Sebetulnya apa sih Menong itu? Secara umum, Menong ikon budak geulis mojang priangan banyak dikenal di daerah Purwakarta, Jawa Barat.
Panggilan sayang
Saya kerap kali ditanya teman atau kenalan yang kebetulan membaca tulisan saya di blog.
Well, sebetulnya bagi keluarga saya, nama ini, bukanlah nama yang asing
sejak puluhan tahun yang lampau. Nama itu penuh kenangan sehingga saya pilih
sebagai asal mula nama blog saya.
Menong adalah nama panggilan saya di keluarga Bapak. Aki, nini, paman,
bibi dan semua kakak sepupu memanggil saya dengan panggilan tersebut.
Sejujurnya, saya tidak menyukai panggilan tersebut, bagi saya panggilan itu
sangat menyebalkan yang berkonotasi jelek, hitam buluk dan lainnya😥
Sebenarnya nama panggilan saya semasa kecil bukan hanya “menong”
ada beberapa nama lain seperti “ijah”, “atun”, atau
“kenoh”. Dan entahlah, mungkin karena usia saya yang terpaut jauh
bila dibandingkan dengan saudara yang lain, saya selalu menjadi sasaran empuk
kejahilan mereka. Dan bagi saya, panggilan “menong” adalah aib.
Dan seperti halnya, anak paling bontot di keluarga, saya tidak bisa protes
meskipun hati kesal setengah mati.
Beranjak remaja, nama “menong” pun terlupakan karena
secara khusus saya request untuk dipanggil dengan nama
panggilan resmi saya. (Meskipun di keluarga Ibu, saya punya panggilan unik lain
yang tak kalah heboh).
Meski demikian, saya tergelitik untuk mencari tahu mengapa Aki memanggil
saya dengan nama itu. Menong sendiri ternyata merupakan suvenir khas
Purwakarta, tepatnya desa Plered.
Saya pun mengaitkan dengan sejarah hijrahnya kakek saya dari tanah Jawa
ke tanah Sunda. Kakek saya hijrah dari Kertasono, Nganjuk, Jawa Timur ke
Plered, Purwakarta, Jawa Barat sebelum pindah dan akhirnya menetap di
Bandung di awal tahun 1930-an. Mungkin dari sinilah panggilan “menong”
berasal.
Suvernir Asal Purwakarta
Menong adalah ikon budak geulis, mojang priangan yang digambarkan berupa
sebuah patung kecil perempuan yang terbuat dari tanah liat atau keramik. Menong
memiliki arti perempuan cantik atau budak geulis. Menong awalnya
dibuat oleh Yanto, seorang pengrajin keramik pada tahun 1980-an.
Menong sebenarnya
perpaduan beberapa ornamen khas Indonesia seperti siger Lampung, motif pakaian
Dayak, hiasan bunga kamboja Legong Bali dan rumbai serat pakaian tradisional
Papua. Meski awalnya menong diciptakan sebagai hiasan rumah namun kini menong menjadi
oleh-oleh khas dan ikon Purwakarta.
That’s it...It was so simple.
Harapan Aki agar cucu kesayangannya ini akan
menjadi gadis cantik kebanggaan keluarga seperti kebiasaan beliau yang selalu
setia mendengarkan saya bernyanyi di RRI lewat radio antiknya saat saya sekolah
taman kanak-kanak dahulu. Aki adalah fans berat saya meskipun syair yang saya
nyanyikan tak jelas antara lagu Balonku atau Burung Kakaktua.
It was so sweet, right?
Nama adalah doa. Sesuai dengan arti nama yang
disematkan, “menong”, semoga blog ini menjelma menjadi
perempuan cantik, tidak hanya secara fisik –saya yang masih terbata-bata
menggunakan domain ini dan segala perangkatnya– namun juga bermakna secara
bahasa.
Untuk kesekian kalinya, mengapa saya menamai
blog ini “justmenong”?
Because it was my childhood nickname. It’s classy, unique and memorable.
Menong ikon budak geulis mojang priangan yang semoga akan membawa blog ini juga 'geulis'.
Post a Comment
Post a Comment