Seperti halnya masyarakat awam pada umumnya, saya tidak
pernah mengenal sama sekali apa itu Ablasio Retina. Bagi saya, penyakit mata
yang dikenal hanyalah mata berair, mata merah, dan mata infeksi. Pengalaman operasi ablasio retina yang baru saja kami alami membuat saya memahami indahnya nikmat memiliki mata yang sehat dan perjuangan kami menghadapi ablasio retina.
Apa itu Ablasio Retina?
Retina merupakan lapisan tipis pada bagian terdalam bola mata
yang berfungsi sebagai titik penglihatan. Ablasio retina adalah salah satu
kondisi terlepasnya retina atau selaput jala dari posisi aslinya yang dapat
menyebabkan kebutaan secara permanen karena retina kurang mendapat asupan
oksigen dan nutrisi.
Penyebab ablasio retina beragam dari trauma pada mata,
radang, komplikasi pasca operasi katarak, minus tinggi dan glaukoma. Ablasio retina
merupakan kondisi darurat medis yang harus segera ditangani agar tidak terjadi kebutaan permanen.
Tak ada rasa sakit seperti perih, nyeri, nyut-nyutan atau apapun. Gejala awal yang dirasakan hanya berupa adanya
seperti serabut tipis bertebaran di mata kanan yang sesekali muncul namun tidak
mengurangi pandangan. Gejala ini baru dirasakan setelah 2 minggu pasca terjatuh
dari motor.
Dengan niat awal mengganti kacamata dengan ukuran minus terbaru
ternyata dokter mata menyatakan bahwa serabut tipis tersebut merupakan syaraf
mata yang lepas. Tanda lain yang biasa terjadi adalah adanya kilat mata yang
dirasakan pasien meski dalam kasus yang kami alami tidak ada keluhan tersebut.
Tidak mengira ada yang serius, karena sesuatu hal, kami
sempat menunda untuk langsung berobat ke rumah sakit dengan fasilitas yang
lebih lengkap. Dan perlahan luas pandang pun mulai berkurang. Luas pandang
mulai hanya sebatas setengah bagian mata, suatu obyek hanya terlihat sebelah
bagian kanan saja sedangkan bagian kiri blank alias gelap sama sekali.
IGD Pusat Mata Nasional, RS Mata Cicendo
Dokter
spesialis retina merujuk kami untuk langsung ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) Pusat Mata Nasional, RS Mata Cicendo. Sebetulnya pada tahap awal ablasio retina masih dapat ditangani dengan terapi fotoagulasi laser sebagai bagian dari pencegahan namun dokter IGD menyatakan retina terlanjur robek dan satu-satunya opsi
adalah operasi ablasio retina untuk menempelkan kembali retina.
Ablasio retina terbagi menjadi 3 jenis, ablasio retina
regmatogen (penurunan kualitas tubuh vitreous karena faktor usia), ablasio retina traksional (adanya jaringan
parut yang tumbuh abnormal biasanya efek dari diabetes) dan ablasio retina
eksudatif (adanya pengendapan cairan di bawah bagian retina akibat peradangan,
tekanan darah tinggi parah, tumor atau kanker).
Operasi Ablasio Retina
Ablasio retina dapat ditangani salah satunya dengan
vitrektomi, pengambilan gel vitreous (badan bening mata) dan menggantinya
dengan menyuntikan gelembung gas atau silikon sebagai penahan retina agar tetap
pada posisinya.
Seiring waktu, gelembung gas akan hilang dan tergantikan oleh
cairan mata alami, sedangkan bila silikon yang disuntikan akan tetap berada
dalam bola mata dan diperlukan tindakan pengangkatan (evakuasi) silikon 3 – 6 bulan
kemudian.
Metode lainnya adalah sceral buckling yaitu pemasangan ikat silikon
pada sklera (bagian luar putih mata). Silikon akan mendekatkan dinding bola
mata ke retina sehingga retina kembali ke posisi semula. Bila ablasio retina
sudah sangat parah, silikon akan dipasang melingkari mata secara permanen namun
tidak akan menghalangi penglihatan.
Penentuan metode didasarkan pada kasus yang dialami pasien. Terkadang
dokter akan menerapkan lebih dari satu metode untuk menangani ablasio retina. Semakin
cepat ditangani, ablasio retina akan semakin berpeluang untuk sembuh.
Dan yang
terpenting adalah pencegahan berupa pemeriksaan mata secara teratur bagi orang
dengan resiko tinggi. Ablasio retina bisa jadi mengurangi nikmat mata yang diberikan Allah kepada hamba-Nya namun ikhtiar maksimal tentunya harus selalu kita lakukan. Semoga pengalaman operasi ablasio retina ini membawa hikmah bagi kami berdua.
Post a Comment
Post a Comment