Inilah awal pengalaman menderita kanker payudara ini akan kami bagikan untuk teman Menong semua agar semua waspada dekatnya wanita dan kanker payudara.
Awal Benjolan
Rasanya ‘kanker atau cancer’ menjadi salah satu kata yang tak pernah saya bayangkan akan hadir dalam hidup saya dan Ibunda. Namun awal tahun ini, kami mendapat kejutan dengan hasil diagnosa dokter.
Berawal terasa ada benjolan di payudara sebelah kiri, mungkin
karena dirasa tidak mengganggu dan tidak terasa sakit sehingga Ibunda tidak
mengeluh dan mengabaikannya. Namun berselang dua bulan benjolan semakin
membesar sehingga dapat diraba dengan tangan sehingga langsung inisiatif untuk
memeriksakan ke dokter bedah umum (bukan dokter umum atau internis) di RS Hermina Arcamanik Bandung bersama. Dan saya memilih Dr Richard SHL. Tobing, sebagai dokter bedah umum yang juga dulu menangani operasi ganglion yang saya derita.
Meski saya termasuk orang yang lebih memilih pengobatan secara herbal namun dalam kasus seperti ini, lebih bijak untuk
menjadikan medis sebagai pengobatan utama. Namun sebagai penopang daya tahan
tubuh, sayapun mulai rajin mencari informasi mengenai pengobatan alami untuk
benjolan di payudara.
Tanpa banyak pertimbangan dokter bedah segera
menginstruksikan untuk operasi pengangkatan benjolan atau biopsi. Pada wanita
yang telah mengalami menopause, benjolan di payudara sangatlah tidak lazim
karena secara teoritis hormon telah berubah sehingga ada indikasi serius yang
perlu penanganan segera.
Setelah melengkapi berbagai administrasi dan pemeriksaan pra
operasi, biopsi dilaksanakan segera. H-1 operasi, Ibunda sudah siap di rumah
sakit. Ini pertama kali saya menunggui beliau menginap di rumah sakit. Tak ada riwayat
penyakit berat yang beliau idap seperti hipertensi atau diabetes sehingga
kondisi Ibunda relatif aman.
RS Hermina Arcamanik menjadi pilihan karena Ibunda pernah menjalani pengobatan syaraf kejepit di rumah sakit ini beberapa tahun yang lalu. Manajemen dan penanganan yang efisien menjadi alasan saya memilih rumah sakit ini meski berada agak jauh dari rumah.
Operasi Pertama
Operasi berjalan lancar selama ±
2 jam. Kondisi yang fit
membuat Ibunda bisa langsung sadar tanpa keluhan bahkan makan dengan lahap karena rentang
puasa pra operasi yang lumayan lama. Meski demikian, gelang identitas warna
kuning ( pasien dengan resiko jatuh) membuat Ibunda tak diperkenankan turun
dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi. Penggunaan pampers menjadi satu-satunya
opsi.
Tentunya tak nyaman namun seperti yang disampaikan perawat, apabila
pasien atau keluarga pasien tidak mematuhi aturan maka segala resiko di luar
tanggung jawab rumah sakit. Secara keseluruhan kondisi cukup baik terutama bagi
lansia yang baru saja menjalani biopsi sehingga Ibunda sudah diperkenankan
pulang di hari berikutnya.
Meski di keluarga baru pertama kali (dan mudah-mudahan terakhir), pengalaman menderita kanker payudara Ibunda memberikan banyak pelajaran bagi kami semua.
Hasil biopsi kami peroleh 2 minggu kemudian dan langsung kami
konsultasikan dengan dokter bedah yang melakukan tindakan operasi. Sesuai
dengan dugaan saya karena saya sempat mengintip hasil biopsi sebelumnya, Ibunda
divonis menderita kanker payudara.
Hasil Lab |
Lazimnya, kemoterapi menjadi pengobatan pertama kanker payudara
namun dokter menyarankan untuk mastektomi atau pengangkatan payudara untuk
mencegah penyebaran sedari dini.
Belum reda rasa kaget, dokter memberi kami waktu kurang dari
24 jam untuk memutuskan apakah bersedia menjalani mastektomi dalam waktu dekat
atau tidak. Tak banyak pengalaman kanker di sekitar kami namun Alhamdulillah,
Ibunda adalah wanita yang super kuat. Dalam perjalanan pulang, kami saling
berjanji dan menguatkan untuk menghadapi dan menjalani salah satu nikmat ujian
ini bersama-sama.
Tidak ada ujian kecuali Allah yakin kita akan mampu melewati
dan ujian sakit merupakan salah satu kasih sayang Allah bagi hamba-Nya.
Pengalaman menderita kanker payudara menghantarkan kami pada tahapan selanjutnya yaitu mastektomi yang dijadwalkan 2 minggu ke depan.
Post a Comment
Post a Comment