As a working wife...masa-masa
liburan adalah masa yang paling dinanti. Hal apa yang paling ingin dilakukan?
Yaap...beristirahat alias rebahan. I’m a sleepy head. Rasanya badan ini
otomatis mengarah pada tempat tidur yang menggoda untuk ditemani. Hobi ini
susah saya tinggalkan meski saya bukan lagi lajang. Zauji ‘agaknya’ memaklumi
karena sehari-hari aktivitas saya berada di luar rumah bahkan mobile sering
keluar kota. Masih berduaan, banyak agenda yang membuat terkadang kami kebingung mengisi liburan...ngapain aja!
Si Dukun
Saya bukan tipe orang yang menyukai kegiatan outdoor seharian atau perjalanan panjang kecuali untuk tugas kantor. Kini, bila ada waktu luang saya dan Zauji selalu gunakan untuk ngabolang.
Jangan bayangkan kami berdua ngabolang dengan kendaraan super nyaman. Kami hanya ditemani motor manual tua yang sudah belasan tahun jadi teman setia Zauji. Si Dukun, demikian kami memanggilnya, meski tua dengan banyak tambalan lakban di sana sini dan tampilan yang jauh dari good looking, motor ini telah mengantarkan kami bersilaturahim dengan banyak kerabat dan teman dekat. dan kini kami ditemani "Dukun Junior" yang siap mengantarkan kami untuk touring berikutnya.
Si Dukun, Teman Setia Kami |
Dahulu, saat saya masih
bekerja di Cianjur, kami mengambil start dari kota tauco ini. Perjalanan terjauh
yang kami tempuh adalah Serpong, Tangerang dan Samarang, Garut. Dulu kami
mengawali touring dari kota Tauco, tempat kami singgah untuk beristirahat. Jalur
yang kami ambil bisa via Sukabumi atau Puncak, Bogor. Biasanya kami pergi bada
subuh hingga bisa kembali ke Cianjur pada sore hari dan pulang ke Bandung keesokan
harinya.
Destinasi terdekat mungkin curug Cimahi yang bisa ditempuh kurang dari satu jam saja.
GPS
Seperti kebanyakan perempuan, sayapun sangat gagap menggunakan GPS meski kini saya sudah mulai mahir menunjukan arah jalan dengan akurasi 90%. Biasanya jalur yang kami cari adalah jalur mobil karena banyak pengalaman jalur motor lebih sering mengarah ke jalanan kecil di daerah antah berantah.Terkadang kami kesasar ke daerah berbatu, area persawahan yang jauh dari mana-mana bahkan hutan lindung atau pemakaman yang sepi karena mengambil jalur pintas. Hal yang lucu, suatu ketika GPS menngarah pada tembok tinggi dengan yang ternyata megarahkan kami untuk menaiki tangga karena lokasi yang dituju berada tepat di belakang tembok, padahal kami sendiri berkendara untuk sampai sana😶
Alhamdulillah sampai saat ini, tak ada insiden yang ‘menyeramkan’. Hanya dua kali kami mengalami kebocoran ban selagi masih di jalan utama.
Jalanan sempit dengan kemiringan 45 derajat |
Perjalanan antar kota menjadi sarana untuk mensyukuri keindahan negeri ini. Jalan yang berkelok, pemandangan hijau, lembah dan gunung sungguh memanjakan mata. Tak salah, bila seorang teman saya berkebangsaan Jerman mengatakan "Indonesia is beautiful green".
Dan ternyata,masih banyak daerah dengan nuansa pedesaan yang asri jauh dari hiruk pikuk kota besar. Dengan kondisi mata yang terbatas, kami membatasi untuk touring hanya di sekitar Bandung Raya. Masih banyak tempat yang ingin kami kunjungi bila nanti kami tak punya ide liburan....ngapain aja, semoga.
Post a Comment
Post a Comment