Bali, selalu menyimpan kenangan teristmewa di hati saya. Awal bulan ini, saya kembali mengunjungi Bali untuk kedua kalinya. Seperti biasa, sebelum pergi saya sudah mereka-reka oleh-oleh apa yang akan saya beli nanti. Tak seperti biasanya, kali ini Zauji mewanti-wanti untuk mencari rekomendasi ayam betutu di Bali.
Bali, inilah tempat yang paling ingin saya kunjungi. Obsesi ini mungkin hadir karena Bali selalu jadi perbincangan favorit siapapun yang senang berwisata. Setelah bertahun-tahun menunggu, kesempatan itu datang di tahun 2017. Saya dan seorang teman terpilih untuk mengunjungi Kabupaten Badung dalam suatu urusan pekerjaan.
Kabupaten Badung, Bali
Kabupaten Badung terletak kurang lebih 14 km dari ibukota provinsi Bali, Denpasar dan ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit saja menggunakan mobil. Badung juga menjadi salah satu kota yang banyak menawarkan destinasi wisata.
Destinasi pertama tentu saja the one and only Pantai Kuta, pantai yang tak hanya popular di Bali namun juga di dunia. Hamparan pasir putih membentang indah menemani saya yang ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka puasa sambal menyaksikan matahari tenggelam. Yang kedua, tentunya Money Forest Sangeh, hutan yang dihuni monyet-monyet jinak di antara pohon pala yang menjulang tinggi.
Hal paling menarik dari Bali adalah budaya dan tradisi nya yang masih kental. Duduk di samping jendela mobil sambil memperhatikan jalan menjadi hobi saya sepanjang perjalanan selama mengunjungi Bali. Datang bertepatan dengan shaum arafah membuat saya tak banyak menjajal kuliner khas Bali. Pun saya tak ingat untuk menanyakan rekomendasi ayam betutu di Bali. Meski begitu beberapa tempat wisata sempat saya kunjungi.
Denpasar
Bila dahulu saya mengunjungi Kabupaten Badung, bulan ini hanya Kota Denpasar yang menjadi tujuan kami. Rasanya kebahagiaan tak pernah surut. Terlebih kali ini kami menginap tak jauh dari Lapangan Puputan Denpasar sarat dengan sejarah, yang kini menjadi tempat rekreasi warga Kota Denpasar.
Setiap pagi, kami berjalan kaki menyeberang jalan sambil diiringi riuh nya jalan. Dan di sore hari, sambil berjalan santai menuju ke hotel kami bisa menikmati suasana khas Bali. Penjual gorengan dan sate di pinggir jalan dan bapak-bapak yang asyik menggelar catur di perempatan jalan. Kami pun sempat mencicipi kesegaran bakso Superdinasty yang rasanya tak kalah enak dengan bakso made in Bandung yang biasa kami santap.
Jadwal yang padat membuat kami tak cukup punya banyak waktu untuk berjalan-jalan. Museum Bali di Jalan Mayor Wisnu yang bersebelahan dengan Lapangan Puputan baru bisa kami kunjungi di hari keempat.
Alhamdulillah, kami pun sempat menjejakkan kaki di Pantai Sanur dan mampir di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau yang lebih dikenal dengan GWK. Meski terburu-buru karena waktu sudah menunjukan jam 6 sore, rasanya sudah ‘sah’ menginjak Denpasar bila sudah mengunjungi keduanya. Tour de City di tutup dengan membeli oleh-oleh di toko suvernir terlengkap di Denpasar.
Ayam Betutu
Sesuai janji saya pada Zauji, menjelang hari kepulangan, saya mulai berburu informasi mengenai ayam betutu. Ayam betutu merupakan salah satu kuliner khas Bali yang sudah terkenal. Racikannya yang khas, kaya rempah dan pedas banyak disukai.
Betutu berasal dari kata ‘tutu’ yang berarti bakar dan ‘be’ yang berarti daging. Ayam betutu memang diolah dengan cara dibakar. Ayam betutu bermula dari wilayah Gianyar, Ubud yang menyebar ke Gilimanuk dan Jembrana.
Racikan bumbu ayam betutu sangat kaya rempah. Bumbu pokok yang digunakan adalah bumbu ‘base genep’ yang merupakan bumbu pokok masyarakat Bali. Bumbu ini terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, laos, kencur, kunyit, cabai rawit, kemiri, ketumbar, daun salam, daun sereh, jeruk limau, gula merah, terasi dan minyak kelapa.
Ayam utuh dibalur dengan base genep. Masukan pula bumbu tersebut ke dalam rongga perut ayam lalu bungkus dengan daun pinang atau daun pisang. Selanjutnya ayam yang telah dilapisi daun dikubur dalam tanah dan bakar dengan menggunakan api sekam selama 8 – 10 jam. Aroma unik tercipta dari perpaduan base genep dan daun pembungkus yang terbakar.
