Alhamdulillah ala kulli
hal. Bersyukur di setiap
keadaan. Itulah yang saya rasakan
saat Zauji didiagnosa ablasio retina hampir dua tahun silam. Selama itu pula
lah, kami berdua saling menguatkan komitmen niat kami berumah tangga hanya
karena Allah semata. Pengalaman BPJS untuk pengobatan ablasio retina di Cicendo akan kami bagikan, semoga bisa menjadi referensi buat siapapun.
Ablasio Retina
Ablasio retina adalah
kondisi lepasnya retina yang menyebabkan hilangnya penglihatan. Kondisi ini
berawal dari munculnya serabut halus yang hanya bisa Zauji lihat dan rasakan. Awalnya
Zauji hanya berniat memanfaatkan layanan BPJS untuk mengganti kacamata
minusnya. Kondisi ini membawa kami ke pengalaman ablasio retina yang masih jarang diketahui banyak orang termasuk kami.
Pemeriksaan ini tentunya tidak bisa dilakukan di faskes (fasilitas
kesehatan tingkat 1) sehingga klinik faskes 1 memberikan rujukan untuk pemeriksaan
di faskes 2 yaitu RS Mitra Anugerah Lestari (MAL). RS MAL sebetulnya bukan RS
besar dan populer di daerah kami, namun karena pasien yang tidak terlalu banyak
dan pengurusan administrasi BPJS yang lebih mudah membuat kami berdua lebih
sering berobat kesana.
Awalnya dokter spesialis
mata memberikan rujukan untuk konsultasi di RS Cicendo, saat itu ablasio retina
belum terjadi, namun karena pengalaman masa kecil saya saat berobat di RS
Cicendo tidak mengesankan, rujukan itu diubah menjadi Bandung Eye Center (BEC) yang
ternyata bisa dipilih sebagai faskes 2. BEC sendiri merupakan RS swasta yang menerima pasien BPJS.
Pendaftaran pasien BPJS terpisah dari pasien umum namun pasien BEC tetap dilayani dengan pelayanan prima. Qodarullah, retina Zauji terlanjur lepas
sehingga BEC langsung memberikan rujukan ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) RS Cicendo.
Pusat Mata Nasional, RS Cicendo
Pusat Mata Nasional, RS
Cicendo merupakan RS terakreditasi internasional dan menjadi rumah sakit
pendidikan dengan akreditasi paripurna. Di luar dugaan, pelayanan BPJS di RS
Cicendo saya nilai sebagai pelayanan terbaik apabila dibandingkan dengan rumah
sakit lain yang pernah saya kunjungi.
Pelayanan di IGD di RS Cicendo jauh lebih cepat
ditangani dengan minim pengurusan persyaratan yang biasanya memusingkan. Karena status darurat,
hanya kartu BPJS yang menjadi pegangan saya dan pihak RS memperbolehkan
persyaratan lain menyusul saat kami berobat di poli reguler.
Cara Pendaftaran Pasien BPJS
Karena sering menggunakan layanan BPJS untuk pengobatan kanker payudara dan ganglion. Umumnya, pasien BPJS yang
tidak dapat ditangani di RS tipe C dan B di daerah masing-masing harus masuk
lewat jalur pasien baru. Pada tahap ini, pasien diharuskan mengambil antrian secara
manual karena data pasien belum tercatat dalam sistem RS. Namun, untuk kontrol
selanjutnya pasien cukup mendaftar lewat whatsapp, aplikasi android atau entri
data secara manual di mesin yang ada di lobi RS dengan bantuan petugas bagi
pasien yang tidak memiliki telepon genggam berbasis android.
Alhamdulillah, Allah
memudahkan ikhtiar kami selama melakukan pengobatan mata di Cicendo. Alur
pelayanan yang mudah dan sistemik benar-benar membantu pasien agar lebih nyaman
tak terkecuali pasien BPJS. Yang harus diperhatikan adalah rujukan yang masih
berlaku (3 bulan) dan biasanya bagian administrasi akan selalu mengingatkan tanggal terakhir
rujukan.
Tahapan pertama, adalah
melakukan pendaftaran yang disesuaikan dengan nomor loket, nomor pendaftaran
dan jam yang telah diberitahukan saat mendaftar online. Jadi tidak ada pasien
yang menumpuk, nomor kecil akan mendapat giliran mendaftar lebih awal. Karena
Zauji merupakan pasien retina, kami selalu stand by di depan loket E. Saat pandemi
Covid 19 sendiri, jumlah pasien dibatasi dan pasien hanya diperkenankan
didampingi satu orang saja.
Pemeriksaan di Poli Retina
Selain pasien BPJS,
pasien umum juga dapat berobat dengan alur yang sama namun pasien umum
dikenakan biaya sebesar Rp.25.000. dari pendaftaran, kami langsung ‘meluncur’
ke poli yang dituju. Poli retina ada di lantai 3. Pasien akan dipanggil
menuju ruang 2 untuk pemeriksaan visus (pemeriksaan gangguna refraksi mata
seperti tekanan mata dll yang mengindikasikan katarak, glaukoma, ablasio retina
dll). Selanjutnya pasien akan diperiksa oleh dokter di ruang 3. Biasanya dokter
yang memeriksa adalah residen (calon dokter spesialis) atau fellow (calon
dokter subspesialis, misalnya subspesialis retina). Apabila ada kondisi di luar
normal, biasanya pasien dapat berkonsultasi dengan dokter kepala. Kami biasa
menghabiskan waktu hampir seharian. Bila mendapat nomor antri <10, jam 12
kami sudah mengantri di apotek untuk mendapat obat.
