air dengan jam keberangkatan 11.20 WIB menjadi pilihan kami agar tak pergi berangkat terlalu pagi dari Bandung. Alhamdulillah hanya memerlukan waktu 1 jam 5 menit, kami tiba di kota Palembang bada dzuhur.
LRT
Hari masih menunjukan jam 14.00 WIB saat kami tiba di kamar hotel. Setelah mengusir rasa lelah dengan beristirahat sejenak, Zauji mengajak saya untuk mencoba LRT atau Light Railway Transportation kebanggaan Palembang selepas sholat ashar.
Awalnya kami berniat mencoba LRT sejak keluar dari bandara. Hanya saja, ternyata hotel yang kami pilih tak dilalui rute LRT. Akhirnya dengan bantuan google maps kami berjalan menuju halte terdekat yaitu Garuda Dempo yang ditempuh dalam waktu 20 menit atau sekitar 1,7 km (jauhh yaaaa!)
Sebetulnya saya tidak menyukai jalan kaki dalam jarak yang cukup jauh namun Zauji menyakinkan saya kalau berjalan kaki sambil menikmati suasana kota akan jauh lebih seru ketimbang menggunakan taksi online.
Karena sama-sama tak memiliki pengalaman naik LRT, tentunya kami berdua kebingungan saat tiba di stasiun Garuda Dempo yang megah. Untuk membeli tiket dan naik LRT kami harus naik ke lantai 2 yang dapat ditempuh menggunakan lift atau eskalator. Jujur saja, kami berdua terkagum-kagum dengan fasilitas stasiun ini.
Di luar dugaan, kami juga disambut Duta LRT yang khusus memberikan informasi kepada penumpang yang masih belum familiar dengan LRT ini. Tiket LRT bisa dibeli langsung di konter yang tersedia atau masuk langsung menggunakan e-money.
Berhubung Zauji tak memiliki kartu e-money, akhirnya Zauji membeli tiket langsung dengan harga hanya Rp. 5000 saja untuk tujuan manapun kecuali tiket tujuan Bandara dikenakan Rp. 10.000. Kami memilih Stasiun Jakabaring sebagai destinasi akhir karena kami perlu survei pool travel yang kami pilih untuk pulang nanti.
Rute LRT Palembang |
Lagi-lagi saya dibuat kagum dengan segala fasilitas stasiun LRT. Karena kereta masih akan tiba 15 menit lagi, kami masih harus menunggu di lantai 2. Area tunggu sangat luas, lengkap dengan kursi, toilet, mushola, nursing room yang bersih dan memadai.
Menjelang kedatangan kereta (kurleb 5 menit), petugas mempersilakan kami untuk naik ke lantai 3 lewat lift atau ekskalator. Kami pun menunggu tak begitu lama. Peron 2 ditujukan untuk arah Jakabaring sedangkan peron 3 ditujukan untuk arah bandara.
LRT Sumatera Selatan atau LRT Palembang mulai dioperasikan bulan Agustus 2018 saat Asian Games yang diselenggarakan di Kompleks Jakabaring berlangsung. Memiliki rute sepanjang 24,5 km antara Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan tempat perhelatan, LRT yang dikelola PT KAI ini melewati 13 stasiun dan 1 depo. Sebanyak 14 set kereta yang terdiri dari 3 kereta untuk setiap rutenya, LRT mampu membawa hingga 250 penumpang.
Secara fisik, LRT sangat nyaman dan terawat. Sepanjang perjalanan menuju Jakabaring, kita disuguhi pemandangan Kota Palembang dari ketinggian. Gerbong LRT nampak lengang dan mulai penuh saat memasuki stasiun Ampera yang memang berdekatan dengan pusat kota Palembang yaitu Jembatan Ampera dan lainnya.
Kami turun di stasiun Jabaring menjelang magrib sehingga kami memutuskan kembali membeli tiket dan kali ini memilih stasiun Demang sebagai tujuan akhir dan meneruskan pulang ke hotel dengan taksi online. Ternyata asik ya menjajal LRT keliling kota Palembang.
Kain Songket dan Pempek Palembang
Tak lengkap rasanya berkunjung ke kota Palembang bila tak berbelanja kain songket dan pempek Palembang. Hari kedua menjadi hari berbelanja karena kami mengunjungi sentra kain songket dan rumah produksi pempek.
