Tanggal 21 November 2022 pukul 13:21:10 WIB mungkin menjadi momen yang akan diingat sepanjang hidup masyarakat Cianjur. Gempa bumi berskala magnitudo 5,6 dari kedalaman 11 km mengguncang bumi santri ini. Pusat gempa berada di Kecamatan Cugenang yang tentu saja mengalami kerusakan paling parah. Sebagai bentuk keprihatinan, tak hanya berupa pasokan pangan dan kebutuhan lainnya, materi trauma healing menjadi hal penting yang harus mulai kita perhatikan.
Gempa
Dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun menetap di Cianjur, saya sering mengalami gempa. Hanya saja pusat gempa berasal dari luar Cianjur seperti Sukabumi, Banten, Tasik atau daerah lain. Terkadang getaran terasa cukup besar dalam waktu sekian detik namun khususnya di tempat kami, jarang menimbulkan kerusakan berarti .
Berbeda halnya dengan gempa yang terjadi 2 minggu lalu, karena pusat gempa berada di darat dengan kedalaman dangkal, kerusakan parah melanda banyak wilayah tak hanya di daerah Cugenang namun juga menyebar ke kecamatan lain termasuk kecamatan Cilaku, rumah keluarga paman.
Kurang dari 24 jam, saya mulai mendapatkan kabar dari keluarga paman. Listrik sudah menyala sejak malam hingga baterai handphone dapat diisi walau bergantian. Alhamdulillah semua dalam keadaan sehat dan selamat.
Untuk mengantisipasi gempa susulan, adik sepupu saya dan suaminya inisiatif tidur dengan menggelar tenda pinjaman di lapangan kosong tepat di depan rumah paman. Alhamdulillah keduanya termasuk cekatan sehingga keperluan keluarga dapat dipenuhi dengan segera. Langkah awal tentunya mengamankan paman, bibi, sesepuh lainnya dan anak-anak.
Stok Makanan
Karena tak pernah mengira akan terjadi musibah, tak ada stok makanan berlimpah di rumah. Langkah selanjutnya membeli persediaan makanan instan (mie, nugget, sosis dan lainnya), telur, gas dan beras agar tersedia beberapa hari ke depan.
Sebetulnya, saya dan Zauji berniat datang langsung ke Cianjur untuk mengantarkan bahan pangan namun resiko keamanan yang tinggi membuat kami memilih mentransfer jumlah uang untuk dibelanjakan langsung di Cianjur setelah memastikan masih ada warung tetangga yang buka. Selain itu karena untuk menutupi atap yang retak dan ambruk, plastik karpet sangat diperlukan karena hujan masih sering mengguyur Cianjur terlebih di malam hari.
Kami pun mulai menggalang donasi dari keluarga dan beberapa teman dekat. Tak hanya untuk keluarga paman namun juga untuk keluarga lain yang terkena dampak. Karena area terdampak sangat luas, banyak masyarakat yang belum tersentuh bantuan. Adik sepupu saya yang kebetulan berprofesi sebagai guru mulai dikontak murid-muridnya yang meminta bantuan.
Atas kesepakatan, donasi kami bagikan untuk membeli kebutuhan seperti makanan, pembalut, pampers, sabun, obat-obat dan lainnya. Di hari ke-2, sudah banyak minimarket yang melayani pembeli. Adik sepupu saya dan suaminya pun mulai bergerilya membagikan donasi ke daerah pelosok. Nampaknya di awal-awal gempa, bantuan baru sampai hingga daerah di pinggir jalan raya saja.
Trauma pada Anak
Setiap pagi, saya menelpon untuk memastikan kondisi keluarga paman baik-baik saja, sehat dan tak kekurangan apapun. Hingga hari ke-7, paman sekeluarga masih tidur di tenda. Terlebih gempa susulan yang datang tanpa bisa diprediksi kerap datang di malam hari.
Saya pun memberanikan diri untuk video call agar bisa bertemu muka paman dan bibi karena Ibunda juga merasa khawatir dengan keadaan beliau. Alhamdulillah semua nya baik-baik saja meski gurat lelah dan takut masih terlihat khususnya di wajah bibi saya.