Resep Ayam Betutu
Tentunya saat ini, proses pengolahan ayam betutu tidak serumit dahulu. Teknik membakar dengan sekam sudah jarang dipakai digantikan teknik membakar kekinian. Teman Menong bisa mencoba sendiri di rumah dengan resep berikut ini:
Bahan utama :
1 ekor ayam (kurleb 500 gram)
1 sdt garam dan air jeruk nipis untuk melumuri ayam
Bumbu halus:
8 buah cabe keriting, 5 buah cabai rawit, 3 siung bawang putih, 6 buah bawang merah, 1 ruas jahe, 2 ruas lengkuas, 1 ruas kunyit, 1 sdm ketumbar, 1 ruas kencur, 1 sdt merica, 4 butir kemiri sangrai, 1 sdt terasi, 5 lembar daun jeruk, 2 batang serai, 2 sdt garam dan 1 sdt gula.
Bumbu lain:
4 sdm minyak goreng
3 lembar daun salam
Pucuk daun singkong secukupnya
Daun pisang secukupnya
Cara membuat:
Tumis bumbu halus dan daun salam hingga harum dan matang. Tambahkan sedikit air dan biarkan mendidih. Matikan api
Sisihkan sebanyak 2 sdm untuk dicampurkan dengan daun singkong.
Lumuri bagian luar ayam dan bagian rongga perut dengan bumbu halus yang telah ditumis
Masukan daun singkong berbumbu halus ini ke dalam rongga perut ayam dan tutup rongga perut dengan tusuk gigi.
Bungkus ayam dengan daun pisang dan kukus selama 2 jam.
Bakar ayam yang telah dikukus hingga matang
Sajikan panas-panas
Ayam Betutu Ibu Nia
Demi memenuhi janji pada Zauji, saya pun mencari informasi mengenai ayam betutu terkenal di Denpasar. Dari internet akhirnya saya menemukan satu warung ayam betutu yang terletak tak jauh dari hotel, Ayam Betutu Ibu Nia yang ternyata sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI.
Berbekal nomor telepon yang tertera di web nya, saya pun menghubungi warung ayam betutu Ibu Nia. Lewat whatsapp, +62 813-3830-4000, saya mendapatkan daftar menu makanan lengkap sekaligus membuat pesanan untuk keesokan hari. Karena tidak menggunakan pengawet, tentunya ayam betutu harus dipesan di hari yang sama dengan hari kepulangan kami. Dari segi harga, rasanya harga yang ditawarkan pun tidak terlalu mahal dan terjangkau.
Saya memilih 1 ekor betutu ayam broiler utuh original yang diantarkan dengan GoSend pagi hari sebelum check out dari hotel. Dan ternyata ukuran kemasan nya lumayan besar dan aroma menggoda tercium begitu saya coba intip. Ayam betutu dibungkus dengan kertas nasi besar (ternyata di bagian dalam dibungkus pula dengan aluminium foil). Sambal matah dan sambal terasi sudah termasuk didalamnya dengan kuah terpisah.
Tibalah di Bandung, usai melepas penat, kami mulai unboxing oleh-oleh yang saya bawa. Daaaannnnn.....ternyata enaknya tiada terkira. Saya belum pernah mencicipi ayam betutu sebelumnya dan menu ayam bukanlah menu favorit saya. Tapi, ayam betutu Ibu Nia benar-benar nikmat tak ada bandingannya.
Tak hanya ayam bakarnya yang enak, empuk, beraroma rempah yang rasanya berbeda dengan olahan ayam lain, sambal matah nya pun juara. Paduan bawang merah, cabe rawit dan minyaknya pas sekali untuk saya. Untuk penggemar pedas, bumbu ‘base genep’, kuah dan sambal terasi nya sangat cocok di lidah. Rasanya saya dan Zauji mampu menghabiskan satu ekor ayam dan melupakan program diet yang sedang kami jalani.
Bahkan teman saya pun memberikan testimoni nikmatnya ayam betutu Ibu Nia ini dan jadi rekomendasi ayam betutu di Bali bagi teman Menong bila nanti berkunjung ke Bali. Kuliner nusantara memang tak pernah mengecewakan ya. Rasanya saya ingin kembali ke Bali dan mencicipi lagi olahan ayam warisan budaya ini😍
kayaknya enak dan mesti dicoba ini...
ReplyDeleteenak banget mba...harus nyoba
DeleteAhh jadi kangen ayam betutu ini
ReplyDeletesaya baru nyoba dan enaaak banget
DeleteKerap mendengar namanya yang sohor. Semoga next ada kesempatan mencicipi ayam betutu ini.
ReplyDeletesemoga mba..beneran enak banget
Delete