Ablasio retina merupakan salah satu kondisi terlepasnya retina atau selaput jala dari posisi aslinya yang dapat menyebabkan kebutaan secara permanen karena retina kurang mendapat asupan oksigen dan nutrisi. Pengalaman operasi ablasio retina menghantarkan kami ke dalam kisah yang semoga akan menguatkan kami berdua.
Berawal dari adanya seperti serabut tipis bertebaran di mata kanan yang sesekali muncul namun tidak mengurangi pandangan yang baru dirasakan setelah 2 minggu pasca terjatuh dari motor. Dengan niat awal mengganti kacamata dengan ukuran minus terbaru ternyata dokter mata menyatakan bahwa serabut tipis tersebut merupakan syaraf mata yang lepas. Tanda lain yang biasa terjadi adalah adanya kilat mata yang dirasakan pasien meski dalam kasus yang kami alami tidak ada keluhan tersebut.
Qodarullah, inilah kisah yang harus kami jalani. Tak ada cara lain selain operasi yang harus dilakukan segera. Bandung Eye Center (BEC), klinik mata yang awalnya kami tuju memberikan rujukan agar kami berobat di RS Cicendo, Pusat Mata Nasional.
Operasi pertama dilaksanakan 2 minggu pasca diagnosa adanya robekan di retina yang menyebabkan mata kanan Zauji tak bisa melihat separuh bagian. Dan lagi-lagi ketetapan Allah berjalan, pada saat kontrol satu minggu pasca operasi pertama, dokter menemukan kejutan, yaitu adanya robekan.
Operasi Ablasio Retina Kedua
Karena pasca operasi ablasio retina pertama ditemukan sobekan baru, Zauji harus menjalani operasi kedua hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.
Operasi kedua dilakukan dengan pemasangan silicon oil dengan viskositas (kekentalan) yang lebih tinggi, silicon oil 5000 cSt. Perawatan pasca operasi sedikit berbeda dengan operasi pertama
(pemasangan silicon oil 1300 cSt).
Kali ini pasien diharuskan telungkup minimal
8 - 10 jam per hari selama 2 minggu. Bantal berbentuk donut sengaja saya beli agar
Zauji nyaman saat harus telungkup nanti.
Bantal unik ini sebenarnya
diperuntukan bagi penderita hemoroid atau ambeien yang saya beli di sebuah toko alat
kesehatan, tak jauh dari RS Cicendo.
Meski terkesan tidak sulit ternyata telungkup berjam-jam
tidak mudah untuk dilakukan. Baru saja beberapa menit, Zauji mulai mengeluh pusing
dan mual. Posisi pun diganti menjadi sebatas menunduk saja namun kondisi ini
tak juga kunjung berhenti sepanjang malam. Sesuai dengan arahan perawat, pagi berikutnya
kami langsung ke IGD RS Cicendo.
Ablasio retina (sumber : Cicendoeyehospital.org) |
IGD RS Cicendo
Dokter jaga IGD menyatakan pusing dan mual hebat disebabkan
tekanan mata naik sebagai efek dari pemasangan silicon oil 5000 cSt. Tekanan
mata kanan pasca operasi mencapai 50 mmHg. Salah satu cara cepat menurunkan
tekanan mata adalah dengan pemberian gliserol secara oral (minum).
Namun
gliserol berbahaya bagi penderita diabetes karena akan menaikan gula darah
dengan cepat. Sebagai gantinya, dokter memberikan resep lain penurun tekanan
mata, hanya glaucon tanpa aspar K (berkaca pada pengalaman operasi ablasio retina pertama).
Setelah mendapatkan resep, kami kembali ke rumah namun pusing
dan muntah hebat tidak juga berhenti hingga sore hari. Meski sudah ditambah
obat anti mual, semakin lama kondisi semakin memprihatinkan karena isi perut
yang kosong dipaksa dimuntahkan meski tak ada asupan makanan sedikitpun.
Untuk
kedua kalinya dalam waktu 8 jam, kami kembali ke IGD RS Cicendo. Sebenarnya
secara SOP, pemberian obat penurun tekanan mata sudah cukup namun ada hal lain
yang baru kami ketahui, obat penurun tekanan mata ternyata memberikan efek yang
tidak baik terhadap lambung.
Permintaan rawat inap pun tidak bisa dipenuhi karena standar
rawat inap hanya bila tekanan mata >60 mmHg. Tak terbayang ya bagaimana
rasanya dengan tekanan mata 50 mmHg saja rasanya sudah jungkir balik 😕
IGD RS Mitra Anugerah Lestari (MAL)
Dokter IGD memastikan mual dan muntah berasal dari lambung (efek dari obat antibiotik) sehingga dokter menyarankan kami ke RSU terdekat. Melajulah kami ke RS Mitra Anugerah Lestari (MAL) yang berada tak
jauh dari rumah. Alhamdulillah setelah mendengarkan kronologis cerita kami,
dokter IGD RSU yang kami tuju segera memberikan pertolongan.
Tak lama berselang, mual dan muntah reda. Dokter
memberikan obat tambahan untuk lambung. Kondisi Zauji semakin membaik,
penglihatan jauh lebih terang dan normal sehingga dokter menyatakan kontrol
selanjutnya 2 bulan lagi.
Dua bulan pasca operasi dilewati dengan baik. Bila semua
berjalan lancar, operasi berikutnya adalah operasi evakuasi silikon. Menginjak bulan
ketiga kami kembali kontrol ke RS Cicendo. Namun hal yang tak terduga kembali terjadi.
Dokter menemukan ada robekan baru di bagian bawah sehingga perlu ada tindakan operasi
berikutnya.
Berdasarkan pengalaman operasi ablasio retina pertama dan kedua yang rasanya baru saja kami jalani, operasi ketiga ini seolah membuat jalan kembali berliku. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuks, kita simak di pengalaman operasi ablasio retina selanjutnya!
Post a Comment
Post a Comment