Saat itu lah saya menyadari ada sesuatu yang lain dari salah satu keponakan saya yang biasanya ceria. Kali ini lebih cenderung diam dan tak banyak bicara padahal biasanya selalu ceria. Saya pun bertanya pada adik sepupu saya yang mengiyakan bahwa beberapa hari terakhir ini anak pertama nya yang duduk di kelas 4 SD itu memang lebih diam.
Barulah terlintas di pikiran saya, seharusnya tak hanya kebutuhan pangan saja yang harus dipenuhi namun juga kebutuhan psikis baik anak-anak dan orang dewasa harus mulai diperhatikan agar tidak menimbulkan trauma.
Mulailah saya bertanya kepada teman-teman mengenai materi trauma healing pasca bencana yang bisa dilakukan dengan mudah di rumah.
Dikutip dari berbagai sumber, stres berbeda dengan trauma. Stress merupakan reaksi fisik atau psikis yang diakibatkan kondisi tak nyaman akibat adanya perubahan, sedangkan trauma merupakan reaksi fisik atau psikis berupa stres luar biasa yang diakibatkan pengalaman tidak menyenangkan secara mendadak sebagai contohnya gempa yang baru saja kami alami. Trauma biasanya akan terlihat kurang lebih satu bulan pasca kejadian.
Trauma dapat menyebabkan Post-Traumatic Stress Sisorder atau PTSD, gangguan kesehatan mental dan tentunya tak boleh dibiarkan begitu saja. Penanganan secara dini harus dilakukan untuk mencegah efek trauma berkepanjangan. Saya pun menyempatkan untuk berbincang dengan salah seorang teman yang berprofesi sebagai psikolog.
Dari beliau lah akhirnya saya mendapatkan banyak ilmu baru yang berkaitan dengan trauma atau konseling trauma healing. Trauma tak hanya dialami orang dewasa, anak pun dapat mengalami trauma.
Normalisasi Perasaan Anak
Reaksi yang diberikan keponakan saya masih tergolong normal saat seseorang mengalami sesuatu yang luar biasa. Diam, menyendiri, menangis, jerit-jerit merupakan reaksi wajar karena anak menunjukan rasa takut dengan adanya jeritan orang sekitar saat gempa terjadi, tanah bergerak, rumah rusak dan obrolan orang dewasa di sekitar anak. Saat ini keponakan saya masih dikategorikan stres akibat gempa yang dialami.
Terlebih dalam usia kelas 4 SD, anak sudah bisa berpikir analisis bila gempa ternyata bisa menimbulkan kematian atau kerusakan rumah yang tentunya menakutkan dan menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar bila dibanding dengan anak yang usianya lebih muda.
Orang dewasa harus memaklumi reaksi tersebut sebagai bagian dari ekspresi anak. Bahkan reaksi anak yang flat menjadi indikasi yang tidak baik.
Ajak anak untuk mengenali, memahami, menerima dan mengkomunikasikan emosinya
Dan bila anak mungkin belum bisa menyatakan perasaannya, anak dapat ditanya agar mau mengekspresikan perasaannya. Namun hindari pertanyaan terlalu vulgar ya seperti bagaimana saat gempa terjadi karena bisa membangkitkan kembali ingatan buruk dalam memori anak yang membuatnya takut dan tak nyaman.
Pertanyaan dapat diganti dalam bentuk lain seperti :
"Bagaimana perasaan teteh sekarang? Sok atuh bilang sama Uwa (Bude)!"
"Iya, ya...kalau Uwa di sana juga pasti takut kok!"
"Di Bandung juga terasa gempa, uwa dan Embah di Bandung juga sama ketakutan"
Anak akan tahu bahwa perasaan yang dia alami adalah wajar karena orang dewasa pun bisa mengalaminya saat musibah datang kapan saja dan dimana saja. Hanya saja mungkin orang dewasa mampu mengatasi rasa takutnya.
