Akhirnya kami berkesempatan mengunjungi galeri sekaligus museum songket ternama di Bumi Sriwijaya yaitu Zainal Songket Palembang. Ternyata, kejutan menarik menanti kami di sana!
Palembang
Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Kota Pempek ini namun pertama kali bagi Zauji. Awalnya kami punya rencananya menghabiskan akhir tahun dengan melakukan trip santai seputaran Jawa Barat, namun agenda ini kami alihkan karena ada tugas dadakan.
Ibukota provinsi Sumatera Selatan ini menjadi destinasi kami mengakhiri tahun 2022. Tak hanya menunaikan tugas namun juga mengunjungi seorang teman yang sudah lama tak bertemu. Penerbangan pagi Jakarta – Palembang kami pilih tepat di tanggal 25 Desember 2022 agar keramaian lalu lintas kami prediksi sudah mulai berkurang.
Alhamdulillah cuaca cerah mengantarkan kami bersua kembali dengan tanah tempat Sungai Musi berada. Kawasan di Kota Palembang terbagi menjadi dua yaitu kawasan Ulu dan Ilir yang dipisahkan Sungai Musi. Hotel dan tujuan lain yang kami pilih berada di kawasan Ilir yang dijangkau sekitar 30 menit menggunakan mobil pribadi dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kain Songket
Saya sangat menyukai kain khas nusantara. Karena lahir dan besar di Jawa, Batik tentunya menjadi kain khas nusantara yang paling sering saya gunakan. Saat berkunjung ke Kota Palembang, saya sangat penasaran dengan kain songket yang memiliki jenis kain dan motif yang sangat unik.
Sebetulnya kain songket yang dibuat secara massal alias diproduksi skala pabrik yang dapat kita jumpai dimana saja termasuk toko kain yang banyak bertebaran di Kota Bandung.
Dilansir dari National Geographic, kata 'songket' berasal dari bahasa Melayu 'sungkit' yang
memiliki arti 'mengait'. Asal kata 'songket' kemungkinan pula berasal dari kata 'songka' yaitu songkok khas Palembang yang diyakini sebagai pionir tenunan menggunakan benang emas.
Meski dikenal di Indonesia dan Malaysia sejak abad 13, tenun songket berasal dari daratan Cina sejak kurang dari seribu tahun yang lalu dan menyebar ke daratan Asia lain. Motif menyerupai songket ditemukan di Candi Mendut, Jawa Tengah sekitar abad 8 sampai 9.
Songket sendiri dibuat dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun lalu benang emas dan perak disisipkan diantaranya. Benang tambahan membentuk anyaman efek ornamen. Sebagian motif berbentuk geometris atau flora. Tak hanya wilayah Sumatera, wilayah Indonesia Timur juga memiliki songket dengan motif fauna, motif tengkorak atau motif khas leluhur.
Awalnya songket hanya lazim digunakan kaum bangsawan. Kain songket dikhususkan untuk kaum hawa sedangkan kain untuk kaum adam dinamakan kain tajung.
Proses Pembuatan Kain Songket
Keindahan kain songket Palembang memukau hati saya sejak pertama kali berkunjung ke Palembang 15 tahun lalu.
Dilansir dari indonesiakaya.com, kain songket mulai ada di tanah Palembang sejak masa Kerajaan Sriwijaya di abad 7 hingga abad 13. Kain Songket Palembang sudah banyak dikenal karena keindahan motifnya yang unik.
Kain songket Palembang dibuat dengan menggunakan bahan baku benang sutera yang diberi lapisan emas. Emas menjadi salah satu bahan karena jumlahnya yang melimpah terlebih di masa kejayaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam.
Benang tersebut ditenun menggunakan dayan. Dayan terdiri dari Cagak dan Beliro yang berfungsi untuk menarik benang. Benang disisipkan lalu ditarik, begitu seterusnya hingga membentuk motif kain songket. Tentunya diperlukan keterampilan khusus untuk menenun kain songket.