Pagi hari kami meluncur menuju Jalan Ki Gede Ingsuro No 32, Ilir Barat II, Kota Palembang untuk bertemu dengan owner Zainal Songket yang sudah dikenal banyak petinggi negeri ini dan kalangan selebritis.
Setelah berbincang dengan Drs. H. Kgs. Zainal Arifin Husin, kami pun diperkenankan untuk melihat langsung galeri dan tempat produksi songket buatan tangan yang ditenun dengan alat tradisional di area rumah beliau yang berusia 500 tahun. Kami pun diajak untuk mengunjungi museum yang beliau rintis selama berkarir sebagai pengrajin kain songket selama 40 tahun.
Pagi hari kami meluncur menuju Jalan Ki Gede Ingsuro No 32, Ilir Barat II, Kota Palembang untuk bertemu dengan owner Zainal Songket yang sudah dikenal banyak petinggi negeri ini dan kalangan selebritis.
Setelah berbincang dengan Drs. H. Kgs. Zainal Arifin Husin, kami pun diperkenankan untuk melihat langsung galeri dan tempat produksi songket buatan tangan yang ditenun dengan alat tradisional di area rumah beliau yang berusia 500 tahun. Kami pun diajak untuk mengunjungi museum yang beliau rintis selama berkarir sebagai pengrajin kain songket selama 40 tahun.
Kain Songket dari tahun 1718 M |
Kami pun asik memilih oleh-oleh yang akan kami bawa pulang, baju jadi dengan motif khas Palembang. Keinginan untuk membeli kain songket asli rasanya jadi menguap begitu tahu nilainya yang mencapai jutaan rupiah. Rasanya saya pun tak tega saat ditawari untuk memegang sehelai kain seharga Rp. 17 juta yang cantik menawan hati😍
Kain Songket Seharga Rp. 17 Juta |
Selain Zainal Songket, teman Menong juga dapat memilih galeri lain yang tersebar sepanjang Jalan Ki Gede Ingsuro ini. Setiap galeri tentunya memiliki motif yang khas dan unik ya. Bagi teman Menong yang masih ingin membeli kain songket dengan harga terjangkau, teman Menong bisa memilih kain non tenun yang tentunya memiliki kualitas yang berbeda dengan kain tenun asli.
Trip hari kedua diakhiri dengan bertandang ke kedai Pempek Cek Ya (Cek = Bibi) di Jalan Seduduk Putih. Kami bertemu dengan owner Pempek Cek Ya yang menerima kami dengan ramah, Raden Ayu Anisa. Kami bahkan ditawari untuk terjun langsung ke dapur untuk membuat pempek sendiri loh😍Sebagai penggemar pempek, rasanya saya dan Zauji takan pernah menolak segala jenis pempek Cek Ya ini!
Dan tentunya, rasa pempek asli Palembang ini sangat jauh berbeda dengan cita rasa pempek made in Bandung yang biasa kami beli. Rasanya empuk dan lebih gurih. Hal ini disebabkan bahan baku yang digunakan berbeda yaitu ikan belida dan ikan gabus. Saya sendiri berseloroh, bila di Bandung ikan Belida menjadi ikan hias yang mahal harganya dan disimpan di akuarium, di Palembang ikan belida disajikan dalam bentuk pempek.
Sayangnya karena populasi ikan belida semakin berkurang, pempek ikan belida mulai jarang didapatkan.
Bila teman Menong perhatikan, nama Ki Gede Ingsuro dan Raden Ayu ini mirip dengan penamaan di tanah Jawa yaa?
Oleh-oleh pempek dengan harga super murah juga bisa teman Menong dapatkan di berbagai pasar tradisional yang banyak tersebar. Sentra pempek berada di Pasar 26. Disini pempek dibanderol dengan harga Rp. 1000 saja dan siap dikemas dalam bentuk vakum.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Hari ketiga kami naik LRT dengan tujuan stasiun Ampera. Bisa ditebak, Stasiun Ampera terletak di kawasan Jembatan Ampera, yang menghubungkan kawasan Ulu dan Ilir yang terbelah Sungai Musi. Setelah berfoto dengan latar Jembatan Ampera, kami mampir ke Cagar Budaya Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang menghadap langsung Sungai Musi. Bisa jadi, museum ini menjadi wisata Palembang Terdekat
Teman Menong dapat membeli tiket seharga Rp. 10.000 untuk 2 orang pengunjung melalui QRIS. Apabila teman Menong tak memiliki QRIS, petugas di loket pendaftaran dapat membantu kita. Harga tiket untuk pelajar sendiri hanya Rp. 1000, mahasiswa Rp. 2000 dan tamu mancanegara dipatok Rp. 20.000.
