Beberapa bulan lalu, salah seorang paman saya mengeluhkan tangan kanannya yang sering kali terasa kebas terlebih pada saat menyetir mobil. Saya ingat gejala itu juga dialami oleh Embah, nenek kami tercinta, di saat awal terkena stroke. Meski Embah telah lama tiada, saya masih mengingat banyak hal bagaimana merawat penderita stroke. Salah satunya bagaimana posisi tidur penderita stroke yang benar harus menjadi perhatian khusus terlebih bila pasien memiliki penyakit penyerta seperti diabetes miletus.
Apa itu Stroke?
Stroke menjadi salah satu penyakit yang sangat dikenal dengan baik oleh hampir setiap orang, begitu pun dalam keluarga saya. Embah dan ayahanda tercinta menderita stroke dalam waktu bersamaan dan tak bisa beraktivitas sama sekali. Secara medis, stroke terjadi karena pasokan darah ke otak terganggu akibat adanya penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).Data World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia menyebutkan stroke menjadi penyakit tidak menular kedua yang dapat menyebabkan kematian dan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab utama penyakit yang menimbulkan kecacatan.
Stroke paling sering disebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Pemicu lain adalah adanya penyakit jantung, diabetes miletus, obesitas, dan kolesterol yang tak terkontrol.
Gejala awal stroke yang paling umum ditemukan adalah kebas atau kesemutan di bagian tubuh tertentu khususnya kaki atau tangan, wajah pelo atau menurun karena melemahnya otot wajah dan lidah.
Embah sendiri terkena stroke di usia 77 tahun. Beberapa bulan sebelumnya, Embah sering kali mengeluhkan kebas di tangan kiri yang menjalar ke kaki kiri. Tekanan darah Embah memang sudah mulai meninggi karena usia. Dan qodarullah, tengah malam di minggu ketiga bulan Januari 2005, Embah mendapat serangan jantung dan terkena stroke dua hari kemudian saat dalam pengawasan dokter di rumah sakit.
Diagnosa dokter menyatakan ada pembuluh darah yang pecah di otak sebelah kanan sehingga sel-sel syaraf sebelah kanan mati dan tidak bisa menghasilkan sinyal untuk mengontrol pergerakan otot tubuh di sebelah kiri.
Kelumpuhan mulai terlihat di tubuh sebelah kiri. Hal ini disadari saat suster selesai memandikan beliau. Karena tak ada persiapan, baju Embah yang saya bawa dari rumah masih kebaya dan kain yang biasa beliau pakai sehari-hari. Berbeda dengan baju modern, kain kebaya membutuhkan peniti untuk mengaitkan agar tertutup di bagian depan. Saat itulah Embah menyadari tangan kiri beliau tak bisa diangkat.
Perawatan Penderita Stroke di Rumah
Embah hanya bisa diam dalam posisi tidur tanpa bisa menggerakan tangan dan kaki. Begitupun berbalik ke kanan atau kiri. Dalam kondisi yang belum stabil, kegelisahan semakin menjadi sehingga beliau pun tak bisa tidur. Beliau juga tak mau menggunakan pampers sehingga tak mau buang air kecil dan buang air besar selama berhari-hari.Beliau pun tak bersedia menggunakan pispot. Karena terus menerus saya bujuk, akhirnya beliau pun mau setelah saya berjanji kalau sayalah yang akan membersihkannya bukan orang lain.
Kurang lebih 5 hari Embah dirawat di rumah sakit. Karena di masa sehat beliau termasuk lansia yang aktif beraktivitas, kondisi ini membuat Embah menjadi lebih sensitif dan sering gelisah. Terlebih lagi dalam kondisi yang belum pulih benar pasca serangan jantung, tubuh sebelah kiri Embah mulai mengalami gangguan secara signifikan.
Seperti halnya penderita stroke lainnya, kelumpuhan di sisi kiri mulai terlihat nyata. Selain tetap berikhtiar untuk berobat secara medis dan melakukan pengobatan alternatif stroke seperti akupuntur dan pijat refleksi, kami pun membangun support system agar kondisi hati Embah tetap terjaga baik.
Hal lain tentunya mengubah kondisi rumah agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan Embah ataupun kami yang merawat dan menjaga beliau. Bagian yang terpenting adalah mengubah tata letak kamar Embah terutama agar posisi tidur penderita stroke seperti Embah ini tetap nyaman dan memudahkan perawatan.
Apa saja ya yang harus diperhatikan?
