Sebagai biker sejati, meski bertugas, saya dan Zauji sepakat untuk mengendarai motor saja agar mudah mobile kemana-mana. Perjalanan Rumah - Tarogong Kidul, Garut tempat yang kami tuju yang memakan waktu 2 jam 11 menit di pagi hari. Karena kegiatan dimulai jam 08.00 WIB, kami pun berangkat jam 05.30 WIB setelah jalanan mulai terang.
Domba Garut
Teringat Garut, kita juga akan teringat domba garut yang menjadi ikonik dan terkenal dengan bentuk khasnya. Domba garut memiliki keunggulan yang tak dimiliki spesies domba di tempat lain yaitu kuping dan ekornya. Domba garut memiliki bentuk kuping rumpung atau ngadaun hiris (rapi) dan ekor ngabuntut beurit (kecil seperti ekor tikus) atau ngabuntut bagong (kecil seperti ekor celeng). Inilah keunggulan genetik yang tak dimiliki spesies domba di tempat lain sehingga domba garut dinobatkan sebagai sumber genetik ternak terbaik.
Tahukah teman Menong, keunikan domba garut ini bahkan terukir pada relief Candi Sewu di Kompleks Candi Prambanan yang diperkirakan dibangun pertengah ke-7 Masehi berupa pahatan sepasang domba saling berhadapan atau beradu di tengah pohon kalpataru. Luar biasa bukan!!!
Oleh-oleh Garut
Oleh-oleh favorit pertama jatuh pada dorokdok alias kurupuk kulit. Saya pun teringat lantunan lagu sunda yang telah saya kenal sejak kecil.
Dorokdok kurupuk kulit. Ngajedog teu boga duit
'Dorokdok' berarti kurupuk kulit, 'ngajejog' berarti berdiam diri (bahasa sunda level sangat kasar, jadi jangan diucapkan yaaa)
Sekilas dorokdok ini mirip dengan rambak. Apa ya beda dorokdok dengan rambak?
Dorokdok terbuat dari bagian dalam kulit sapi yang dibersihkan, direbus hingga mengembang lalu dijemur. Lalu kulit diberi bumbu dan dijemur kembali hingga kering sebelum digoreng. Berbeda halnya dengan rambak yang terbuat dari bagian dalam kulit kerbau yang direbus hingga mekar lalu direndam dalam air semalaman. Kulit yang telah direndam lalu dijemur dan setelahnya baru diberi bumbu dan dijemur kembali sebelum digoreng.
Rambak biasanya diberi bumbu ketumbar, bawang putih, kunir, asam jawa dan gula merah sehingga berasa lebih manis dibandingkan dorokdok. Saya sendiri lebih menyukai dorokdok daripada rambak.
Oleh-oleh kedua tentunya dodol garut. Istilah 'dodol aja piknik masa kamu engga', terinspirasi dari merek dodol terkenal yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu yaitu dodol picnic. Kini dodol berkembang dengan beragam varian baru seperti green tea dan coklat. Dodol dapat dengan mudah teman Menong temui di mana saja terutama di dekat hotel di Garut.
Satu lagi oleh-oleh yang sering saya dapatkan dari seorang teman, asgar alias asli garut yaitu kue burayot. Buyarot terbuat dari tepung beras dan gula merah yang rasanya serupa seperti kue cuhcur. Dinamai burayot yang berarti menggantung karena bentuknya mirip sesuatu yang menggantung.
Sentra Kulit Sukaregang
Bila teman Menong menyukai pernak pernik kulit, Sentra Kulit Sukaregang, Garut menjadi tempat yang tepat untuk dikunjungi. Di sini banyak dijumpai kerajinan yang terbuat dari kulit domba atau hewan lainnya. Harga murah dan kualitas tinggi menjadi jaminan produk asli Garut ini. Jaket, tas, dompet, ikat pinggang dan sepatu.
Ragam budaya
Selain kuliner, Garut juga menyimpan budaya yang luar biasa salah satunya ‘Lais’. Lais merupakan atraksi akrobatik yang telah diakui sebagai Warisan Benda Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2016. Atraksi khas Garut ini dilakukan oleh seorang pemain profesional yang bermain di atas tali yang dihubungkan di antara kedua batang bambu dengan ketinggian 12 – 13 meter yang jarak keduanya sekitar 6 meter. Agar kuat dan stabil, bambu yang digunakan ditanam tegak dalam tanah sedalam 6 meter. Keren, bukan!!!