Biarkan anak menangis bila memang anak ingin menangis. Jangan paksa anak bila tak mau bercerita. Dan yang terpenting anak jangan dibiarkan sendirian karena anak belum bisa memfilter perasaannya. Dan jangan pula membandingkan dengan anak yang lain yang lebih ceria dan kuat karena anak akan merasa lemah sedangkan anak lain tidak. Mungkin pula anak perempuan lebih sensitif bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Buat Anak Nyaman
Lakukan sugesti terutama menjelang tidur dengan sentuhan atau teknik nafas relaksasi untuk memperlambat degup jantung.
Sentuhan dapat diartikan sebagai bentuk kasih sayang yang dapat menghilangkan kekhawatiran. Anak biasanya memiliki titik tertentu seperti kepala atau punggung yang membuatnya merasa nyaman sehingga dapat tertidur pulas. Berikan pula sugesti bahwa anak terlindungi dengan adanya orang tua di samping mereka.
Aktivitas Motorik
Biarkan anak melakukan aktivitas normal yang melibatkan motorik tanpa larangan selama dalam jangkauan pengawasan orang dewasa.
Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan?
Bersepeda (ini yang keponakan laki-laki saya lakukan di sekitaran lapangan), bercerita dengan menggambar atau melukis. Aktivitas motorik ini membantu energi negatif keluar dari tubuh anak yang membantu anak melepaskan memori buruk.
Biarkan anak menggambar sebebas dan senatural mungkin dan beri reward bila perlu. Tak perlu diarahkan untuk membuat gambar sebagus mungkin. Biarkan anak bercerita pengalaman buruknya lewat gambar.
Membaca atau menonton film kurang disarankan karena cenderung pasif dan tidak mengeluarkan energi.
Orang dewasa dapat pula meminta bantuan anak-anak saat menyiapkan makanan, menata donasi atau lainnya agar anak merasa melakukan something good for others.
Pendampingan Trauma Healing Anak
Trauma healing merupakan usaha untuk menyembuhkan seseorang dari trauma. Trauma healing biasanya dilakukan satu bulan pasca bencana namun pertolongan pertama pada psikologis korban bencana perlu dilakukan segera kurang dari 3 hari. Tentunya hal ini bisa memiliki kendala tersendiri karena saat itu korban disibukkan dengan pemenuhan kebutuhan fisik seperti pangan dan tempat berteduh.Saat ini sudah banyak pendampingan atau terapi trauma healing yang dilakukan beberapa lembaga atau organisasi pasca bencana. Banyak sekali metode trauma healing yang dilakukan untuk anak-anak dan orang dewasa.
Secara sederhana, materi trauma healing pasca bencana untuk anak-anak dapat dilakukan di rumah dengan berbagai metode trauma healing pada anak seperti terapi bermain (play therapy). Dengan terapi bermain, anak-anak dapat mengekspresikan dan melepaskan emosinya secara bebas (emotion release) dan membantu anak-anak mengartikulasikan apa yang dirasakan dan aktivitas hiburan bermakna (fun activity).
Emotion Release
Melukis Tubuh dan Mewarnai
Aktivitas ini bertujuan untuk membantu anak mengungkap apa yang dirasakan. Aktivitas ini cocok untuk anak PAUD hingga SD kelas 3.Alat dan Bahan:
- Kertas polos ukuran besar (misalnya kertas plano atau karton manila)
- Spidol/pulpen/pensil warna apa saja
- Cat tembok basis air aneka warna (warna dasar lebih disarankan agar anak belajar mencampur warna)
- Mangkok atau wadah tidak terpakai
- Kuas besar
- Letakan alat dan bahan di area yang mudah dijangkau anak
- Gelar kertas polos
- Minta anak untuk tidur di atas kertas
- Gambar tubuh anak dengan melakukan tracing di sekeliling tubuh anak menggunakan spidol/pulpen/pensil
- Warnai pola tubuh yang sudah terbentuk dengan cat sesuai kehendak anak
- Setelah selesai kita bisa menanyai anak mengapa memilih warna tertentu di bagian tubuh tertentu
- Jangan menginterupsi atau memberi instruksi apapun
Bermain Pasir dan Figur (Sand Play)
Meski terlihat sederhana, bermain pasir dapat membantu anak mentransfer pengalaman pribadi ke bentuk permainan dengan menciptakan dunia pasir dan tiga dimensi. Selain menyatakan perasaan, emosi dan masalah, aktivitas ini dapat meningkatkan kesadaran diri dan komunikasi.Dengan bermain pasir, anak bisa membangun cerita melalui imajinasinya sesuai dengan apa yang pernah dilihat dan dirasakan.Alat dan Bahan
- Baskom berisi pasir atau tanah
- Figur mainan binatang, manusia, pohon, rumah dan lainnya.