Antrian di apotek memang
lebih panjang karena pasien dari semua poli akan mengambil obat di apotek
yang sama. Verifikasi data bagi pasien pengguna BPJS dilakukan terlebih dahulu.
Obat yang tidak tersedia tentunya harus dibeli di luar apotek RS.
Apabila perlu tindakan
lain (pemeriksaan lanjutan, rujukan ke poli lain seperti poli glaukoma/katarak atau persiapan pra operasi)
dokter akan memberikan rujukan atau surat kontrol apabila pemeriksaan sudah
selesai. Di tahap ini, pasien harus bersabar dengan yang antrian cukup lama
karena perawat dan dokter tentunya tidak sebanding dengan jumlah pasien.
Seperti halnya prosedur
sebelum operasi, pasien diharuskan melakukan pemeriksaan darah dan rontgen
untuk dikonsultasikan dengan dokter penyakit dalam dan anestesi. Pendaftaran operasi
baik untuk pasien BPJS atau pasien umum dilakukan di admission center. Bagi
pasien BPJS, cukup menyerahkan kartu pasien dan surat pengantar operasi dari poli.
Proses verifikasi BPJS tidak memakan waktu lama, petugas akan melakukan
verifikasi dan mengisi formulir serta memberikan jadwal dan ketentuan operasi. Tentunya harus
sabar ya karena (sekali lagi) fasilitas yang tersedia tidak sebanding dengan
jumlah pasien sehingga dibuat antrian. Insyaallah, pasien kategori darurat baik
BPJS atau umum akan mendapat prioritas. Biaya operasi ablasio retina bisa mencapai belasan juta di luar ruangan rawat inap dan lainnya.
Ruang Rawat Inap
Pasien harus kembali ke RS
H-1 operasi, mendaftar di loket D, konsultasi di poli yang dituju (Zauji di
poli retina) dan kembali ruang admission center untuk entri data lalu diantar
ke ruang rawat inap sesuai kelas BPJS untuk beristirahat. Biasanya pasien harus
menginap H-1 dan H+1 sehingga total 3 hari untuk lama rawat inap pasien operasi.
Jangan khawatir dengan fasilitas kamar di RS Cicendo, seperti yang saya
sampaikan sebelumnya,
RS Cicendo menjadi salah satu rumah sakit dengan
pelayanan terbaik. Zauji sendiri menempati ruang Bougenvile untuk kelas 1 yang
berada di lantai 3. Dalam satu ruangan, ada 2 bed yang terpisah tidak berdampingan
dengan satu kamar mandi. Ada sofa yang bisa digunakan pendamping untuk
istirahat, lemari dan kursi.
Rasanya semua kamar sudah kami tempati😑
Sampai saat ini, rujukan
pengobatan mata Zauji terus diperpanjang setiap 3 bulan sekali. Di faskes 1,
kami tak perlu lagi mengantri karena sistem sudah tercatat sehingga pihak
klinik bisa langsung memberikan surat rujukan. Di faskes 2, RS MAL, biasanya
kami menyempatkan diri untuk konsultasi dan diskusi dengan dr. Novi yang telah
mendampingi Zauji selama hampir 2 tahun.
Pengalaman BPJS untuk pengobatan ablasio retina di Cicendo menjadi bagian perjalanan kami berdua. Semoga Allah senantiasa memudahkan segala hal. Aamiin.
Assalamualaikum mba, salam kenal, postingan ini muncul di laman BP, jelas saya tergerak untuk membacanya, karena, qodarullah, adik saya pun mengalami ablasio retina, sudah beberapa kali operasi di JEC Tanjung Priok, dengan BPJS juga, hamdallah, sebenarnya ada jadwal operasi lagi, hanya saja tahun lalu, kasus covid masuk, sehingga karena satu dan lain hal, kami blm melanjutkan lagi, saya menyimak tulisan mba, kalau boleh tau bagaimana perkembangan mata Zauji mba saat ini?
ReplyDeleteTahun lalu, saya mencari-cari ulasan tentang ablasio retina tp masih minim yang menulis secara pribadi, hanya menemukan poastingan seseorang di IG, saya japri dia, alhamdulillah menguatkan saya dan adik untuk mencoba melakukan operasi... Smg Zauji mb semakin sehat y mba, demikian mba dan keluarga... Doa tulus saya untuk mbak :)
Waalaikum salam Wr Wb
DeleteAlhamdulillah..keadaan Zauji dalam kondisi baik. Terakhir operasi 12 Juni 2020 saat pandemi
Belum bisa operasi ke-8 juga karena sesuatu hal dan lainnya yang tidak bisa saya ceritakan di blog
Memang bagai buah simalakama mba...karena silikon seharusnya maksimal 3 bulan saja.
Kisah ikhitiar kami bisa mba baca di blog sy : “Pengalaman Operasi Ablasio Retina...Perjuangan itu Dimulai.."
Aamiin..doa yang sama buat mba sekeluarga
Apakah semua biaya ditanggung bpjs (termasuk tes darah, dll)?
ReplyDeleteSelain beli obat yg jika tidak ada di RS, pengeluaran apa yg harus disiapkan?
Alhamdulillah semua di cover BPJS asal berobat di klinik bagian BPJS ya..(cek darah, rontgen, pemeriksaan retina dll)..termasuk PCR sebelum operasi
DeleteBahkan ERG untuk periksa syaraf retina yang harganya 4 juta kalau di klinik paviliun...tidak bayar sama sekali alias gratis
Obat yang dibeli mandiri biasanya glaupen dan vitamin retina karena mungkin harganya mahal
Kalau konsultasi di klinik paviliun...Rp.200rb untuk konsul saja tidak termasuk tindakan dan lain-lain. Bila harus tindakan atau beli obat..bayar nya relatif lebih mahal dari klinik BPJS atau reguler