Wisata Alam
Inilah alasan mengapa Garut menjadi destinasi wajib warga Jawa Barat dan bahkan nasional. Teman Menong pasti tahu wisata alam Darajat, Kawah Kamojang atau Cipanas. Ya, Garut menyimpan pesona keindahan alam yang luar biasa. Tak berlebihan bila setiap akhir pekan, daerah wisata di Garut selalu dipadati pengunjung.
Termasuk orang yang malas berdesak-desakan di tempat wisata, sejauh ini kunjungan ke Darajat Pass, pemandian air panas dan wahana permainan hanya sampai di pintu depan saja. Begitu pun dengan Kawah Kamojang yang saya dan Zauji kunjungi di masa pandemi 1,5 tahun silam. Selebihnya kami menikmati keindahan di tempat wisata yang relatif sepi seperti Pusat Konservasi Elang dan Situ Bagendit di pagi hari saat masih jarang pengunjung.
Hotel Murah
Saat berkunjung ke Garut, biasanya kami menginap di rumah sepupu yang memang telah lama menetap di Garut karena bekerja di sebuah perusahaan di daerah Cipanas. Namun kunjungan kali ini, saya dan Zauji sengaja menginap di hotel.
Karena bertepatan dengan long weekend, ternyata tak mudah mencari hotel murah dan bagus namun tak jauh dari daerah Cipanas dan Darajat Pass yang menjadi destinasi wisata favorit. Saya memang menunda-nunda memilih hotel lewat aplikasi karena dana yang kami punya tak cukup. Sebagian besar hotel berada di kawasan wisata mendekati Cipanas dan Darajat Pass sehingga rata-rata hotel di dekat tempat wisata mematok harga yang lumayan >700K dengan fasilitas minim seperti tanpa sarapan.
Dan tentunya kami harus mempertimbangkan kemudahan mencari sarapan meski sepupu saya menjanjikan akan menjemput kami untuk sarapan bersama di rumah. Namun ide ini masih menggantung karena ritme di pagi hari biasanya lebih menarik untuk tetap 'rebahan' saja di kamar😐
Opsi untuk mencari hotel di daerah pusat kota juga tak kami hiraukan. Selain terlalu jauh dari tempat saya bertugas, harga kamar juga terlalu rendah dari 'jatah dana' yang kami punya. Sempat bertanya pada sepupu dan teman namun keduanya memberikan review yang berbeda membuat saya semakin bingung.
Mepet last minute, kami memutuskan untuk menginap di kawasan Samarang dan tak lagi mencari hotel dengan fasilitas kolam air panas dan waterboom karena hanya akan kami tinggali satu malam saja.
Hotel Bintang Redannte, Garut
Hotel Bintang Redannte merupakan hotel bintang 2 yang berlokasi di Jl. Raya Samarang No.42, Langensari, Kec. Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44151. Berbeda dengan hotel lain di kawasan Cipanas yang dilengkapi dengan waterboom atau pemandian air panas di kamar, Bintang Redannte hanya memiliki fasilitas standar seperti AC, restoran, parkir dan wifi.
Rate kamar paling murah untuk tipe Superior Twin (2 single bed) hanya 350K saat weekday lengkap dengan sarapan gratis. Deluxe dengan atau tanpa balkon/teras plus sarapan (1 double bed atau 2 single bed) hanya 400K saja.
Rate yang terjangkau meski saat long weekend dan tersedia bayar saat check in menjadi pertimbangan saat kami memantapkan hati memilih Hotel Bintang Redannte. Kamar deluxe tanpa balkon yang kami pilih dapat dibayar saat check-in dengan biaya 510K, sudah termasuk pajak dan biaya lainnya. Bila teman Menong membayar langsung melalui aplikasi tentunya akan jauh lebih murah sekitar 420K.
Seperti hotel lain, waktu check-in dari jam 14.00 WIB dan check-out sebelum jam 12.00 WIB. Petugas hotel dengan ramah melayani kami dan memastikan semua keperluan sudah terpenuhi.
Kamar
Karena sempat 'hunting' banyak hotel sebelumnya, akhirnya kami mulai memperhatikan luas kamar yang tersedia di setiap hotel. Bila di kawasan Cipanas kamar seluas 12 m2 memiliki rate > 700rb namun di Bintang Redannte kami bisa puas dengan kamar yang luar biasa luas untuk kami berdua karena semua kamar memiliki luas 24 m2.
