Meski belasan tahun bekerja di lingkup pertanian, saya akui minat saya terhadap tanaman memang sangat-sangat kurang. Padahal (Almarhum) Ayah dan Ibunda, keduanya hobi tanaman hias. Di pekarangan belakang, Ayah menanam berbagai jenis anggrek. Demikian pula Ibunda, tanaman apapun akan tumbuh dengan subur saat dirawat beliau. Tangan dingin, begitu sebutan orang-orang.
Namun, jangan tanya bagaimana putrinya saat bercocok tanam. Jujur saja, saya bukan tipe orang yang rajin dan telaten mengurus sesuatu. Karena nyaris ‘dikurung’ di rumah selama berbulan-bulan, saya pun tertarik untuk mulai berkebun. Rasa tertarik berawal dari senangnya melihat pekarangan teman yang dihiasi berbagai sayuran baik secara hidroponik maupun dengan menggunakan media tanah.
Benih awal saya dapatkan dari teman secara gratis. Kangkung dan bayam menjadi pilihan karena lebih mudah tumbuh tanpa perawatan yang rumit. Benih berikutnya saya beli di instagram dan mulai jadi follower beberapa akun berkebun.
Berkebun di Lahan Sempit
Lahan di rumah kami memang minim dan terbatas. Berada di pemukiman padat, tak ada tanah kosong yang bisa digunakan sebagai media tanam. Akhirnya saya meniru dan memodifikasi alternatif berkebun di lahan sempit. Saya masih menggunakan tanah sebagai media tanam karena menurut saya hidroponik jauh lebih ribet dengan peralatan dan lahan yang lebih luas.Kami hanya mempunya teras kecil yang masih memungkinkan mendapat cahaya matahari langsung. Saya memanfaatkan botol air mineral 1,5 L yang dibagi dua dan digantungkan di pagar. Beberapa pot plastik panjang diletakan di sebelah pagar dengan tujuan cukup tersinari.
Karena awam di bidang pertanian, saya pun mulai belajar istilah-istilah pertanian dan cara berkebun. Alhamdulillah saya menemukan kursus berkebun online dengan biaya murah hanya Rp. 25.000 saja. Beberapa materi dasar diberikan dan cukup buat newbie seperti saya.
Saya pun diijinkan Ibunda Zauji untuk memanfaatkan lahan umum yang biasanya beliau tanami rimpang dan bunga mawar kesayangan beliau. Dengan lahan seadanya, alhamdulillah sayuran sudah saya panen beberapa kali meski dalam jumlah sedikit.
Banyak hal baru yang saya pelajari selama mendadak berkebun. Kini saya bisa membedakan benih dan bibit, media tanam lebih baik dicampur dengan sekam, bagaimana cara menyemai, dulu yang fobia ulat kini sudah mulai berani membersihkan tanaman dari ulat jahil, tanaman juga perlu rutin dipangkas agar lebih rimbun.
Jejeran Pot |
💕 |
Banyak hal baru yang saya pelajari selama mendadak berkebun. Kini saya bisa membedakan benih dan bibit, media tanam lebih baik dicampur dengan sekam, bagaimana cara menyemai, dulu yang fobia ulat kini sudah mulai berani membersihkan tanaman dari ulat jahil, tanaman juga perlu rutin dipangkas agar lebih rimbun.
Hanya satu yang belum saya pahami, hama yang membuat daun pohon mawar berlubang. Secara tradisional, hama ini bisa dibasmi dengan merendam kunyit plus sabun cuci piring cair. Sayangnya hingga saat ini masih belum berhasil.
Beberapa tetangga yang kebetulan lewat dan melihat saya bermain tanah pun turut tertarik dan ijin meminta sebagian stek mawar yang sudah tumbuh atau benih sayuran. Saat saya pindah kerja ke kota asal, saya menghadiahi beberapa teman saya dengan tanaman. Semoga jadi pengingat pertemanan kami.
Beberapa tetangga yang kebetulan lewat dan melihat saya bermain tanah pun turut tertarik dan ijin meminta sebagian stek mawar yang sudah tumbuh atau benih sayuran. Saat saya pindah kerja ke kota asal, saya menghadiahi beberapa teman saya dengan tanaman. Semoga jadi pengingat pertemanan kami.
Post a Comment
Post a Comment