Berkesempatan mengunjungi Kabupaten Jeneponto, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, jadi salah satu pengalaman unik saat bertugas. Sendirian, pergi ke tempat yang sebelumnya hanya tahu sebatas wilayah yang memanjang di antara Makassar dan Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sedikit nekad tentunya namun juga menarik dan penuh tantangan seperti menikmati rasa coto kuda di Jeneponto Sulawesi Selatan.
Jeneponto
Tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, perjalanan menuju Jeneponto bebas hambatan. Seperti umumnya kota-kota di luar Pulau Jawa, kemacetan hanya saya temui saat berada di kota Makassar aja. Pemandangan di kanan dan kiri hanya perkebunan yang membentang luas. Kabupaten Jeneponto berjarak tempuh sekitar 90 km atau 2,5 jam dari
Kota Makassar. Jeneponto memiliki luas wilayah 749,79 km2 dengan kondisi tanah (topografi) pada bagian utara terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian 500 - 1400 m, bagian tengah 100 - 500 m dan pada bagian selatan 0 - 150 m di atas permukaan laut.
Pantai Bintang, Jeneponto
Menginap di hotel yang terletak tepat di tepi pantai Bintang, Jeneponto, tak banyak tempat yang bisa dikunjungi di kota berpenduduk sekitar 300.000 jiwa ini. Kegiatan saya sehari-hari selain menyelesaikan urusan kantor hanya berjalan-jalan di pedesaan nelayan sepanjang pantai. Suasana lumayan sepi. Deburan ombak dan suara burung laut lah yang menjadi teman saya. Pemukiman nelayan berada tak jauh dari hotel yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pantai.
Coto Kuda
Ada satu hidangan yang khas dari kota ini yakni olahan daging kuda seperti coto kuda. Bila di daerah lain sapi merupakan sumber protein hewani terbanyak maka di kota ini kuda dan kerbau menjadi santapan utama di saat sebuah pesta diselenggarakan. Teman Menong dapat dengan mudah menemukan coto kuda di Jeneponto Sulawesi Selatan ini yang tersedia di berbagai rumah makan.
Sesuai dengan namanya, coto kuda merupakan coto dengan bahan dasar daging kuda. Coto sendiri merupakan hidangan berkuah khas Makassar. Coto kuda khas Jeneponto, Sulawesi Selatan, awalnya merupakan hidangan istimewa raja atau bangsawan Jeneponto. Coto kuda biasanya dihidangkan bersama ketupat sayur dan bawang. Serat daging kuda lebih besar dan tebal bila dibandingkan dengan serat daging sapi.
Berbeda halnya saat saya mengunjungi Pantai Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba tahun sebelumnya yang menyediakan banyak tempat wisata untuk dikunjungi, Kabupaten Jeneponto relatif lebih tenang dan bisa menjadi pilihan untuk 'melarikan diri' dari rutinitas yang padat. Ngabolang tanpa teman tidak jauh dari kawasan hotel, Jeneponto menyuguhkan pesona Indonesia dengan keaslian masyarakatnya, yang kembali menyadarkan saya betapa indah dan uniknya negeri ini.
Rasa coto kuda di Jeneponto Sulawesi Selatan ini mungkin tiada bandingannya dan takkan teman Menong dapati di daerah lain. namun sensasi dan keunikannya seakan membawa kita untuk terus berkunjung menikmati keindahan alam salah satu kota di Sulawesi Selatan ini.
Post a Comment
Post a Comment