Ranjang dan Tempat Tidur
Ranjang dan kasur menjadi hal yang kami ubah pertama kali. Semula Embah masih tidur di ranjang kayu jadul yang memang biasa dipakai kami beramai-ramai. Karena Embah memiliki 30 orang cucu yang rajin menginap di akhir pekan. Dan pastinya kami senang bila tidur berdekatan sambil mendengarkan Embah bercerita tentang masa peperangan dulu.Ranjang kami ganti dengan springbed ukuran nomor 4 yang tidak terlalu tinggi sehingga siapapun yang menunggui Embah bisa duduk dengan nyaman tanpa kaki menggantung. Karena kelumpuhan terjadi di sebelah kiri, tempat tidur kami sandarkan ke tembok pada sisi kiri Embah disesuaikan dengan luas kamar yang tak begitu besar.
Springbed kami pilih karena selain lebih empuk dan nyaman di bagian punggung dibanding kasur biasa, jenis ini pun tidak memiliki papan halangan di bagian kaki sehingga memudahkan pergerakan bagi pasien atau orang yang menjaganya.
Posisi ini juga memudahkan kami saat harus membersihkan dan mengganti pampers, memandikan dengan waslap atau keramas setiap harinya.
Namun posisi ini memiliki kekurangan karena pada saat melakukan fisioterapi sisi kiri baik dengan terapis atau secara mandiri, kami harus menggeser posisi Embah sedikit menjauh dari tembok agar gerakan lebih leluasa.
Suasana Kamar
Kami pun mengubah seting kamar agar lebih leluasa. Selain springbed, lemari baju dan satu buah kursi, kami mengeluarkan perabotan lain yang tak diperlukan. Kami pun menyediakan kasur lipat sebagai alas tidur siapapun yang mendapat giliran menjaga Embah.Posisi ini memudahkan siapapun yang tidur di bawah untuk bisa memandang Embah yang tidur di atas kasur. Meski hampir setiap hari saya yang menjadi penguasa tetap kasur lipat, namun di akhir pekan anak-cucu yang datang berkunjung bisa tidur berderet untuk menemani Embah.
Alhamdulillah, mungkin tanda kasih sayang inilah yang banyak membantu Embah untuk mampu bertahan hingga akhir hayatnya. Terlebih kami juga menyediakan TV sehingga menonton sitkom ‘Bajaj Bajuri’ yang sering membuat Embah tergelak menjadi agenda rutin kami.
Posisi Tidur Embah
Bagi penderita stroke, posisi tidur sangat penting diperhatikan karena terbatasnya aktivitas fisik akan menyebabkan gangguan lain yang juga serius seperti adanya luka lecet, pembekuan darah pada tungkai, atau otot tungkai menjadi kaku dan mengecil.Keseharian Embah tidur dalam posisi terlentang dengan bantal yang menopang kepala dan bahu dengan nyaman. Karena tak bisa menahan tubuhnya, posisi melorot tak bisa dihindari. Akhirnya kami menemukan trik agar Embah menekuk kaki kanannya dan memberikan tekanan sekuatnya ke arah atas sehingga kembali ke posisi semula.
Secara naluriah, Embah lebih sering berbalik menghadap tembok dengan menggunakan tangan kanan untuk menggapai pinggiran kasur sehingga badan tertarik dan lurus tegak. Ini artinya sisi kiri Embah akan tertimpa sisi kanan Embah yang sehat.
Hal yang harus diperhatikan adalah pastikan posisi lengan dan telapak tangan tidak menekuk dalam posisi lama untuk mencegah kekakuan otot. Pastikan telapak tangan membuka dan jari tidak mengepal. Tentunya kita harus sering rutin mengingatkan ya.
Bagaimana bila Embah juga sesekali ingin tidur menghadap TV yang berada di atas lemari. Tentunya secara alamiah, Embah tak bisa mengangkat sisi kiri nya agar bisa berbalik ke arah kanan. Trik yang kami pelajari, kita bisa membantu pasien stroke untuk mengubah posisi tidur ke arah sisi tubuh yang normal dan memberikan ganjalan bantal di punggung agar posisi stabil.
Yang harus diperhatikan, pastikan otot tungkai bahu sisi yang lumpuh tidak turun dan melemah ke bawah. Bantu posisi ini dengan meletakkan tangan dengan posisi lurus atau setengah menekuk di pinggang. Beri ganjal dengan bantal agar tangan tidak jatuh ke depan atau belakang.
Karena luput dari pengamatan saya, tungkai baku kiri Embah seperti memisah antara bahu dan tangan. Terkadang kami mengingatkan beliau untuk berganti posisi ke kiri dan ke kanan secara bergantian.