- Siapkan alat dan bahan agar mudah dijangkau anak-anak
- Biarkan anak memilih sendiri figur yang ingin digunakannya
- Biarkan anak bermain sepuasnya sesuai dengan apa yang dipikirkannya
- Sesekali kita bisa menanyai anak mengapa mengenai aktivitas yang dilakukan seperti : "Apa yang kamu ciptakan dalam baskom ini?", "Jerapah, singa dan kuda ini seperti apa ya dalam cerita mu?" (dalam bahasa anak tentunya!)
- Jangan menginterupsi atau memberi instruksi apapun
Fun Activity
Mendongeng
Mendongeng dapat dilakukan menggunakan boneka jari keluarga dengan menggunakan kain. Sampaikan cerita mengenai kisah tangguh dan sabar dalam menghadapi bencana.Gerak dan Lagu
Ajak anak-anak untuk melakukan aktivitas motorik, bahasa, sosial dan emosional melalui lagu-lagu yang mudah disertai gerakan lucu yang menghibur.Materi trauma healing pasca bencana ini dapat teman Menong modifikasi sesuai dengan kebutuhan. Tujuan terpenting adalah anak tetap dapat melewai bencana ini dalam keadaan sehat baik fisik dan psikis nya.
Setuju pisan, perlu jadi perhatian soal trauma healing ini. Materinya dicatat ☆
ReplyDeleteSedih ya Mba byk kejadian bencana alam di negeri ini, sempet bikin was2 tpi emang harus tau dan persiapan seperti ini juga yaa
ReplyDeleteBetul banget bahwa seharusnya bukan cuma pasokan sandang pangan yang dipenuhi, tetapi juga pemulihan trauma pasca bencana juga sangat sangat mendesak dipenuhi. Terutama anak-anak ya, Alhamdulillah sekarang sudah banyak yang aware tentang trauma healing pasca bencana ini.
ReplyDeleteKalau sudah bencana, saya harus serba bisa. Menghibur orang dewasa dengan mengikutsertakan aktivitas di pengungsian, menghibur anak-anak dengan aneka permainan, menggambarkan perasaan mereka, atau dongeng bareng.
ReplyDeleteseru ya kalau jadi relawan...kita bisa ikutan healing juga
Deletee tapi mbak, aku penasaran sama aktivitas menggambar tubuh dan mewarnai untuk anakanak yang mengalami trauma pasca bencana, ada tim psikolognya dan hasilnya nani disampaikan ke orangtuanya gitu ya mbak ?
ReplyDeleteada tim psikologis nya...nanti disampaikan ke orang tua..tapi kalau banyak seperti ini...hanya untuk pelepasan energi anak2 saja...dari pengamatan setelah trauma healing ini anak2 jadi ceria lagi
DeleteYa Allah sedih bgt sih. Aku nggak kebayang anak-anak kecil di tenda darurat, terkait makanan, kebersihan, kebahagiaan tumbuh kembang belum lagi traumanya. Bersyukur ada yg concern memulihkan trauma anak dengan banyak permaianan healing ya :') semoga anak anak happy
ReplyDeleteYa Allah... Aku gak bisa bayangkan seberat apa trauma para korban gempa Cianjur... Baik itu trauma terhadap peristiwa gempanya, maupun trauma kehilangan orang-orang yang mereka cintai.
ReplyDeleteSemoga Allah segera memberikan kesembuhan dari segala trauma...
huhu aku jadi inget pas awal2 kuliah udah disamput sama gunung merapi meletus... itu bikin trauma banget...
ReplyDeletetapi keren ya mba, banyak kegiatan untuk anak2, pasti membantu banget