Berada dalam naungan Dinas Kebudayaan Kota Palembang, bangunan ini sangat kental dengan arsitektur bergaya Belanda yang dapat dikenali dengan adanya pintu setengah lingkaran dengan struktur tinggi dan tebal yang berbahan dasar batu bata. Kayu ulin kokoh, kayu khas nusantara, menyambut kedatangan setiap pengunjung.
Bangunan berusia 2 abad ini dibuat simetris dengan tujuan mengawasi kondisi masyarakat bagian sisi religi (menghadap mesjid agung) dan perekonomian (Sungai Musi). Dahulu, lantai 2 digunakan untuk mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia sesaat setelah praklamasi. Petugas juga menyampaikan dahulu museum berfungsi sebagai ruangan penyiksaan yang terbukti dengan adanya kerangkeng tangan yang tertanam di dinding dekat tangga sebelum museum direnovasi.
Museum terdiri dari 5 ruangan utama yaitu abad Sriwijaya, abad Keraton, abad Palembang Darussalam, Abad Kolonial dan Abad Kemerdekaan. Kita bisa melihat gemilangnya kejayaan setiap era. Kita bisa melihat penjelasan sejarah, replika prasasti, lukisan, dan bukti sejarah lainnya.
Pemandu dengan senang hati menunjukan foto-foto asli bukti-bukti sejarah Palembang. Kami juga diberi akses museum digital yang bisa kita ikuti dengan melakukan scan barcode di brosur yang hanya bisa kita dapatkan bila berkunjung langsung ke museum. Menarik ya!
Terkadang ada pemikiran mengapa beberapa kata atau istilah Palembang mirip sekali dengan bahasa Jawa. Dan akhirnya, pertanyaan ini terjawab dari silsilah para raja Palembang yang dipajang di museum. Di abad 15, terjadi migrasi keluarga kerajaan Demak ke Palembang akibat adanya kemelut di keluarga Demak sehingga terjadi asimilasi budaya dari mulai tingkat kerajaan (pernikahan) hingga level masyarakat luas saat ini.
Karena petugas hanya menemani kami di lantai 1 saja, saya dan Zauji naik ke lantai 2 berdua saja. Sayangnya suasana sangat sepi dan ruangan cenderung remang-remang sehingga membuat saya tak nyaman untuk berlama-lama. Di lantai 2, teman Menong dapat melihat barang-barang peninggalan kerajaan seperti satu set kursi, replika pelaminan kerajaan hingga replika kamar tidur pengantin. Ada beberapa lukisan dalam ukuran besar yang bisa kita lihat.
Kamar Tidur Pengantin Kerajaan Palembang |
Tur museum ini berakhir dengan melihat arca di pelataran museum. Dan seperti yang telah dijelaskan petugas, terdapat perbedaan arca Ganesha di antara arca Ganesha era Sriwijaya dengan arca Ganesha di tanah Pasundan.
Kami pun mampir untuk menunaikan sholat dzuhur di Mesjid Agung Palembang. Bada sholat, kami meluncur ke destinasi wisata Palembang terdekat berikutnya. Kemana saja ya tujuan kami berikutnya?
Aku biasanya kalo gabut juga wira wiri naik bus dan kereta hihi karena emang jalan kaki adalah cara the best buat menyegarkan pikiran
ReplyDeleteMasyaaallah, seru banget traveling bersama zauji, ya, Mba. Semoga suatu waktu bisa rasakan hal yang sama. Hihihi. Super lengkap ini ulasannya, Mba. Ternyata dengan bujet minimalis banyak tempat cantik yang akhirnya bisa kita kunjungi, ya.