Desain awal membuat pola atau yang biasa disebut 'nyukit' menentukan motif songket yang dibuat. Pada saat proses nyukit, benang dipisahkan satu per satu dibentuk motif yang diinginkan. Selain itu kesalahan mengangkat urutan lidi saat menenun dapat mengakibatkan motif kain songket tidak akan terbentuk sempurna.
Jenis songket terdiri dari lepus (tenunan dan corak didominasi warna emas), limar (benang sutera dengan warna yang beraneka), tabur (motif menyebar dan bertaburan secara merata) dan rumpak (motif kotak)
Setiap jenis memiliki motif tersendiri seperti lepus bungo jatuh, lepus binatang, limar mentok, limar tretes mider, limar cantik manis, limar tabur putih, motif kunoa seperti limar gajah ada dan lainnya.
Pembuatan kain songket dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter ini menghabiskan waktu hingga 3 bulan hingga 6 bulan. Tak salah bila harga kain songket tenun mahal karena bahan baku (benang sutra berlapis emas) dan waktu pembuatan yang lama tentunya memiliki nilai tersendiri.
Zainal Songket
Kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu galeri kain songket ternama di Palembang, tepatnya di kawasan sentra kain songket, Jalan Ki Gede Ingsuro No 32, Ilir Barat II, Kota Palembang. Kami pun bertemu langsung dengan owner Zainal Songket yaitu Drs. H. Kgs. Zainal Arifin Husin.
Dengan ramah beliau menerima kami dan membagikan cerita mengenai usaha songket yang telah dirintis sejak tahun 1982. Beliau sendiri telah menekuni kain songket sejak berusia 11 tahun (hebat ya!). Di kediaman yang sekaligus berfungsi sebagai galeri, tempat pembuatan songket dan museum, kami berbagi cerita. What a surprise, rumah beliau ini sudah berumur 500 tahun looh!😘
Kain made in Zainal Songket telah dikenal banyak kalangan dari mulai presiden RI (era Presiden Suharto hingga Presiden Joko Widodo, selebritis hingga mancanegara. Karya beliau bahkan dipakai dalam pernikahaan dua Youtuber terkenal. Tak heran bila beragam penghargaan telah beliau raih selama 40 tahun berkarya.
Yang saya kagumi dari beliau adalah kukuhnya kecintaan beliau terhadap nilai budaya dan tradisi yang tetap beliau pertahankan dalam kehidupan sehari-hari ataupun acara sakral seperti pernikahan. Meski secara rata-rata, kain songket karya beliau tidaklah murah karena dibanderol jutaan hingga puluhan juta bahkan hingga Rp. 1 miliar, nilai luhur menjadi hal yang terpenting dan bukan sekedar mengejar materi saja.
Eksistensi pengembangan budaya khususnya songket Palembang menjadi fokus beliau terlebih di era digital ini, budaya sudah mulai menghilang tergerus perkembangan jaman. Bahkan beliau pun menyayangkan dan mengoreksi kesalahan penamaan kain songket di sebuah hotel di Kota Palembang.
Galeri dan Museum Songket
Setelah mengobrol bersama, Zainal Arifin memperkenankan kami untuk melihat galeri dan museum Zainal Songket Palembang. Beliau sendiri yang menemani kami. Benar saja, kami dapat melihat keindahan kain songket secara langsung. Di ruangan pertama kami disajikan kain songket premium dengan harga jutaan.
Dan ternyata kain songket disimpan dengan cara khusus bukan seperti kain biasa. Kain songket tidak boleh dilipat namun harus digulung agar benang berlapis emas tidak patah atau rusak.
Ruangan berikutnya merupakan Museum Songket. Saya pun takjub dengan keindahan songket yang umurnya ratusan tahun. Teman Menong bisa menapaki sejarah yang terukir dalam kain, perhiasan dan koleksi lainnya.