Penggunaan pampers yang sudah penuh dengan air kencing akan membuat tak nyaman. Ini bukanlah hal yang baik terutama bagi penderita stroke dengan penyakit bawaan diabetes miletus.
Bila memungkinkan, sesekali pasien tak perlu menggunakan pampers. Posisi tidur penderita stroke yang telentang terus menerus dapat menimbulkan ruam atau lecet di punggung dan panggul.
Referensi Posisi tidur penderita stroke dari berbagai sumber
Jadi nambah pengetahuan, bagus juga diterapkan buat kita orang yg sehat, ya, tidur dalam satu posisi lama, memang kadang suka bikin pegel.
ReplyDeleteApakah stroke ini bisa menyerang ibu muda, jujurly takut karena sering sakit di bagian kaki
ReplyDeletebisa mba...teman saya ada yang kena stroke juga..baiknya diperiksa bila ada sesuatu yang terasa/terlihat tidak normal
DeleteBagus mbak artikelnya...jadi nambah pengetahuanku ttg stroke...dr keluarga bapakQ jg banyak yang sakit stroke...tp smoga kita smua sll sehat ya🙏
ReplyDeleteMakasih mbak sharingnya. Insightful dan bisa diterapkan orang yang nggah stroke pula. Semoga kita sehat selalu!
ReplyDeletePenjelasannya lengkap mba. Mbah saya dulu juga sering sakit ngga bisa bangun tp alhamdulilah bukan stroke. Merawat orang sakit stroke memang harus telaten banget ya mba. Semoga kita sehat selalu
ReplyDeleteSangat bermanfaat mba.. Ilmunya.. Menjadi lebih tercerahkan lagii trimaksih
ReplyDeletewah, baru tau soal posisi tidur orang stroke, emang harus telaten dan tau ilmunya kalo mau ngerawat orang stroke
ReplyDeletewah dapat wawasan baru tentang perawatan stroke dan ternyata punya posisi tidur yang khusus. terimakasih sudah berbagi mbak.
ReplyDeleteOh, jadi yang mesti diperhatikan untuk penderita stroke ga cuma soal makanan, obat dan sejenisnya ya. Tetapi juga posisi tidur yang benar secara khusus dan jangan sampai terabaikan. Tungkai bahu memang terasa pegal, suka berubah posisi, makanya ada bagian tubuh lain yang ditopang bantal. TFS mbak :)
ReplyDeleteterima kasih mba jadi nambah pengatahuan dan wawsan saya tentang hal yang harus diperhatikan bagi penderita stroke. sering mendengar kabar dan kerabat yang terkena serangan stroke tapi saya sendiri belum pernah merawat penderitas stroke. semoga kita semua sehat selalu ya mba...
ReplyDeletedulu papah saya juga kena stroke, tapi belum tahu posisi tidur spt diatas, pengetahuannya sangat membantu mba, terutama yang mempunyai keluarga penderita stroke
ReplyDeleteilmu yang sangat bermanfaat buat kita untuk berjaga-jaga Mbak, aku juga pernah merawat orang tua yang kena stroke. namun tak lama kemudian beliaunya meninggal. Terima kasih banyak ilmunya...
ReplyDeleteMasya Allah aku baru tauu kalo ada posisi tertentu untuk penderita stroke, sangat diperhatikan sekali ya mulai dari kasur sampai posisi peletakan kasurnya. Sangat membantu sekaliii
ReplyDeleteTerima kasih infonya sangat bermanfaat, Mbak. Ternyata penderita stroke butuh tata letak ruang dan tidur yang nyaman....
ReplyDeleteSangat informatif. Mungkin posisi tidur untuk penderita stroke suka luput, karena terasa sepele, padahal penting banget ya
ReplyDeletePosisi tidur sangat penting ya bagi penderita stroke, kalau dibiarkan telentang terus juga rawan mengakibatkan luka di punggung dan bokong ya Mbak..terima kasih artikelnya sangat informatif..semoga kita semua diberikan kesehatan ya..
ReplyDeleteMemang harus telaten ya mengurus posisi tidur orang stroke. Ibu mertua juga dulu harus diingatkan miring ke kiri dan kanan biar tidak pegal...
ReplyDeleteMakasih Mbak sharingnya. Jadi keinget bapak saya yang juga menderita stroke...
ReplyDeleteSerius, saya baca ini langsung keinget bapak saya, yang telah bertahun-tahun berbaring, berjalan tertatih...
ReplyDeletesemoga ayahanda lekas pulih ya..insyaallah jadi amal kebaikan bagi yang merawatnya
Delete