Saya masih ingat hari itu, saya sedang mengikuti rapat di kantor dan tak sengaja meraba pergelangan dalam tangan kanan saya. Rasanya ada yang aneh dan saat saya lihat tepat di nadi ada benjolan kecil. Setelah mengamati lebih lama, saya yakin meski tak terlihat tapi benjolan itu mulai terasa. Tak membuang waktu, saya menanyakan langsung kepada sepupu saya yang berprofesi sebagai dokter bedah syaraf dan beliau menyampaikan kemungkinan itu benjolan ganglion dan harus dioperasi. Meski menggunakan BPJS, saya mencari informasi megenai biaya operasi ganglion di tangan.
Benjolan di pergelangan tangan saya semakin lama semakin membesar dan mulai mengganggu aktivitas karena nyeri yang menjalar hingga pundak. Saya melewati bulan ramadhan dengan mengamati seberapa cepat benjolan itu membesar. Sebelum operasi, ada beberapa hal yang harus diperiksa termasuk konsultasi ke bagian penyakit dalam dan anestesi serta pemeriksaan rekam jantung, darah dan rontgen.
|
Ganglion di tangan (Sumber : digstraksi.com) |
Konsultasi Pra Operasi
Karena aturan BPJS,
pasien tidak diperkenankan kontrol/konsultasi dalam waktu < 1 minggu, saya
pun disarankan untuk konsultasi di bagian penyakit dalam dengan biaya sendiri
sehingga waktu lebih efektif. Setelah melihat hasil pemeriksaan rekam jantung, darah
dan rontgen, dokter penyakit dalam menyatakan saya dalam kondisi prima dan siap
operasi. Selanjutnya dokter anestesi yang juga menyatakan saya siap operasi. Dokter
pun menyatakan bahwa bius yang diberikan adalah bius total (padahal operasi
kecil ya).
Alhamdulillah, tak lama
kemudian kartu BPJS sudah jadi dan pihak kepegawaian menyatakan kartu itu sudah
bisa dipakai. Saya sendiri tidak memberitahukan pada siapapun tentang rencana
operasi saya kecuali kepada pimpinan HRD karena aturan yang menyatakan pegawai
dilarang mengambil cuti lebaran sehingga mau tak mau saya jujur akan operasi
dan harus istirahat setelahnya. Bahkan saat silaturahim lebaran, tak satu orang
pun keluarga yang saya beritahu.
Ruang OK
Hari itu tiba, karena
jadwal oeprasi jam 9 pagi, bada subuh adik saya dan suaminya mengantarkan saya
ke RS Hermina. Pertama, saya mendaftarkan diri di Unit Gawat Darurat (UGD),
pihak RS sekali lagi mengkonfirmasi pembiayaan yang akan saya gunakan. Setelah
berkas masuk, proses pendaftaran di proses. Alhamdulillah, setelah saya
tanyakan, biaya operasi dan perawatan seluruhnya ditanggung BPJS. Saya sempat mengintip,
biaya operasi operasi ganglion di tangan mencapai Rp 16 juta. Fantastis ya!
Saya masuk ruang operasi
jam 6 pagi, ditunggui adik saya dan suami nya yang tidur kelelahan di lantai ruang tunggu. Karena
ini pertama kali, saya harus dipandu perawat yang menginstruksikan untuk
berganti baju dengan baju operasi dan menitipkan barang berharga saya (termasuk
sendal) kepada adik saya yang menunggu di luar. Jam 7 pagi, saya masuk ruang
operasi dan langsung terlelap begitu dokter anestesi menyuntikan obat bius ke
dalam selang infus.
Rasanya baru sekejap,
saya terbangun dengan rasa sakit luar biasa di pergelangan tangan saya. Demi menghilangkan
saya nyeri, saya memutuskan kembali memejamkan mata dan memilih kembali
tertidur meski samar-samar saya masih bisa mendengar percakapan di sekeliling
saya termasuk saat adik saya dipanggil dokter untuk menyampaikan hasil operasi.
Saya juga menyadari kalau saya sudah tidak berada di ruang operasi lagi.
Saya benar-benar
terbangun selepas adzan dzuhur. Masih dengan rasa nyeri, perawat memindahkan
saya ke ruang inap ditemani sepupu yang menggantikan adik saya. Karena kondisi
mulai membaik, saya sudah bisa langsung makan dan minum. Selain tangan yang
masih diperban dan berdenyut sakit setiap kali bergerak, selebihnya saya
baik-baik saja. Dokter menyatakan cairan ganglion sudah dikeluarkan namun
selaputnya tidak bisa diambil karena menempel di nadi saya sehingga terlalu
riskan untuk dilepaskan. Hasil patologi anatomi (PA) yang akan memberikan
indikasi tumor ganas atau bukan.
Kembali Sehat
Sesuai SOP BPJS, saya
hanya menginap satu malam saja. Di hari kedua, dokter mengijinkan saya pulang
dengan catatan kembali kontrol seminggu kemudian. Administrasi BPJS
diselesaikan oleh pihak RS, sehingga sepupu saya tidak harus wara wiri kesana
kemari dan hanya duduk manis sembari menemani saya. Setelah menerima kuitansi
dan berkas lainnya, saya diperbolehkan pulang.
Perban plester diganti setiap
3 hari sekali dan karena saya masih tak berani membuka perban sendiri, adik
saya membantu saya mengganti perban setiap kali diperlukan. Luka masih merah, basah
dan menempel pada perban hingga lebih seminggu. Di hari kontrol, dokter
mengganti perban plester dengan dermafix plester. Namun karena takut
tersenggol, saya memutuskan tetap menggunakan perban elastis selama hampir 1
bulan.
Hasil pemeriksaan PA
menunjukan tidak ada keganasan. Luka sayatan semakin lama semakin mengecil bahkan
terlihat samar (well, ini menunjukan tangan dokter yang mengerjakan benar-benar
apik dan terampil) meski tangan kanan saya tidak lagi senormal dahulu, rasa
pegal dan nyeri terkadang muncul saat digunakan berlebihan.
Alhamdulillah ala
kulli haal, bersyukur di segala keadaan. Saya masih bisa berobat, kembali sehat
dan nyaris tanpa biaya kecuali untuk ongkos dan berjaga selama di RS. Nikmat
sehat tak terkira karena biaya operasi ganglion di tangan secara mandiri lumayan besar juga.
Post a Comment
Post a Comment