Kain Songket dari tahun 1718 M |
Kain Songket Limar Sumping Tahun 1732 M |
Guci tahun 1824 M |
Mahkota Emas tahun 1812 M |
Ruangan terakhir merupakan galeri produk Zainal Songket. Kami pun asik memilih oleh-oleh yang akan kami bawa pulang. Tak hanya beragam kain, teman Menong juga dapat memilih baju jadi dan kerajinan khas Palembang.
Sebelum beranjak pulang, kami 'mengintip' ruang produksi tempat pekerja menenun kain songket. Berada area panggung, rumah utama, ada dua alat tenun yang sedang dipakai pekerja. Kami juga sempat melihat bagaimana pekerja mengatur setiap lidi agar motif terbentuk sempurna.
Senangnya mengenal sang maestro, Zainal Songket Palembang. Dan tentunya menjadi tugas kita untuk menjaga warisan budaya bagi generasi selanjutnya. Ah, saya semakin mengagumi kain songket ini!
Usia 11 tahun udah belajar tetntang songket. Keren banget. Eh, saya juga punya kain songket. Tapi buatan mesin kayaknya. Tapi taronya dilipet. Kado kawinan 24 thn yang lalu.
ReplyDeleteWah aku baru tahu, ternyata nama kain songket ini untuk perempuan ya, kalau untuk laki2 beda lagi. Aku kagum bgt sama rumah sekaligus gallery. Masya Allah lihat gambarnya seperti gallery saja ternyata tempat tinggal juga ya, unik sekali desainnya. Kokoh juga yaa udah 500 tahun 😍
ReplyDeleteSelalu mengagumkan ya warisan nusantara kita, baik kain songket maupun batik. Indah banget motif dan warna kain songketnya😍. Jadi tertarik juga pengen berkunjung ke gallery nya.
ReplyDeleteWaw itu aku terpesona dengan kain songket tahu 1700an Masehi itu. Masya Allah nggak kebayang harganya. Pasti wow banget itu.
ReplyDeleteMasya Allah, nggak main2 tekadnya buat mempertahankan warisan budaya Indonesia.
ReplyDeleteSalah ya ternyata, kain songket punya satu-satunya warisan dari Mama malah dilipet. Hiks...
ReplyDeleteTemen Bunda di Padang pun ada pengrajin songket. Pastinya beda lagi ya nama dan motifnya.
Iya mba...sayang kalau dilipat...di Padang juga ada songket...tentunya dengan kualitas yang pasti juara
DeleteBagusnya kain songket, perlu ketelitian dan ketekunan saat membuatnya
ReplyDeletesaya selalu kagum dengan kearifan lokal yang masih terus dipertahankan, Indonesia memang kaya budaya, bangga menjadi orang Indonesia
Wah, saya baru tahu kalau kain songket itu dikhususkan untuk kaum perempuan saja.
ReplyDeleteMasha Allah, aku dari dulu pingin deh langsung ke sana terus cobain bikin pakai alatnya itu. Kelihatan mudah, tapi aku tahu itu sulit hihihi. Meski harga kainnya juga pastinya "uhuk" wkwk
ReplyDeleteCantik sekali kain songket Palembang :) Harganya bisa belasan juta ya itu di foto malah sampai 17 juta wow :D Aku punya kain songket Sumbawa dari mama alm mertua. Oh, ternyata jangan dilipat ya sebaiknya..cara menyimpannya. Generasi mudah mesti tahu nih soal songket Nusantara. Mari kita lestarikan dengan mengenakannya!
ReplyDeleteBagus ya kain songket palembang. Sepertinya lebih dominan warna emas dan merah ya
ReplyDeleteAku dulu sekolah SMA di Palembang jadi pengen banget bisa ke sana lagi, jalan-jalan, kulineran dan mitap dengan teman-teman sekolah dulu termasuk ke Zaenal Songket ini cantik banget kainnya ya
ReplyDeleteiya mba cantik sekali kainnya...hayu ke Palembang lagi
Delete