Well, saya senang membaca sedari kecil jadi tentunya list buku favorit saya tidak terhitung jumlahnya. Ada banyak buku yang saya suka dan telah saya baca lebih dari 2x seperti Lupus – Hilman Hariwijaya yang baru saja berpulang pada hari Rabu, 9 Maret 2022 lalu (Al Fatihah untuk beliau), Mimi Elektrik – Zara Zettira, The Alchemist – Paulo Coelho, petualangan Hercule Poirot – Agatha Christie, Sherlock Holmes – Sir Arthur Conan Doyle, buku-buku karya Enid Blyton, Supernova – Dee Lestari, Tetralogi Laskar Pelangi (off course...siapa sih yang tak ikutan membaca buku keren ini), buku fantasi The Secrets of The Immortal Nicholas Flamel (buku ini saya baca berbarengan dengan mengerjakan tesis), Dan Brown dan berbagai jenis buku lainnya kecuali buku jenis romansa.
Namun ada satu buku yang (dulu) sering saya baca berulang dan hingga kini masih saya ingat detilnya yaitu serial Harry Potter. Yeah...saya (dulu) adalah Potterhead dan Ibunda memberikan saya buku Harry Potter sebagai hadiah ulang tahun ke 30 sekian. Serial novel Harry Potter merupakan novel karya Joanne Rowling atau yang lebih dikenal dengan J.K Rowling. Serial novel ini telah terjual hingga 500 juta kopi di seluruh dunia dalam 80 bahasa. Kesuksesan buku ini membuat Warner Bros mengadaptasinya menjadi film yang terbagi menjadi 8 bagian dengan pendapatan $7,7 milyar. Wow, fantastis ya!
Mengapa saya menyukai buku yang tebalnya bukan main ini?
Terlepas dari pro dan kontranya, saya menyukai setiap detil yang disajikan Rowling dalam setiap serinya. Saya mengagumi keluwesan Rowling saat menggambarkan hubungan antara satu fakta dalam satu buku dengan buku lainnya yang terjalin dengan apik dan sempurna.
Ikatan Cerita
Saya masih ingat, bagaimana Harry Potter, tokoh utama buku ini, terpikir untuk menggunakan Kamar Kebutuhan sesuai saran Dobby Peri Rumah di buku kelima Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran (Harry Potter and Half-Blood Prince) karena ternyata tokoh Dumbledore, kepala sekolah Hogwart, pernah membahasnya di buku keempat : Harry Potter dan Piala Api (Harry Potter and Goblet of Fire).Ikatan cerita yang saling menyambung dan terangkai baik ini menjadikan buku Harry Potter buku inspiratif menulis fiksi tempat saya belajar membuat fiksi yang berkualitas di setiap detilnya.
Realita di Dunia Nyata
Dan Rowling juga tak ragu ‘membunuh’ karaktek kesayangan pembaca demi mengkorelasikan kehidupan sebenarnya di dunia nyata seperti halnya kematian sepasang tokoh baik hati Remus Lupin dan Nympadora Tonks yang meninggalkan anak semata wayang mereka Edward Remus Lupin atau Teddy Lupin yang masih bayi.Hal ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan nyata saat perang terjadi, banyak anak-anak menjadi yatim piatu karena orang tua mereka terbunuh. Demikian pula halnya dengan keluarga Weasley yang harus kehilangan anak dan saudara mereka, Fred Wealsey.
Secara ilmiah, spesies burung hantu yang biasa bermigrasi dapat mengantarkan surat hingga jarak jauh. Selain itu, mata burunng hantu yang memiliki kornea yang lebih luas memungkinnya melihat di malam hari karena cahaya yang masuk ke dalam mata lebih banyak.
Mandrake, salah satu tanaman yang muncul di buku kedua, Harry Potter dan Kamar Rahasia yang digunakan untuk menyembuhkan kembali siswa yang membatu akibat terkena sorotan mata Basilisk, ular purba. Dalam dunia nyata, Mandragona officinarum memiliki khasiat menyembuhkan rasa sakit tertentu yang sering digunakan sebagai obat herbal.
Bagaimana membuat sebuah kalimat yang menarik dan 'hidup' dan merangkai jalinan cerita yang runut namun tetap indah. Seperti halnya Rowling dan banyak penulis fiksi lainnya seperti Andrea Hirata dan Dee, riset mendalam sangat diperlukan untuk membuat jalinan cerita yang kita buat lebih nyata dan memberikan nilai plus berupa pengetahuan baru meski dibalut cerita fiksi.
Pengalaman membaca inilah yang akan memberi kita bagaimana membuat sebuah buku yang menarik yang tidak 'biasa-biasa saja'. Dan bagaimana ide sebuah buku yang terlahir 'di masa-masa sulit' begitu menjanjikan sebagai capaian mimpi seorang penulis. Dan hingga saat ini, Harry Potter menjadi buku inspiratif menulis fiksi versi saya.
Sains
Hedwig merupakan burung hantu kesayangan Harry Potter yang sudah dimilikinya sejak memasuki dunia sihir sebagai hadiah dari sahabatnya, Rubeus Hagrid. Hedwig biasa digunakan Harry Potter untuk mengantarkan surat.Secara ilmiah, spesies burung hantu yang biasa bermigrasi dapat mengantarkan surat hingga jarak jauh. Selain itu, mata burunng hantu yang memiliki kornea yang lebih luas memungkinnya melihat di malam hari karena cahaya yang masuk ke dalam mata lebih banyak.
Burung Hantu |
Metafora
Banyak sekali metafora dalam buku serial Harry Potter, salah satunya karakter dementor yang disebutkan dapat mengisap kebahagiaan seseorang dan menghadirkan mimpi buruk. Inilah penggambaran dari perasaan saat seseorang depresi, seperti yang pernah dialami Rowling sendiri. Begitulah, sudut pandang seseorang yang bercita-cita menjadi penulis fiksi. Selain berlatih, tentunya kita harus banyak membaca buku sebagai tambahan referensi dan mencari makna tentang apa yang ada di balik suatu cerita.Bagaimana membuat sebuah kalimat yang menarik dan 'hidup' dan merangkai jalinan cerita yang runut namun tetap indah. Seperti halnya Rowling dan banyak penulis fiksi lainnya seperti Andrea Hirata dan Dee, riset mendalam sangat diperlukan untuk membuat jalinan cerita yang kita buat lebih nyata dan memberikan nilai plus berupa pengetahuan baru meski dibalut cerita fiksi.
Pengalaman membaca inilah yang akan memberi kita bagaimana membuat sebuah buku yang menarik yang tidak 'biasa-biasa saja'. Dan bagaimana ide sebuah buku yang terlahir 'di masa-masa sulit' begitu menjanjikan sebagai capaian mimpi seorang penulis. Dan hingga saat ini, Harry Potter menjadi buku inspiratif menulis fiksi versi saya.
Post a Comment
Post a Comment