Saat jalan-jalan di car
free day Dago, Bandung, bila beruntung teman Menong bisa bertemu dengan penjual lahang, minuman khas sunda. Ini fakta tentang lahang yang perlu teman Menong tahu.
Lahang terbuat dari
nira atau air sadapan sari aren. Pohon aren atau enau atau Arenga pinnata banyak tumbuh di lereng gunung dan tebing sungai.
Pohon
ini berbatang tinggi tumbuh sampai 25 m dengan dengan batang kokoh berdiameter
65 cm. Pohon aren atau enau merupakan pohon palma yang memiliki banyak manfaat
dari mulai daun, buah hingga batangnya. Secara alami, pohon aren mengeluarkan
air manis dan banyak diolah menjadi gula aren.
Bagian bunga jantan pohon aren disadap di pagi
hari untuk dijadikan lahang. Lahang merupakan isotonik tradisional yang mengandung sukrosa, protein,
serat, asam amino dan vitamin. Lahang memiliki pH 8 – 9 dan akan semakin
menurun atau menjadi asam saat didiamkan.
Penjual lahang di Dago car free day |
Lahang berwana agak keruh dan dijual
dengan menggunakan bambu panjang atau lodong yang disangga di bahu sang
penjual. Penjual lahang kini jarang ditemui, selain di Dago car free day,
lahang juga dapat ditemui di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H.Juanda atau biasa
disebut Dago Pakar.
Segelas lahang, penghilang dahaga |
Nenek penjual lahang di Dago Pakar |
Harga satu gelas lahang Rp.5.000 dan lumayan bisa menghilangkan dahaga karena airnya segar dan terasa manis. Namun teman Menong harus berhati-hati, lahang yang
didiamkan akan mengalami fermentasi dan menjadi khamr karena mengandung
alkohol. Khasiat lahang diantaranya mengatasi sembelit, menurunkan demam,
kesehatan tulang, melancarkan ASI, menyegarkan tubuh, menghangatkan badan.
Post a Comment
Post a Comment