Double bed dan bantal empuk menyambut kami di lantai 3. Kamar yang luas plus lemari yang cukup besar bisa menampung barang bawaan kami yang hanya satu buah ransel saja. Dilengkapi TV, meja kerja, satu buah kursi (mungkin seharusnya ada pasangannya ya) dan meja tambahan, rasanya kamar ini cocok dengan harga yang ditawarkan. Malam hari saya bisa tenang mengerjakan tugas blogging ditemani Zauji yang asik menonton TV.
Memang tak ada sofa atau karpet yang menjadi favorit Zauji bila menginap di hotel namun rasanya bila membandingkan dengan kamar-kamar lain hasil survei kami sebelumnya, kami tidak menyesal memilih hotel Bintang Redannte sebagai hotel di Garut yang murah dan bagus.
Hotel juga menyediakan peralatan mandi yang bisa teman Menong pakai. Hanya saja, karena tak ada shower cap, sebaiknya teman Menong membawa sendiri karena di kamar deluxe pun hanya ada shower yang tersedia.
Dua botol air minum tersedia di kamar dengan dua mug besar (satunya ternyata sompal di bagian atas sehingga tidak saya pakai), kopi, teh dan gula. Cukuplah untuk menikmati malam sambil menyeruput teh hangat di atas kasur.
Makanan
Meski hotel Bintang Redannte termasuk hotel di Garut yang murah, namun menu yang disajikan memiliki cita rasa yang lumayan enak. Sarapan bertempat di ruang makan yang tak seberapa luas dengan menu sederhana seperti nasi putih, nasi goreng, capcay, soto dan roti.
Bila teman Menong berniat untuk memesan makanan, harga yang disajikan juga terhitung murah untuk ukuran harga hotel. Malam hari, saya dan Zauji sendiri mencoba memesan tenderloin steak dan french fries. Rasanya lumayan enak hanya saja karena saya lupa meminta steak matang, daging yang dihidangkan jadi terasa kurang matang bagi saya dan Zauji yang berlidah Indonesia. Dan jangan lupa, dapur tidak sedia 24 jam jadi pastikan teman Menong memesan makanan saat dapur masih buka.
Fasilitas
Hotel Bintang Redannte mungkin tak seberapa luas bila dibanding hotel lain di Garut. Secara umum, fasilitas hotel tidak mengecewakan. Sebagai pasangan biker, hotel menyediakan tempat parkir khusus motor di dekat pos satpam yang terlindungi dari hujan dan panas. Mobil dapat pula parkir di teras depan atau di pelataran belakang tepat di depan deretan kamar superior.
Lokasi yang tak jauh dari pusat kota dan tempat wisata dan tentunya tanpa macet seperti di kota besar. Daerah Cipanas atau Darajat Pass dapat ditempuh kurang dari 30 menit saja. Begitu pula dengan pusat oleh-oleh di daerah Garut kota. Jalan Samarang sendiri menghubungkan daerah wisata dengan Garut kota sehingga hotel Bintang Redannte bisa dijadikan pilihan yang tepat.
Bila teman Menong berniat mencari makanan di luar hotel, rumah atau warung makan banyak berjejer sepanjang jalan. Tak jauh dari hotel, minimarket bisa jadi pilihan tempat untuk berbelanja ringan.
Trip kami kali ini rasanya terbilang lumayan sukses, healing berdua di tengah kepenatan pekerjaan. Pengalaman memilih hotel di garut yang murah dan bagus sepertinya akan menjadi hal berkesan sekaligus referensi lain waktu.
Homey bgt yaa hotelnya. Bisa jadi referensi kalau ke Garut nih
ReplyDeletesepertinya nyaman ya mba hotelnya...
ReplyDeletelumayan untuk rate segitu...rata-rata di garut lebih mahal
DeleteAsgar hadir, Mbak. Sekarang Situ Bagenditnya sudah punya wajah baru, Mbak. Kemarin-kemarin sempat terus-terusan ramai dan penuh.
ReplyDeleteIya...saya dan Zauji juga sempat kesana..naik perahu...balik ke hotel lagi baru pulang ke Bandung
DeleteIni hotel yang memang lebih cocok untuk bisnis gak sih mba?
ReplyDeletebetul sekali karena lebih mendekati kota...tapi kalau punya kendaraan sendiri bisa kok
Delete