ReplyDeleteYa ampun makin kangen Palembang deh baca artikelnya mba apalagi ada LRT di Palembang pengen cobain semoga Palembang makin maju dan banyak dikunjungi wisatawan karena memang menarik ya budaya dan kulinernya
ReplyDeleteIya Palembang salah satu kota yang punya banyak tempat untuk dikunjungi dalam radius yang tidak berjauhan
DeleteMembaca tulisan mbak membuat saya flashback ke Tahun 2018 kala mengikuti Pendidikan Sertifikasi Guru di UNSRI selama 3 Bulan... Aduh jadi kangen pengen ke Palembang lagi nih, naik LRT, Main ke Jembatan Ampera, waahhh ....
ReplyDeleteAku suka bahasa ulasannya mbak, santai, detil dan aku jadi bisa mengingat tiap momen yang ada di sana.
3 Bulan di sana aku jadi terbiasa sarapan pempek loh 😁🤭 pempeknya emang paling the best lah...
Wadidaw...pempek untuk sarapan..juara banget ya
DeleteEnak mba bisa jalan² berduaan. Seru ya tempat wisatanya menambah pengetahuan juga. Pempek palembang emang juara sih
ReplyDeleteHebat Palembang sudah punya LRT, next mudah-mudahan Sukabumi juga punya...
ReplyDeleteEmpek-empek memang salah satu camilan maknyus, ya. Mudah-mudahan suatu saat bisa merasakan dan menikmati empek-empek asli di Palembang juga. Aamiin
Luar biasa ya mbak sekarang Indonesia makin maju dengan adanya LRT, empek-empek palembang mang nggak ada duanya..
ReplyDeleteDari sebelum pandemi, pingiiiin banget ke Palembang. Terutama pingin kuliner mpek2 asli di sana.
ReplyDeleteLha baca artikel ini jadi auto ngeces deh... OK deh, tunggu ada seminar ilmiah di sana ya... Tunggu aku ya Palembang...
Aduuh, aku bingung nih mau komen apa. Baca setiap perjalanan yang mbak menong lakukan bersama zauji jadi bikin aku mupeng. Naik LRT, kulineran, beli songket sampe ada yg harga jutaan, ke museum, dll. Aku juga suka naik transportasi umum mbak, LRT tuh jadi pengen nyobain gimana rasanya.
ReplyDeleteTapi aku paling salfok ke museum, terus nemu silsilah kerajaan. Yg ada migrasi dari kerajaan demak. Ini menarik yaa, aku baru tau juga. Kalo aku gak salah ingat, di akhir masa kejayaan Majapahit juga pernah terjadi mirip begini. Majapahit diserang musuh, akibatnya beberapa anggota kerajaan ada yang lari ke Madura dan Demak. Lama-lama keturunanya tersebar di berbagai daerah di Jawa..
Wow...serasa diajak ikut jalan-jalan sama dua sejoli Bandung nih. Kak Menong asik banget bisa jalan bareng sama keluarga... Tertarik dengan silsilahnya tadi, sayang kurang terlihat foto silsilahnya ya. Ceritakan lebih lagi dong silsilahnya.
ReplyDeleteHehehe, iya..kalau di zoom nanti banyak yang terpotong urutannya
DeleteWah keren kak, jadi pingin jalan ke palembang nih, makan pempek sambil memandang sungai musi 😁
ReplyDeleteAhhh jadi pengen qtime sama misua juga huhuhu jalan-jalan bareng ke tempat2 yang menarik
ReplyDeleteHayu...ajak misua nya ;)
Deletewah menarik liputannya milai dari kain songktet hingga pempek-pempek
ReplyDeletebersih ya stasiunnya
banyak hal yang bisa dicobain di Palembang 😍 kain songket bisa semahal itu apa karena dibuatnya manual dan sulit yah? jadi penasaran.
ReplyDeletekalau pempek asli sana gimana rasanya kalau dibanding sama yang ada di Bandung? :D
Masya Allah, asyik banget ya.. wisata sendiri ga pakai rombongan dan biro tour jadi lebih leluasa dengan waktu. Kain songket cantik -cantik ya Mbak.... Palembang.emang asyik .
ReplyDeleteAku yang belum pernah keluar Jawa (selain Bali) baru tahu di Palembang ada LRT mba, wkwk. Semoga oneday bisa trip wisata palembang juga. Dari kuliner, budaya, kain khas sampai tempat wisatanya seru ya.
ReplyDelete